All Chapters of (Not) A Queen: Chapter 41 - Chapter 50
128 Chapters
Chapter 41 Ancaman dari David
 “Pak Feris ada di ruangan Bougenville 08, Nyonya.” Naratama baru saja mematikan ponselnya. Dia dan Freya sedang ada di mobil, tepatnya di area parkir Rumah Sakit Utama Kota Dennosam. “Kita harus ke sana.” Sekarang penampilan Freya jauh lebih baik. Tadi, ia sempat meminta Naratama untuk berhenti di sebuah tempat pengisian ulang bahan bakar. Freya menanta riasannya di toilet itu. Cukup lama, ia membutuhkan waktu 20 menit untuk memperbaiki penampilannya, menutupi bekas memerah yang tinggalkan David, dan membersihkan bagian sensitifnya akibat permainan yang kasar tadi. Meskipun ini bukan kali pertama Freya melakukan hubunan intim yang sangat ekstrim, rasa sakit di bagian sensitf itu masih terasa. Seperti ada yang mengganjal di sela-sela pahanya. Bahkan Freya harus berjalan normal seakan mengabaikan rasa sakit itu. Perih! Perih! David Sialan! Umpat Freya saat
Read more
Chapter 42 Sayap Pelindungmu
 Feris menyadari sesuatu dengan ekspresi wajah Freya yang terkejut. Seakan menyadari sesuatu. Ada yang disembunyikannya. Sebelum memberitahu kabar menyedihkan ini kepada Naratama, dia telah mengirimkan pesan singkat kepada Priam. Menurutnya, Priam juga bertanggung jawab tentang ini. “Aku tidak tau,” ucap Freya pelan. Lalu, ia menangis. “Aku takut.” “Tenang saja, kamu aman di sini.” Priam memeluk istrinya. Feris menatap datar pemandangan ini. Bukan karena dia anti-romantis, tapi memang Freya terlalu manja kepada Priam. Namun, Feris tidak bisa protes. Dia hanya kepala pelayan yang harus menuruti tuannya. “Feris, bagaimana keadaan Alecta.” Kini terdengar suara kekhawatir dari Freya. Entah dia khawatir karena Alecta teman semasa sekolahnya atau memang perempuan itu masih berguna untuk Freya. Feris tidak mengetahui pasti, yang jelas Freya tidak
Read more
Chapter 43 Benang Merah
  Feris masih duduk menatap perempuan yang terbaring lemah. Beberapa jam yang lalu, perempuan yang dia ketahui bernama Alecta telah menyelamatkan hidupnya. Kira-kira sudah tiga jam berlalu Feris duduk diam dengan pikiran carut-marut karena kejadian hari ini. Dia menerka-nerka, apakah yang yang menyerang vila itu adalah salah satu hatters Freya? Tapi untuk apa? Vila itu tidak pernah disinggung maupun diekspos oleh pemburu berita. Karena baik Priam maupun Freya tidak pernah memamerkan vila itu. Singkatnya, vila itu tersembunyi. Feris mengembuskan napas untuk kesekian kalinya. Ponselnya berdering pelan, ada pesan baru yang dikirim untuknya. “Dari Naratama.” Pesan itu berisi pemberitahuan Naratama jika Freya dan Priam sudah meninggalkan rumah sakit. Feris tidak terkejut soal itu. Apalagi mereka meninggalkan orang berstatus lebih rendah dari mereka. “Aku ingin membereskan semua kekacauan ini.” Feris bangkit, lalu berjalan keluar dari r
Read more
Chapter 44 Mempertahanan Posisi Alecta
