All Chapters of Obsesi Tuan Hagen: Chapter 71 - Chapter 80
176 Chapters
BAB 70 I Lagi, Dia Terluka
Camellia merasakan sakit di sekujur tubuh, terutama pada bagian lengan dan kepala. Belum lagi punggungnya yang terasa seperti dikuliti, membuat gadis itu menangis tertahan karena kesakitan.Hanya suara Hagenlah yang memenangkan gadis itu, meredakan tangisan yang tadinya hendak pecah.“Apa lagi yang terluka, Princess? Beritahu aku bagian mana yang sakit,” ucap Hagen cemas sembari memeriksa setiap jengkal tubuh Camellia.Dengan sedikit tersedu, gadis itu mengulurkan tangannya ke depan untuk memperlihatkan beberapa cakaran di tangan.Melihat itu, seketika Hagen ingin mencari wanita-wanita tadi. Dia tidak terima melihat luka dan goresan di tubuh Camellia.“Kepalaku sangat sakit,” isak gadis itu yang menyadarkan Hagen bahwa ada beberapa helai rambut di lantai.Pria itu pun memegangi kepala Camellia dan memeriksanya cepat. Meskipun rambut gadis itu tampak acak-acakan, tetapi untungnya tidak ada yang botak sehingga dia berna
Read more
BAB 71 I Beberapa Cerita Dalam Tiga Scene
Wajah Edgar Duncan yang terlelap melegakan hati Camellia. Setidaknya dia dapat melihat sang ayah untuk waktu yang cukup lama, meskipun dalam keadaan tertidur pulas setiap harinya.Untuk sesaat, Camellia merasa sedikit terbantu dengan biaya pengobatan yang Hagen berikan bagi sang ayah, namun gadis itu tahu bahwa tidak ada makan siang yang gratis. Sehinga Camellia pun masih dibayangi oleh kemungkinan terburuk di masa depan.Mungkin setelah dari sana, dia akan pergi ke tempat Brandon untuk membicarakan tentang apa yang hendak dia lakukan ke depannya.Dan baru saja gadis itu beranjak dari kamar perawatan tersebut saat tiba-tiba dia melihat seorang wanita yang sangat familiar tengah duduk di bangku tunggu, tepat di luar kamar perawatan ayahnya.Seketika rasa marah menguasai hati Came
Read more
BAB 72 I Kau Bukan Type-ku, Mr. Arogan
Setelah kepulangannya ke rumah, Camellia pun lebih banyak istirahat di dalam kamar. Dikarenakan Hagen memutuskan untuk menemaninya selama beberapa hari sampai gadis itu benar-benar pulih kembali. Namun, bukannya terkesan akan keputusan tersebut, Camellia malah melemparkan delikan tajam pada pria yang kini menginvasi kamarnya.“Apa kau akan tidur di sini sampai kau merasa bosan?” sindir gadis itu dengan raut kesal, karena sejak tadi dia merasa tidurnya telah diinterupsi.Kehadiran Hagen dalan ruangan itu benar-benar membuatnya merasa tidak nyaman.Blake Hagen yang mendengar keluhan Camellia seolah tidak beranjak dari sofa yang sengaja pria itu seret dari ruangan di sebelah.Kini, pria itu seakan-akan memenuhi kamar gadis itu dengan beberapa furniture, yang tentu saja menjadi alasan pertengkaran keduanya.“Princess, tidurlah. Kau membutuhkan itu saat ini, dan aku tidak akan melakukan apa pun.”Lagi-lagi Hagen mengabaika
Read more
BAB 73 I Mr. Pengangguran
Suara ketukan di depan pintu membuat gadis itu berlari-lari kecil menuju ruang tamu. Namun, baru saja dia hendak ke sana, saat tiba-tiba sosok Hagen sudah lebih dulu membukakan pintu untuk siapa pun yang berada di luar rumah.Gadis itu hanya memerhatikan dengan kedua lengan terlipat di depan dada. Sedangkan fokusnya jatuh pada punggung pria itu yang sempurna dari belakang.Ketika suara maskulinnya yang terdengar merdu mengatakan sesuatu pada siapa pun di luar sana, barulah Camellia benar-benar mendengarkan percakapan mereka.“Apa ini sudah semua?” tanya pria itu yang masih menghalangi pintu, sehingga Camellia tidak bisa melihat sosok di luar sana.Namun, begitu mendengar suara feminim yang memberikan jawaban, seketika bahu tegang Camellia menjadi rileks kembali.Gadis itu pun diam sembari mendengarkan.“Sudah, Sir. Semua dokumen yang perlu ditandatangani ada di sana, termasuk proposal yang tadi anda minta untuk dikirimkan.&
Read more
BAB 74 I Dokumen Rahasia
Siang itu Hagen pun berpamitan untuk kembali ke apartemennya. Setelah gadis itu membaik beberapa hari ini, keduanya memutuskan agar Hagen kembali ke rumah. Dan gadis itu juga menolak untuk ikut bersama pria itu ketika diberi tawaran.“Tidak, aku lebih nyaman di rumahku.” Adalah jawaban Camellia setiap kali Hagen memberi usulan. Bahkan gadis itu tidak memberikan kesempatan untuk kompromi.Dan tampaknya Hagen merasa berat begitu pria itu melangkahkan kaki ke luar dari rumah. Beberapa kali pria itu menoleh kea rah Camellia yang mengintip dari jendela di lantai dua. Gadis itu bahkan menggigit kuku pada ibu jari dengan pandangan penuh gelisah.Saat pria itu hendak tiba di mobil yang berada di parkiran, langkah pria itu pun terhenti. Dengan tatapan lurus ke arahnya berdiri, Hagen melambai kecil sebelum akhirnya masuk ke dalam mobil.Begitu kendaraan roda empat itu menghilang dari pandangan, barulah Camellia dapat bernapas.Namun entah mengapa
Read more
BAB 75 I Hidupmu Sudah Sempurna, Apa Yang Kau Cari?
