Semua Bab (Not) A Queen: Bab 51 - Bab 60
128 Bab
Chapter 51 Pertemuan tak Terduga 1
 Entah mengapa setelah memiliki pelayan, Alecta jadi gemar sekali meninggalkan bekas makanannya di sekitaran mulut. Membuat Feris harus bersiaga untuk memberitahunya. Kalau pun sudah diberitahu, pasti Alecta memilih menyodorkan wajahnya agar Feris turun tangan untuk mengelapnya.Kali ini Alecta melakukannya lagi.“Kamu harus mengelapnya, atau biarkan aku seperti ini.”Mau tak mau Feris mengambil tisu lalu mengelapnya hingga bersih. Bisa dibilang, makin dekat, Alecta malah makin menunjukkan sifat yang manja.Alecta pernah mengatakan sendiri, kalau dirinya jarang mendapatkan perhatian. Dulu saat pertama bertemu, perempuan ini memang belum tahu benar bagaimana sistem tuan dan pelayan itu berjalan. Lambat laun sikap Alecta melunak. Dia juga bilang kalau tidak ingin punya pelayan, dan ingin menganggap Feris bukan sebagai pelayan, melainkan teman atau saudara. Meskipun sering kali dia menetapkan dengan agak memaksa agar Feris mengikuti
Baca selengkapnya
Chapter 52 Pertemuan tak Terduga 2
 Feris memasuki mobilnya untuk mencari obat yang akan diminum siang ini untuk Alecta. Setelah menghabiskan sup tuna, ia segera mengatakan kepada pelayan untuk menghidangkan makanan manis sebagai penutup, dan langsung turun ke lahan parkir tempat mobilnya berada. Ia berharap agar Alecta belum kembali dari toilet hingga diriya kembali ke meja yang dipesan tadi.Setelah mencari di tempat yang agak kecil di samping tas, tangan Feris yang difungsikan meraba akhirnya menemukan sekotak obat yang diberikan dokter sebelum meninggalkan rumah sakit.Dilihat dari jumlahnya, obat itu diperuntukan untuk seminggu, lalu kalau obatnya sudah habis, Alecta akan menjalani pemeriksaan rutin agar lukanya benar-benar sembuh dan tidak ada infeksi.Namun, sebelum keluar dari mobil, Feris menemukan pemandangan yang membuatnya sesak. Dari mobilnya, ia melihat seorang perempuan yang sangat familier dengan balutan coat warna hitam. Meskipun memakai kacamata hitam dan masker yan
Baca selengkapnya
Chapter 53 Feris dan Rencananya
 Feris segera melajukan mobilnya ke tempat bisa menjadi sumber informasi terpenting sekalipun, dan tempat itu jarang diketahui oleh masyarakat awam. Kantor Mata-mata dan Pekerjaan Kotor. Ia akan menyewa salah satu pekerja di sana untuk memantau Freya dan juga mencari tau hubungannya dengan David Mirman.Feris sampai di tempat kurang dari 45 menit. Kantor Mata-mata dan Pekerjaan Kotor memiliki gedung yang tersembunyi karena bercampur dengan gedung olahraga. Di jam seperti ini, Feris berharap kantor itu masih buka.Di lantai pertama, Feris melihat dua lapangan bulu tangkis sedang dipakai. Sepertinya orang-orang yang bermain itu adalah para pekerja kantor. Rata-rata mereka akan melakukan hobinya atau sekedar olahraga di malam hari.Feris tetap berjalan hingga ke lantai tiga. Tempat Kantor Mata-mata dan Pekerjaann Kotor berada.Di pintu kaca masih ada tanda buka, seperti tanda yang banyak di kedai-kedai pada umumnya. Feris melangkah masuk, dan sa