 Feris menyandarkan tubuhnya di kursi mobil. Malam ini dia makan malam di mobil karena memesan fast food dan melalu drive thru. Sebab dia tidak ingin menjadi pusat perhatian.  Dia lapar, karena dia hanya makan pagi itu saja. Sepanjang siang hingga malam hari ini dia baru makan.Feris mendapat kenyataa di mana kekasih Lusi adalah dalang dari insiden berdarah ini. Bahkan dia meminta agar kasus ini ditangani secara rahasia, tidak perlu adanya pemberitaan di media masa. Dia tidak mau dipusingkan soal itu, makanya dia menyuap aparat agar tutup mulut.Tapi, yang masih mengganjal adalah kenapa yang diserang lebih parah hanya Alecta? Bukannya sudah cukup menyerang Lusi, tak perlu menyerang Alecta. Tapi, sisi lainya berdalih incaran nya bukan Lusi, tapi Alecta.Feris tadi sempat membaca catatan medis Alecta. Dia hanya perempuan biasa yang hidup seperti biasa. Tidak ada yang spesial.“Apa ini berhubungan dengan surogasi yang dilakukan Nyonya
Read more
Chapter 45 Aku Menolakmu
 Alecta terbangun dari tidur yang pajang dan rasa nyeri yang masih menyertainya. Di ruangan serba putih ini pandangannya buram, seakan ada lem yang sangat lengket di matanya. Tangan kirinya terpasang selang infus, sedangkan tangan kanannya terbalut perban.Alecta mengingat lagi apa yang terjadi dengan dirinya. Kemarin tangan kanannya terpaksa menggenggam pecahan kaca yang digunakan untuk senjata melawan pria berkumis yang menyerangnya. Lalu, perutnya ditusuk. Dia baru menyadari rasa nyeri dibagian itu.‘Ternyata aku masih hidup.’ gumannya dalam hati.Seorang perawat dengan seragam warna teal menghampiri Alecta, dan memberitahukan kalau dia sedang dirawat di rumah sakit. Alecta disuruh agar tidak terlalu banyak bergerak, dan lebih baik beristirahat saja.“Mungkin sebentar lagi wali Anda akan datang. Ditunggu saja,” ucap perawat itu.‘Wali? Siapa yang bersedia menjadi waliku?’ Semakin dipikirk
Read more
Chapter 46 Tuan yang Menyebalkan
 Di hari pertama Alecta membuka mata, dia dikesalkan oleh pria berkacamata yang duduk tenang di sofa warna emerald. Pria itu juga menyatakan dirinya ingin jadi pelayan pribadi Alecta. Tentu saja Alecta menolak. Meksipun dulu dia berharap memilikinya, sama seperti Freya yang memiliki Naratama.Alasan Alecta menolaknya, adalah karena keyakinannya kalau pria itu tidak tulus. Tatapannya di balik kacamata menyatakan hal demikian. Ditambah,ia hanya ingin menjaga Alecta selama Alecta masih berguna oleh Freya dan juga Priam.Di hari ini saja, Alecta meminta perawat yang menyuapinya. Dia tidak mau disuapi oleh Feris. Bahkan Feris sudah mendengar kalimat pengusiraannya dari mulai kalimat yang halus dan enak didengar telinga, hingga kalimat kasar sudah dilayangkan Alecta kepadanya. Tapi, tetap saja dia tidak pergi dari kamar perawatan ini.Akhirnya kekesalan Alecta naik level. “Sampai kapan kamu akan tinggal di sini? Aku sudah menyuruhmu pergi sebanyak t
Read more
Chapter 47 Pulang
  Freya keluar dari ruang perawatan Alecta, langsung memakai masker untuk menutupi sebagian wajahnya dan kacamata hitam. Dia harus melakukan ini agar tidak memacing perhatian jika ada bintang film mampir ke rumah sakit.Freya tidak mau ada pemberitaan buruk tentang dirinya atau gosip yang tidak jelas kebenarannya. Itu sangat mengganggu. Tapi, hari ini dia bersyukur, karena Alecta sudah sadar. Kabar baik yang lainnya adalah Kepala Pelayan yang sangat menyebalkan itu bersedia sukarela menjadi pelayan Alecta. Tentu saja Freya menyetujuinya. Dia menyakini kalau Feris mampu untuk mencegah serangan dari David untuk kedua kalinya. Dia tidak mau Alecta terjebak dalam bahaya, sebab dia masih membutuhkan rahim Alecta.Freya memiliki rencana tersembunyi, kenapa Alecta harus tetap hidup dan mengandung anaknya dan Priam. Dia hanya ingin zona nyamannya (yang hidup dengan bergelimang harta) tidak lenyap begitu saja, dan ketika David menyerangnya, Freya bisa
