All Chapters of Dalam Genggaman Sang Raja: Chapter 181 - Chapter 190
239 Chapters
Bab 180 Kilasan Memori
Efatta menyandarkan kepala di batang pohon. Mata Efatta memandang wanita yang menyesap lembut pergelangan tangannya yang terluka karena gigitan ular. Efek gigitan ular sedikit banyak membuat kepala Efatta terasa berkunang-kunang hingga ingin terus memejamkan mata. Saat Efatta memejamkan mata, sekilas anganya menampilkan gambar wanita berambut merah tertidur di sampingnya. Seketika itu juga Efatta membuka mata. Dengan seksama Efatta memandang garis wajah Gianira. Sangat berbeda dengan wanita berambut merah yang baru saja dia lihat. Sekali lagi Efatta memandang Gianira. Wanita itu memang cantik, akan tetapi rasanya terlalu cepat bagi mereka berdua untuk memulai sebuah hubungan yang begitu intim. Kembali memejamkan mata, wajah wanita berambut merah kembali muncul dalam ingatan Efatta. Bahkan, kali ini lebih jelas! Wanita itu benar-benar tidur di kabin kapalnya yang telah terbakar. 'Kenapa rasanya tidak asing? Aku pernah melihat wanita itu baru-baru ini?' "Cukup, Gianira! Sepertinya r
Read more
Bab 181 Penyihir Sekte Mawar Hitam
"Efim, apa kamu tidak apa-apa?" Alisya berjalan mendekati Efim yang menghapus darah di sudut bibir. Meski lukanya tidak serius, tetapi raut wajah kesal itu tidak dapat disembunyikan. "Hamba tidak apa-apa, Putri. Jangan khawatir!" ujar Efim datar sembari mengatur napas. "Syukurlah jika kamu tidak apa-apa." Alisya tersenyum simpul. "Putri, mohon maaf sebelumnya ..." Pria berambut putih itu menjeda kata-katanya. "Ada apa? Katakan saja!" "Bukannya hamba bermaksud ikut campur. Akan tetapi, hamba hanya ingin memperingatkan, hubungan Putri dengan Efatta tidak akan berhasil!" Raut wajah Efim berubah serius seketika. "Apa maksudmu?" Dengan menyipitka mata, Alisya menatap Efim keheranan. "Apa Putri sudah lupa dengan kemarahan Pangeran Dafandra diawal pengangkatannya menjadi raja? Hamba rasa tangisan keluarga korban perang dan pekerja tambang yang dibantai habis oleh raja belum mengering." Sekilas Efim menatap raut wajah gusar sang putri. "Sekarang Putri telah kembali berada di tangan raj
Read more
Bab 182 Melawan Sihir Cinta Gianira
Berjalan seorang diri menyusuri taman yang bermandikan caha bulan, hati Efim menjadi semakin tidak tenang. Setelah berhari-hari dalam kegelisahan, dengan mata kepalanya sendiri, Efim menyaksikan Efatta mulai mencari kebenaran tentang hubungannya dengan Putri dari kerajaan Crysozh. Kekhawatiran Efim bukan tanpa alasan. Kalaupun Alisya diam, pria liar itu pasti tidak akan menyerah begitu saja. Jika terus dibiarkan, bukan tidak mungkin Efatta akan menyusun rencana untuk membawa Putri Alisya lari dari benteng bawah tanah. Memandang pilar-pilar kokoh penyangga kastil, Efim terus berjalan memasuki kastil yang selalu sunyi sejak bertahun-tahun lamanya. Suara langkah menggema mengiringi pria berbaju serba hitam di antara dinding berhiaskan lukisan keluarga penyihir dari generasi ke generasi. Langkah Efim terhenti, dipandangnya sesosok wanita berambut hitam mematung di depan sebuah lukisan yang diterangi cahaya rembulan. "Gianira ...." Sapa Efim, tanpa jawaban dari sang pemilik nama. Kemba
Read more
Bab 183 Janji Efatta
"Apa ini yang kamu maksud, tidak lama lagi akan bertemu dengan raja?" tanya Alisya pada seorang pria berambut putih yang baru saja muncul dari balik pintu. Tidak langsung menjawab, pria berpakaian serba hitam memberikan hormat terlebih dahulu seperti biasa. "Sepertinya Yang Mulia sudah tidak sabar untuk bertemu dengan raja." Efim tersenyum simpul. "Hentikan omong kosongmu! Aku hanya merasa heran. Sudah hampir dua bulan aku berada di tempat ini, tetapi tidak ada satu pun utusan kerejaan menampakkan batang hidungnya. Jangan-jangan, sebenarnya kamu hanya memperalatku untuk memeras raja?" ucap Alisya kesal. "Memperalat? Apakah Paduka raja akan tertarik untuk menebus Putri?" gurau Efim. "Jika tidak, memangnya apa yang telah dia perbuat saat ini? Mengerahkan mata-mata di berbagai tempat, bahkan di tempat-tempat terpencil! Yang lebih aneh lagi, membuat sayembara bajak laut dengan hadiah sertifikat izin membajak. Apakah itu tidak disebut gila?" Efim mengangguk-angguk mendengar sanggahan
Read more
Bab184 Kabur