Baca selengkapnya
Chapter 54 Hal Dewasa
  Keesokan harinya, Freya datang ke sebuah restoran. Dia memilih tempat yang eklusif sekaligus memiliki privasi yang terbaik. Dia sudah datang lima belas menit lebih awal dari waktu yang sudah disepakati, namun sampai sekarang pria yang mirip Swiper si rubah pencuri itu belum kelihatan. Hal ini membuat keresahan Freya makin bertambah. Padahal semalam dirinya sudah mengalami keresahan parah akibat pesan yang dikirim oleh Laurent. “Bersabar sedikit, Freya. Aku yakin si muka rubah itu akan datang. Sebab aku membawa uang yang banyak. Si muka rubah itu pasti lebih suka dengan bau uang,” guman Freya menyemangati dirinya sendiri. Freya bersandar di kursi dan memejamkan mata. Rencana yang akan disusunnya untuk waktu yang akan datang adalah mempersiapkan surogasi yang kedua untuk Alecta. Insiden sebulan yang lalu di vila mau tak mau membuatnya mengundurkan proses surogasi itu, dan itu semua salah David.Tapi, Freya berusaha untuk bertahan. Menurutnya, David berbua
Baca selengkapnya
Chapter 55 Sepasang Mata yang Bertemu
 “Kenapa kamu masih di sini? Bukankah kamu sudah melihatku sarapan dengan makanan yang sangat bergizi, tapi tidak mengenyangkan.” Alecta mencibir Feris yang masih berdiri di hadapannya. Mereka sedang ada di balkon.“Anda belum kenyang?” tanya Feris.Alecta menghela napas, bagaimana dia bisa kenyang kalau makanan yang tersaji hanya sedikit porsinya. Ditambah tidak ada nasi yang biasa disantap olehnya. Alecta masih terdiam. Mulutnya memilih untuk mengunyah apel daripada menjawab pertanyaan Feris.“Saya di sini untuk menjadi pelayan Nyonya. Apapun yang Anda inginkan atau mau pergi ke manapun, saya akan siap mewujudkannya,” ucap Feris memecah kebisuan antara ia dan Alecta.Alecta menatap datar pria berkacamata itu. Dia terpikirkan sesuatu yagng mungkin bisa dilakukan Feris. “Aku ingin Tuan Berkacamata yang ada di hadapanku pergi dari vila ini. Itu permintaanku.”“Kalau yang satu ini, sa
Baca selengkapnya
Chapter 56 Aku Belum Menyukaimu
CAlecta memandang Feris dari balkon lantai dua. Pria itu sedang sibuk memadangi bunga-bunga yang berguguran. Lebih tepatnya ia sedang melamun. Alecta teringat saat Feris mengatakan, bahwa dirinya cantik, sebelum ia pergi berlalu meninggalkan Alecta di balkon dengan wajah bersemu merah. “Mungkinkah kalau kita bertemu tidak seperti ini, aku masih jadi Alecta yang bekerja di pabrik saus, kamu masih mau mengatakan hal itu?” Alecta meraih kotak yang berisi beberapa pil dan kapsul. Dia meminumnya dan agar lebih lancar masuk ke lambungnya, Alecta meminum segelas air yang sudah disediakan. Setelah semua obat yang ditelannya susah payah, Alecta lalu berjalan menuruni tangga. Dia dia berniat untuk mendekati Feris. Entah mengapa pria itu menariknya seperti magnet. Di ujung tangga, Alecta bertemu Lusi yang sedang mondar-mandir seakan memiliki beban hidup yang sangat berat. “Lusi?”