Read more
Chapter 48 The Demon Butler
 Feris akhirnya mengalah dan menuruti apa yang diminta Alecta, yaitu pulang. Sebenarnya dia tidak mengalah begitu saja, tapi dia memang kalah dalam permainan batu, gunting, dan kertas bersama Alecta. Perempuan itu menang tipis dengan skor 2-1.Meskipun hari ini Alecta menolaknya dan dua kali melemparinya dengan buah jeruk dan buah apel (Buah yang satu ini ini Feris bisa menangkapnya) dia tetap masih bisa bersabar. Alecta menolak apapun bantuan dari Feris termasuk untuk menyuapi makan ataupun membantunya untuk ke toilet. Perempuan itu bersikeras ingin buang air ke toilet daripada di atas pispot. Feris terpaksa keluar ketika Alecta harus mengganti pakaian bawahnya yang dibantu oleh perawat perempuan.Bagi Feris, Alecta bukan perempuan yang manja ataupun berusaha menggoda pria yang dekat dengannya. Bisa dibilang perempuan itu sulit didekati. Sebelum pergi dari ruang perawatan Alecta, Feris mengatakan akan kembali keesokan harinya. Dan seperti biasa Alecta pro
Read more
Chapter 49 Deja Vu
  Sudah hampir empat minggu Alecta tinggal di rumah sakit ini. Feris pikir, penyembuhanya cukup lambat, ternyata lebih cepat dari perkiraan. Selama itu Feris dan Alecta saling mengenal. Mereka terkadang bercerita tentang film yang mereka sukai, terkadang Naratama dan Lusi (yang sudah diperbolehkan pulang dari rumah sakit terlebih dahulu) datang menjenguk Alecta. Hari ini, Alecta sudah diperbolehkan pulang. Lukanya sudah 90% sembuh, dan tangan kanannya sudah dibisa digunakan meskipun terbatas. Perbannya juga sudah dilepas. Namun luka yang ada di perutnya kini menjadi guratan yang agak mengerikan. Alecta beberapa kali sedih ketika melihatnya. “Percayalah punya bekas luka itu keren. Saya juga punya di bagian punggung.” Feris mencoba menyemangatinya. Alecta hanya tersenyum. Selama di rumah sakit ini, ada satu yang menjadi sumber kekesalannya. Priam tidak pernah datang menjenguk ataupun membalas puluhan panggilan telepon dan ratusan pesan. Alh
Read more
Chapter 50 Pelayan itu Masih Polos
  “Sejauh apa Anda mengetahui soal Camelia?” Kini pertanyaan Feris terasa menyesakkan bagi Alecta. Matanya langsung berpaling dari mata Feris. Dia masih belum mau mengatakan jika dirinya menemukan buku diary milik Camelia di ruangan bawah dekat dapur. “Aku tidak mengetahui banyak tentang dia.” Meskipun tangan Alecta gemetar karena ekspresi wajah Feris yang sekarang amat menakutkan seperti ingin membunuh seekor rusa, Alecta tetap bersikap biasa. Feris membetulkan letak kacamatanya, lalu mengembuskan napas secara kasar. “Priam pernah bilang padaku, kalau aku mirip dengannya. Tapi, aku tidak berharap seperti itu.” Alecta menjelaskan berharap Feris puas dengan jawabannya. “Saya pikir, Tuan Priam tidak akan mengatakan hal itu,” jawab Feris. “Sebaiknya kita lupakan soal itu. Bagaimana jika kita makan siang. Saya rasa Nyonya harus minum obat. Nyonya pastinya sudah tau, kalau obatnya bisa diminum setelah makan.” Suara Feris mendadak sanga
Read more
PREV
1
...
34567
...
13
DMCA.com Protection Status