Semua Bab Without You [Indonesia] : Bab 21 - Bab 30
48 Bab
17-2. Deepest Heart (Can't Do It)
Dinar berjalan sendirian di koridor utama sekolah. Tanpa di temani Calvin ataupun Tasya yang terkadang berangkat bersamanya, tapi kali ini ia sedang ingin berangkat sendiri. Meskipun mereka telah menawarkan diri untuk menjadi tukang ojeknya—kalau kata Calvin— setelah kejadian ia tidak masuk tiga hari kemarin, tapi Dinar menolaknya mentah-mentah. Ia sedang tidak ingin di pusingkan dengan berisiknya mulut-mulut mereka.Itu keinginan awalnya.Tapi sepertinya sekarang sama saja. Seharusnya ia kembali tidak sekolah saja untuk menenangkan dirinya, lantaran kesedihannya masih berlanjut hingga kini yang di sebabkan oleh seorang Harlingga Dio Wardana, laki-laki yang tidak pernah ingin pergi dari pikiran dan juga hatinya yang membuatnya lelah."Weh s*t, bagi hotspot sih."Dinar menghela napas napasnya kasar. Penyesalan memang berada di akhir. Lihat sekarang? Baru saja datang, suara Satria membuat Dinar m
Baca selengkapnya
18. Will Never!
"Heh! Pulang aja sana lo, b*go. Nggak guna ngikut kesini. Bikin polusi mata." Calvin memukul pelan kepala Dinar yang berjalan di depan mereka. Saat ini memang mereka sedang menghabiskan waktu bersama dengan memilih pergi ke salah satu Mall di daerah Kemang. Namun selama di dalam mobil, bahkan hingga berjalan memasuki Mall, Dinar hanya diam tanpa mengeluarkan sepatah katapun seperti orang bisu. Bayangkan, selama di perjalanan Dinar tidak bersuara sama sekali. Jika biasanya anak itu akan selalu ikut dalam melempar canda tawa bersama, namun tidak sama sekali. Padahal sudah hampir satu bulan mereka tidak menghabiskan waktu pergi bersama di dalam Mall, dan mereka pikir hari ini akan menyenangkan, tapi ternyata sangat di luar ekspektasi mereka.  Tentu saja karena
Baca selengkapnya
19-1. Stealthily
Dinar melangkah dengan cepat melewati koridor sekolah sendirian. Ia buru-buru menghampiri keberadaan ketiga temannya itu untuk menanyakan apa yang dilihatnya kemarin, saat ia melihat Lingga berdua dengan perempuan lain di taman Mall. Karena setelah melihat itu membuat amarahnya langsung naik sampai ke ubun-ubun. Ia jelas marah, cemburu dan sangat kesal melihatnya, bahkan kemarin ia hampir saja membalikkan meja disana kalau saja mereka tidak menahannya. Dan karena emosinya di tahan oleh mereka bertiga, iapun langsung pergi begitu saja meninggalkan mereka untuk pulang karena tidak kuat melihatnya. Rasanya sangat sesak, melihat orang yang di sayangnya berduaan dengan perempuan lain, meski ia tahu hubungannya dengan Lingga telah berakhir. Sesampainya di apartemen pun ia langsung menangis sejadi-jadinya seharian dan di sela-sela melakukan itu ia meminta pada mereka bertiga untuk mencari tahu tentang siapa perempuan itu.
Baca selengkapnya
19-2. Welcome Holiday
Hari-hari pun berlalu.  Dinar hanya terus memperhatikan Lingga secara diam-diam, tanpa bisa menemani dan melihat wajahnya sedekat dulu lagi. Sekarang ia hanya bisa melihatnya dari kejauhan. Tapi setidaknya itu masih lebih baik, dibandingkan ia harus melihat Lingga bersama dengan perempuan lain.  Dinar duduk diam di depan ruang kelas Ujiannya, memperhatikan seorang laki-laki yang sedang belajar di dalam kelasnya, sendirian.  Siapa lagi kalau bukan Lingga? Sebenarnya semuanya berada di luar kelas untuk beristirahat, tetapi hanya Lingga yang berada di dalam, dan hanya dia yang selalu menghabiskan jam istirahatnya untuk terus membaca buku-bukunya. Padahal hari ini
Baca selengkapnya
20. Inner Question
Dinar duduk melamun didalam ruang tamu apartemennya sambil di temani dengan televisi menyala yang menampilkan acara Doraemon. Pagi itu ia memang sudah bangun, karena dari semalam ia sudah uring-uringan karena bingung ingin menghabiskan liburan kemana dan bagaimana. Ingin menghampiri Lingga ke Kafe, rasanya ia memalukan. Sebenernya bukannya ia malu, tapi lebih tepatnya ia takut. Dinar takut kalau ia akan melihat Lingga dengan perempuan lain lagi, atau ia takut kalau Lingga akan kembali melontarkan berbagai kata-kata pedasnya, dan berujung mengusirnya. Dinar tidak ingin kembali menangis-nangis tidak jelas sekarang ini. Ia lelah sekarang. Dan tidak tahu kenapa ia bisa menjadi takut seperti ini dengan Lingga, padahal biasanya tidak seperti ini. Ia justru paling berani jika menentang dan bertengkar dengan Lingga. Maju paling depan.Dulu.Tetapi sekarang, rasanya berbeda.Huft.