Baca selengkapnya
Chapter 57 Perintah Priam
 “Saya pikir, Nyonya akan menyukainya. Jadi nikmatilah.”Alecta masih terdiam sambil memandangi Feris. Ia belum menyentuh makanan maupun minuman yang disediakan Feris.Feris melepasakan sarung tangannya, hingga tato yang terukir terlihat. Alecta menahan napas. Baginya, Feris tampak lebih seram ketika sarung tangannya dilepas. Ia mengambil gelas yang sudah berisi orange juice yang dingin, lalu memberikannya kepada Alecta. Alecta ragu-ragu untuk menerima gelas itu.Feris yang merasa aneh karena Alecta tak kunjung menerima minuman untuknya. Ia teringat akan sesuatu. “Nyonya takut dengan tanganku?”Seketika Alecta menggeleng, lalu mengambil gelas yang ada di tangan Feris dan meminumnya sampai tersisa setengah. Di hari yang panas ini, orange juice yang dicampur dengan es batu sangat menyegarkan.“Sejak kapan kamu menato tanganmu?” tany Alecta pada akhirnya.Feris yang akan mendekatkan gela
Baca selengkapnya
Chapter 58 Sentuhanmu
Chapter 58Priam sudah duduk di bangku yang berada dekat kolam air mancur. Ia sedang menunggu seseorang. Hari ini, dia mendapat laporan dari Lusi, pelayan yang bekerja merawat vilanya. Lusi menceritakan kejadian yang terjadi antara Alecta dan Feris. Ketika Priam medengarnya, dia langsung tidak menyukai laporan itu.Priam beberapa kali melihat waktu pada jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya. Beberapa kali juga, dia memainan kakinya dengan menginjak-injak pelan tanah di sekitarnya.“Kenapa dia terlambat pulang?” Priam mendengus.Dari kejauhan terlihat Feris sedang berjalan. Wajahnya yang sumringah dengan kedua tangan dimasukkan ke saku celana. Tanpa dijelaskan pun Priam bisa tau kalau seharian ini Feris bersama Alecta melakukan semuanya. Sedangkan dirinya, hampir lima minggu ini tidak menyapa Alecta dikarenakan Feris makin dekat dengan Alecta. “Feris!” Priam memanggil kepala pelayan itu meskipun jaraknya ma
Baca selengkapnya
Chapter 59 Janji Jari Kelingking
 Alecta menatap dirinya di depan cermin yang terpasang di ruangan sebelum masuk ke kamar mandi. Tadi pagi, ia menatap cermin ini untuk melihat penampilannya yang rapi sebelum Priam datang. Sekarang penampilannya sangat berantakan. Kemeja berwarna merah muda yang dipakainya terbuka di tiga kancing bagian atas. Rambut yang tadi sudah disisirnya rapi dan lembut, juga ikut berantakan. Bahkan lipstik yang sudah dipoles di bibirnya pun meluber ke mana-mana bahkan tadi sempat mengenai kemeja putih yang dikenakan Priam.Alecta membenci penampilannya yang sekarang. Berantakan, kotor, dan hina. Alecta membenci dirinya sendiri.Tiba-tiba Alecta menangis, karena mengingat kejadian tadi. Saat dia harus tampak terlihat menginginkan sentuhan Priam, padahal dia tidak ingin hal itu.Alecta mengisi bathub dengan air hangat. Mungkin dengan berendam, tubuhnya yang kotor akan segera bersih kembali. Sembari menunggu air terisi di bathub, dia menanggalkan pakaiannya.
Baca selengkapnya
Chapter 60 Cinta itu Mitos
 Feris merasa perempuan yang duduk di samping kursi kemudinya sedang resah. Wajahnya tampak murung, tidak secerah kemarin. Dalam perjalanan pun Alecta terdiam sambil matanya menatap pemandangan di balik jendela mobil.Feris tau, meskipun raga Alecta duduk di dekatnya, tapi pikirannya menjalar ke mana- mana. Ditambah, seusai mandi tadi, perempuan itu tampak sehabis menangis. Ia juga meminta agar Feris tetap di sisinya apapun yang terjadi, dan Feris menyanggupinya.'Ada yang sedang disembunyikan Alecta', pikir Feris.Sejak Alecta menyelamatkan hidupnya, sejak itu pula Feris ingin sekali menjaga bahkan membahagiakan perempuan itu.Kata Bibi Lani, tempat Feris mencurahkan apa yang dirasanya itu bilang kalau Feris sudah jatuh cinta kepada Alecta."Dalam lima minggu ini? Cepat sekali? Aku pikir itu hanya mitos," sanggah Feris ketika Bibi Lani mengatakan kalau dirinya sedang merasakan cinta.Bibi Lani memukul kepala Feris. "Bodoh! Cint
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
13
DMCA.com Protection Status