Lama Camellia memikirkan isi dalam dokumen yang baru saja dia bawa pulang. Dan dengan penuh kehati-hatian, gadis itu menyembunyikan dokumen tersebut di tempat yang aman untuk menghindari seseorang menemukannya.Dia baru saja duduk di atas ranjang setelah menaruh benda itu ke tempat yang aman sebelum akhirnya dering ponsel menarik perhatian gadis itu, dan nama Hagen pun muncul di layar sebagai orang yang menghubungi.Baru saja mereka berpisah tadi pagi, tetapi sepertinya pria itu tidak pernah puas mengganggu gadis itu.“Apa ada barangmu yang ketinggalan?” tanya Camellia, mencoba menyindir dengan sebuah dugaan.Tentu saja pria itu terkekeh pelan. Karena jelas sekali Hagen tidak membawa banyak barang saat ke sana.“Tidak, Princess,” ucap pria itu yang terdengar seperti sedang melakukan sesuatu di seberang. “Aku hanya ingin memastikan keadaanmu.”“Keadaanku baik-baik saja. Kau bahkan sudah lihat tadi pag
Read more
BAB 76 I Organ Bernama Hati
Cinta.Satu kata yang Camellia juga tidak pernah tahu makna serta rasanya, karena dia juga tidak pernah mengalami dan menemukan itu. Baik dalam keluarganya sendiri maupun diri sendiri.Jika dia mencintai dirinya, tidak mungkin dia harus menjual diri. Tetapi, apakah dia mencintai ayahnya sehingga apa pun dia korbankan?Mungkin saja, atau mungkin dia berharap sang ayah dapat pulih sehingga dia juga dicintai layaknya seorang anak.Selama ini dia hidup di tengah-tengah permasalahan kedua orang tuanya yang tidak pernah berhenti saling menyalahi.Hidupnya bahkan tidak pernah terasa sempurna.Dengan tatapan sendu, Camellia pun berjongkok di hadapan pria yang matanya perlahan mulai terpejam.“Kau dapat dicintai oleh banyak orang. Dan bagimu itu bukan hal yang sulit,” gumam Camellia sembari menatap wajah rupawan yang telah kembali terlelap di hadapan.Gadis itu pun mengusap wajah maskulin tersebut dengan jemari-jemarinya men
Read more
BAB 77 I Pemotretan
Camellia datang ke acara pemotretan dalam keadaan pipi bengkak dan wajah sembab. Gadis itu bahkan tidak peduli akan tatapan yang selalu mengarah padanya selama di studio.Brandon bahkan memberi tatapan bertanya dengan sebelah alis mendekati dahi pada wajah Camellia yang memerah.“Ada apa dengan pipimu? Kau menangis?” tanya pria itu sembari meperhatikan Camellia dengan seksama.Gadis itu hanya menundukkan kepala sembari mengusap beberapa air mata yang jatuh di pipi.“Maaf,” bisiknya parau, membuat Brandon hanya bisa menghela napas sembari mendekati gadis itu.“Tidak apa-apa, kita bisa menutupinya dengan make up,” ucap pria itu sembari memanggil seorang wanita muda yang tampak berpakaian sangat professional.“Bantu Camellia untuk berdandan lebih cantik,” ucap pria itu, mengalihkan perhatian dari tangis gadis tersebut.“Ayana,” ucap wanita itu sembari mengulurkan tangan, memperk
Read more
BAB 78 I Dua Juta Dollar
Camellia menatap sekitarnya dengan pandangan gugup. Dia bahkan berkali-kali melirik ke arah Brandon yang menyetir di depan.“Apa tempatnya sangat jauh?” tanya Camellia sembari melirik ke sekitar, pada pepohonan dan hutan lebat yang menutup pandangan. “Ini sudah dua jam.”Brandon dapat melihat kegelisahan Camellia, namun dia tidak tahu bagaiman caranya menenangkan gadis itu.“Masih ada satu jam lagi,” ucap Brandon, semakin membingungkan Camellia.Mengapa tempatnya harus sejauh itu.“Kenapa di tengah-tengah hutan belantara?” tanya Camellia dengan polosnya.Brandon hanya terkekeh pelan.“Ini event rahasia, Camellia. Semua orang yang akan menghadirinya lebih suka privasi mereka dijaga sehingga dipilih lah tempat yang sempurna,” jelas pria itu, semakin menambah dalam kerutan di dahi gadis itu.“Di tengah-tengah hutan belantara?”Lagi-lagi Camellia merasa
Read more
BAB 79 I Pertengkaran
“Dua juta dollar!”Seketika semua mata tertuju pada seorang pria berusia empat puluh yang berada di sudut ruangan.Yang tadinya semua orang tampak memberi penawaran, mereka pun memutuskan mundur satu per satu.Jaxon yang berada di bangku paling belakang hanya menatap ke arah Camellia dengan penuh simpati, karena sejak pelelangan dimulai, tidak terlihat sedikit pun terlihat Hagen bergerak atau pun menyuarakan penawaran juga. Bahkan pria itu lebih banyak diam sembari mengawasi sekitar. Gesture nya yang lebih banyak diam jelas sekali menunjukkan ada ketidaksukaan dari diri pria itu.Begitu pula dengan Brandon dan beberapa anggota Red Cage lainnya.Pada awalnya mereka mengira Hagen juga akan ikut serta memberi penawaran
Read more
PREV
1
...
678910
...
18
DMCA.com Protection Status