Semua Bab Mantan Bos: Bab 51 - Bab 60
167 Bab
Bab 51 |Keluarga baru
"Kisah percintaanmu seperti cerita dalam drama yang sering aku tonton, Zo. Pacaran pura-pura dengan atasan? Astaga bagaimana bisa ada kisah seperti itu? Benar-benar seperti cerita dalam drama." Cerocos Zani seraya menggeleng-gelengkan kepalanya masih tidak percaya akan ada sebuah kisah cinta seperti itu dan lebih-lebih kisah itu terjadi pada sahabatnya. "Ya memang itu yang sebenarnya," ucap Zora hanya bisa menghela napas, "aku juga tidak mengerti kenapa perjalanan cintaku seperti ini." "Jika kau ada dalam situasi seperti ini apa yang akan kau lakukan?" tambah Zora meminta pendapat sahabatnya. Zani terdiam sejenak untuk memikirkannya. "Kalau aku menjadi kau? Mmm ... mungkin aku akan menolaknya," "Menolaknya?" Ulang Zora dengan pandangan lurus ke depan. "Iya. Selain membohongi orang lain, bukankah itu membohongi dirimu sendiri? Dan lebih parahnya bagaimana jika kau malah benar-benar mencintainya?" sambut Zani dengan mata yang berbinar membayangk
Baca selengkapnya
Bab 52 |Amarah Naima
"Chiko," panggil Zora. Memang semenjak Eros dan Chiko dirawat di rumah sakit, tempat ini sudah seperti rumah kedua untuknya. Setiap pulang dari kantor Zora selalu pulang ke rumah orangtuanya untuk membersihkan diri setelah itu ia langsung pergi ke rumah sakit. Bahkan makan malam pun ia lakukan di sini. Meski Zora menolak perasaan Chiko, tapi ia ingin memperlihatkan padanya kalau ia ingin menjadi sahabat yang selalu ada untuknya dalam senang maupun susah. Ia ingin mengatakan kepada pria itu bahwa dia tidak sendiri di dunia ini. Masih banyak yang sayang padanya dan tidak ingin kehilangannya. Chiko hanya melihat sekilas padanya kemudian ia kembali dengan pikirannya sendiri. Memang akhir-akhir ini pria itu selalu melamun. Sangat berbeda dengan Chiko yang Zora kenal dulu. Dan itu membuat Zora tidak bisa meninggalkannya. "Chiko, apa kau tidak ingin melihat kakakmu?" tanya Zora mencoba menyadarkan pria itu dari dunianya sendiri. Sontak Chiko
Baca selengkapnya
Bab 53 |Bertahan atau menyerah
"Tempat apa ini?" Monolognya. Eros melihat sekeliling tempat itu, tapi ia tetap tidak mengenali tempat tersebut. Dia kini sedang berada disebuah taman, tetapi anehnya ada sungai yang memiliki air terjun dengan pelangi di tengahnya, dan air sungai itu sangatlah jernih. Membuat tempat aneh tersebut semakin terlihat menakjubkan. "Bagaimana bisa ada sungai di dekat taman?" pikir Eros. Walau begitu ia tetap mengikuti ke mana langkah kaki panjangnya melangkah. Sampai ia melihat sosok pria kira-kira berusia setengah abad sedang berdiri membelakanginya. Eros memicingkan matanya untuk meyakinkan penglihatannya. Jantungnya berdebar kencang ketika pria misterius itu berbalik badan dan tersenyum ke arahnya. "A-ayah," ucap Eros dengan mata yang tiba-tiba saja tertutup oleh kabut dari bulir air mata yang memaksa keluar. "Ayah? Kau kah itu?" tanyanya masih mencoba berpikir jernih. Namun, seberapa keras pun otaknya menyangkal pria setengah aba
Baca selengkapnya
Bab 54 |Sebuah perasaan
"Terima kasih sudah kembali," ucap Dokter Panji ketika melihat grafik detak jantungnya pada monitor hemodinamik berangsur-angsur kembali normal. Meski keadaannya belum bisa dikatakan baik, tetapi setidaknya jantungnya kembali berdetak saja sudah membuat Dokter Panji bersyukur."Bagaimana, Dok?" tanya Naima langsung menghampirinya saat pintu terbuka.Dokter Panji hanya menghela napasnya ketika melihat betapa kacaunya keadaan wanita di hadapannya sekarang."Detak jantungnya sempat berhenti. Namun, ia tidak menyerah akan hidupnya. Anda beruntung memiliki putra sekuat dirinya." Lanjut Dokter Panji menatap ke dalam matanya.Setelah kepergian sang dokter, Naima langsung jatuh terduduk serta berkali-kali mengucap syukur dan rasa terima kasih kepada Tuhan karena telah mengembalikan putra bungsunya.***Hari ini adalah hari yang sangat mendebarkan untuk Zora. Karena hari ini adalah launching-nya produk baru perusahaan KA Group. Dan seperti yang sudah
Baca selengkapnya
Bab 55 |Pergi?