Baca selengkapnya
21-1. Restless
Mobil Rush berwarna hitam legam terlihat terparkir di depan sebuah rumah sejak lama disana. Dinar, si pemilik mobil itu terlihat sedang serius memperhatikan seseorang yang di perhatikannya akhir-akhir ini dari kejauhan. Lingga, dia terlihat baru saja datang dan memarkirkan motor vespanya di teras rumahnya, setelah seharian laki-laki itu bekerja di Kafe. Dinar memperhatikannya diam-diam. Setelah mendengar pernyataan yang tidak pernah Dinar sendiri dengar langsung dari mulut seorang Calvin yang bar-bar, hal itu membuatnya berpikir keras sekarang. Karena ternyata, yang terlihat dari luar belum tentu sama seperti didalamnya. Yang terlihat baik-baik saja, belum tentu di dalamnya juga baik-baik saja. Dan kejujuran Calvin benar-benar membuatnya langsung memikirkan Lingga saat itu juga. Seperti kesadarannya kemarin, kalau ia tidak pernah tahu apa
Baca selengkapnya
21-2. You Jerk! I Hate You!
Pagi ini Dinar memutuskan untuk menanyakannya pada Lingga tentang apa yang ia pikirkan semalaman. Sekitar pukul 10 pagi lagi seperti kemarin, Dinar mendatangi rumah Lingga. Sebenarnya ia berniat datang lebih pagi lagi, hanya saja ia baru terbangun pukul 9 dan itu pun dengan cepat ia bergegas siap-siap berdandan secantik mungkin untuk menemui Lingga langsung.Mobilnya pun akhirnya tiba di depan rumah Lingga. Ia dengan cepat keluar dari mobilnya dan berlari kecil untuk segera masuk ke dalam agar bisa bertemu dengan Lingga."Assalamualaikummm. Bundaaaa?" Salam Dinar berteriak dari depan. Ia pun kemudian melangkah masuk ke dalam rumah setelah melihat Bunda baru saja turun dari lantai atas."Wa'alaikumsalam, eh, kamu, Nar?"Dinar tersenyum lebar melihatnya. Iapun melangkah menghampiri dan langsung mengecup punggung tangan Bunda setibanya."Tumben pagi-pagi kesini?"Dinar tersen
Baca selengkapnya
22. A Wound (Broken)
Malam itu angin berhembus dengan kencang, terasa sangat menusuk tajam hingga menembus dalam kulit putih miliknya. Sambil ditemani malam yang sepi, mereka menjadi saksi nyata kalau Dinar kembali disakiti oleh orang yang sama. Bukan rasa sakit yang dilakukan karena kekerasan fisik, melainkan dengan kata-kata yang keluar dari mulut seorang Lingga yang berhasil membuat Dinar ingin menerjunkan dirinya ke dalam jurang yang sangat dalam.Tapi sayangnya, ditempat ini tidak ada.Dinar akhirnya hanya bisa menghirup dalam-dalam udara malam itu dan menghembuskannya. Setidaknya untuk mengurangi rasa sesaknya yang begitu terasa dalam dan perih yang rasanya seperti tidak lagi dapat ditahan.Apa yang dikatakan Lingga benar-benar membuatnya ingin lupa ingatan, dan ia melupakan semua kesehariannya yang pernah dijalaninya bersama dengan Lingga dua tahun terakhir. Karena rasanya jika mengingat semuanya membuatnya sesak. Ia pun terdiam, memand
Baca selengkapnya
23. Disappear For A While
Sebuah mobil Rush hitam melaju dengan kecepatan tinggi di jalanan Ibukota Jakarta. Tapi kemudian, mobil itu terlihat memasuki jalan tol menuju Jakarta-Bandung yang ramai dengan mobil-mobil yang mengantri untuk keluar dari dalam jalan tol tersebut.Dinar yang mengemudikan mobil itu hanya bisa menunggu. Sesekali matanya melirik ke samping kanannya, melihat mobil-mobil ramai itu sudah pasti akan pergi berlibur bersama dengan keluarga, atau orang-orang terdekat lainnya, sementara ia sendiri hanya duduk dan pergi sendirian di dalam mobil ini.Di tengah lamunannya menatap mobil-mobil itu, tiba-tiba saja ponselnya berdering lagi yang entah sudah kali berapa. Terakhir kali ia meliriknya sudah belasan panggilan dan itu pun baru beberapa menit yang lalu. Iapun menatap ponselnya dan terdiam cukup lama. Ia sedang berpikir ingin mengangkatnya atau tidak. Jika ia mengangkatnya, mereka pasti akan terus berisik menanyai dim
Baca selengkapnya
24. I'm (Not) Fine
Nrt! Nrt! Sebuah suara bel apartemen berbunyi, menandakan terdapat seseorang di luar sana yang datang dan menunggu pintu dibukakan.  Seorang wanita cantik dengan senyuman merekah di bibirnya yang tidak lain adalah Dinar itu mengintip dibalik dinding pembatas dapur. Iapun dengan cepat keluar dari dalam dapur dan bergegas untuk menghampiri seseorang yang berada di balik pintu apartemennya yang sudah ia tunggu kedatangannya sejak satu jam yang lalu. Tetapi sebelum menghampirinya, tentu saja Dinar merapihkan dirinya lebih dulu dengan berkaca sambil memoleskan sedikit lipstik di bibirnya agar menarik dilihat oleh seseorang itu. Sret...  
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status