"Ternyata sedalam itu rasa cintamu padanya, Zo," batin Chiko saat melihat siaran di televisi, "aku harap kak Andra bisa membahagiakanmu.""Selamat siang," sapa Dokter Shasa, dokter yang ditugaskan untuk merawatnya.Chiko hanya menganggukkan kepalanya tanpa mengalihkan pandangannya dari layar televisi yang masih menampilkan wajah cantik Zora yang sedang bernyanyi dengan suara merdunya."Ah, bukankah itu wanita yang sering ke sini?" tanya dokter muda tersebut. Lagi-lagi pria itu tidak menjawabnya membuat Dokter Shasa sedikit kesal dan tanpa sadar menekan luka tembakan itu cukup keras sehingga membuat Chiko memekik kesakitan."Aww! Dokter punya dendam pribadi sama saya?" tanya Chiko lebih seperti sindiran."Ah, maaf-maaf." Dokter Shasa langsung mengangkat kedua tangannya seraya menggelengkan kepala terlampau cepat, "saya tidak sengaja.""Aish! Dokter ini," cibir Chiko."Eeeuu ... sudah-sudah, saya masih harus memeriksa pasien lain." Dokt
Baca selengkapnya
Bab 56 |Selamat tinggal
"Dok, sahabat saya tidak apa-apa, kan?" tanya Zani pada dokter yang memeriksa Zora. "Tidak apa-apa. Dia hanya syok saja," jawab sang dokter setelah selesai memeriksanya. "Ini pasti berat sekali untukmu ya?" Tanya Zani seraya mengelus puncak kepala sahabatnya itu dengan lembut. Ia masih bisa melihat jejak air mata di pipi mulus wanita itu. Tida lama kemudian kelopak mata Zora bergerak-gerak. Zani tersenyum lega kala sahabatnya itu mulai membuka matanya. Zora mengerjap beberapa kali untuk menyesuaikan cahaya yang masuk ke retina matanya. Setelah penglihatannya kembali normal, hal pertama yang ia lakukan adalah bangun kemudian langsung berlari untuk menemui Eros. "Zo." Panggil Zani
Baca selengkapnya
Bab 57 |Wanita terhebat
Beberapa detik Zora seperti kehilangan kesadarannya. Ia tidak bisa mendengar wanita paruh baya itu berkata apa. Namun, entah telinganya yang sudah tidak berpungsi dengan baik atau bagaimana, tetapi ia mendengar wanita paruh baya itu mengatakan anakku pada jasad Eros."Zora." Panggil Naura seraya meremas kedua bahunya. Sepertinya wanita itu sudah tidak tega melihat calon adik iparnya yang terus menangis dan juga kebingungan. Sehingga ia memutuskan untuk menghampirinya.Zora hanya menatapnya dengan tatapan terluka sekaligus penuh tanya. Naura langsung mengulas senyumnya kemudian mengusap punggung tangan sang calon adik ipar."Ini bukan Eros, Sayang," katanya."Eros sudah dipindahkan ke ruang perawatan," lanjut Naura tanpa terlihat sedikitpun kebohongan di sorot matanya, "dan sekarang dia sudah sadar."Deg!Sungguh perkataan Naura itu seakan mencabut paksa jantungnya. Zora langsung jatuh terduduk dan mengucap syukur berulang kali.Naura
Baca selengkapnya
Bab 58 |Permintaan
Ceklek! Bukannya langsung masuk, Zora malah berdiri seperti patung dengan badan yang menghalangi pintu. Matanya tiba-tiba berkabut kala melihat pria yang sempat ia pikir telah pergi, kini sedang tertidur dengan napas yang terlihat begitu tenang dan baik-baik saja. Berulang kali ia menghela napasnya untuk menetralkan perasaannya. Setelah sudah lebih bisa mengontrol dirinya, Zora kembali melangkahkan kakinya dan akhirnya berakhir di kursi tunggu yang telah disediakan di ruangan tersebut. Wanita itu tidak mengeluarkan sepatah katapun. Retina matanya tidak pernah lepas untuk menatap Eros yang sedang beristirahat. Hatinya ingin sekali menggenggam tangannya dan mengelus rambutnya, tetapi ia urungkan karena tidak ingin pergerakannya itu mengganggu istirahatnya. Sampai suara eluhan itu membuat Zora mengerjap dan menatap bodoh pada Eros yang kini juga sedang melihatnya. Zora berdeham sebelum membuka mulutnya. "Hai," sapanya. Sun
Baca selengkapnya
Bab 59 |Hati yang tersakiti
"Bagaimana jika ibumu tahu aku membawa anaknya pergi? Ah, bisa-bisa aku dijebloskan ke dalam penjara." Eluh Zora seraya mendorong kursi roda Eros.Pria itu hanya memutar bola matanya malas tanpa berniat membuka mulutnya barang sedetik.Ceklek!"Chiko." Panggil Zora setelah membuka pintu ruang rawat sahabatnya. Namun, mereka berdua langsung mengerutkan keningnya kala melihat ruangan itu kosong."Kau tidak sedang menipuku, kan?" tanya Eros dengan tatapan curiga.Zora menggelengkan kepalanya meskipun pria itu tidak melihatnya."Tidak. Untuk apa aku berbohong. Ini memang ruangan Chiko," jawabnya sama-sama bingung karena ruangan yang ditempati Chiko sudah dirapikan tanda penghuninya sudah tidak ada."Apa mungkin ..." pikirnya menggantungkan ucapannya membuat Eros ingin sekali berteriak padanya jika tidak ingat kondisinya sekarang."Tolong bicara yang jelas." Pinta Eros seraya memijat pelipisnya yang tiba-tiba berdenyut sakit.
Baca selengkapnya
Bab 60 |Kabar baik
"Dek." Sapa Naura sembari menepuk bahu sang adik. "Kenapa tidak masuk?" tanyanya kala melihat adik pertamanya itu malah berdiri dengan tangan yang memegang gagang pintu. Karena adiknya itu hanya melihatnya sekilas lalu ia berjalan kemudian duduk di kursi tunggu, Naura pun penasaran. Dan mata wanita itu langsung membulat ketika melihat pemandangan di dalam ruangan si bungsu. "Kau tidak apa-apa?" tanya Naura dengan hati-hati. Sebenarnya tanpa menjawabpun ia sudah tahu apa jawabannya. "Bohong kalau aku bilang tidak apa-apa," jawab Endru tersenyum tipis untuk menutupi sakit hatinya. "Tapi, aku bisa mengerti. Karena dari awal pun aku yang merebut dia darinya, orang asing yang masuk ke tengah hubungan mereka," sambungnya. Naura menatap adiknya itu dengan sedih dan juga kasihan. Kemudian menarik tangan besar adiknya lalu menepuk punggung tangannya. "Kau tahu kan seberapa sayangnya adikmu itu padamu?" Ia sengaja menjeda ucapannya untuk
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
17
DMCA.com Protection Status