"Ee ... Efatta ... apa kamu sedang mempermainkanku?" ucap Alisya terbata-bata. Janji Efatta selanjutnya jelas lebih tidak masuk akal. "Tidak, Alisya. Kamu bisa memegang ucapanku!" Efatta mengangguk dengan mantab. Alisya tidak bisa menyembunyikan air matanya karena merasa terpojok dan bimbang. Saat ini dia tidak punya pilihan selain mengikuti kehendak Efatta. Karena menolaknya juga tidak mungkin. "Sekarang apa yang harus kita lakukan?" tanya Alisya seraya menghapus air mata. "Mempersiapkan bekal secukupnya untuk perjalanan dan membawa senjata."Efatta memasukkan beberapa buah di meja kendalam kantong, kemudian menyerahkannya kepada Alisya. "Meski cuma pisau buah, ini sangat tajam. Tidak perlu cemas, dalam sebuah pertarungan yang paling penting adalah keahlian baru kemudian senjata." Efatta memandang dua pisau buah di tangan bergantian. Raut wajah Alisya masih terlihat ragu-ragu. Sang putri menarik mantel hitam yang menutupi tubuh Efatta. "Tidak usah cemas! Dalam kondisi terdesak
Read more
Bab 185 Kematian gianira
Begitu menyadari Gianira telah menyelamatkan Efatta, semu orang di tempat itu membisu. Mencabut tangannya yang berlumuran darah, Efim memandang wajah pucat Gianira dengan penuh penyesalan. Tangan pria berkulit pucat menutup luka di perut Gianira seraya merapal mantra, tapi tangan Gianira mencegahnya. "Tidak perlu, aku tidak menyesal mati karena melindunginya," ucap Gianira pelan. Gerakan naik-turun di dada Gianira menghilang, sedangkan matanya terbuka memandang langit malam yang gelap, seolah menatap kepergian roh dari jasad. Saat itu juga tangisan Efim pecah seraya memeluk tubuh Gianira yang tidak bernyawa. Bahkan Alisya seolah tidak berkedip menyaksikan kematian Gianira yang begitu cepat untuk melindungi lelaki yang memilih kabur bersamanya. Sungguh ironis. Setelah menangis beberapa saat, pria berkulit pucat kembali bangkit. Dengan tangan mengepal erat Efim menerjang Efatta yang juga baru saja berdiri. Kemarahan membuat energi sihir Efim muncul berkali-kali lipat hingga Efatta
Read more
Bab186 Jabatan Pemuas nafsu
Peristiwa tragis dan pembunuhan selalu menyisakan trauma di hati siapa pun yang melihatnya. Begitu juga dengan kematian Gianira dan perkelahian Efim dan Efatta. Meski sang putri sudah tidak punya keinginan untuk kembali membina rumah tangga dengan Efatta, faktanya Alisya telah banyak berhutang nyawa dengan Efatta. Kejadian tragis yang menimpa Efatta tidak bisa tidak membuat Alisya bersedih. Walaupun larut dalam kesedihan, entah kenapa hati kecil Alisya masih berkeyakinan Efatta belum mati. Setitik hati itu seolah bersikeras tidak akan mempercayai tuduhan kematian Efatta sampai sang putri melihat dengan mata kepalanya sendiri jasad Efatta. Malam itu sudah beberapa kali pelayan yang datang menghampiri Alisya untuk memintanya makan malam bersama raja. Akan tetapi, berkali-kali pula Alisya menolak. Selain karena nafsu makannya menghilang, yang Alisya inginkan saat ini hanya waktu untuk menyendiri. Tiba-tiba kembali terdengar suara ketukan pintu. Harusnya peringatan sebelumnya sudah cu
Read more
Bab 187 Perjanjian Darah
Seorang dokter wanita tengah memeriksa luka di kamar baru Alisya. Setelah kedatangan raja, Alisya dipindahkan dari benteng bawah tanah ke dalam kastil. Sebuah kamar yang luas dengan ranjang empuk yang nyaman menjadi tempat beristirahat sementara sang putri. Dua hari berlalu sejak kakinya terluka karena Efim, Alisya belum bercakap-cakap lagi dengan pria berkulit pucat yang telah diangkat raja sebagai pengawal pribadi ratu. Selain karena Efim telah menyingkirkan Efatta, bayangan Efim menembus perut Gianira masih terbayang jelas. Hal itu membuat Alisya merasa takut membayangkan pria itu akan terus berada di sekelilingnya. "Sebaiknya Putri tidak turun dari tempat tidur terlebih dahulu, untuk mempercepat penyembuhan." Dokter wanita berkata dengan ramah membuyarkan lamunan Alisya. "Terima kasih." Putri dari kerajaan Crysozh menjawab dengan pasrah. Ingatan Alisya saat memanjat dinding benteng terulang kembali. Rasa di hati sang putri lebih sakit dari pada luka di kakinya yang dibalut perb
Read more
Bab 188 Ujian Loyalitas
Tangan Alisya bergetar seraya melepaskan pedang dalam genggaman. Seketika itu juga tubuh sang putri terasa lemas dan berkeringat dingin karena telah melukai seseorang dengan sengaja. Sikap Alisya tidak ubahnya seperti putri malu yang mengatup ketika disentuh. "Kamu tidak apa-apa, Alisya?" raja mencengkeram kedua lengan Alisya, sementara Alisya membuang muka. Perasaan sang putri campur aduk. "Alisya ...." Raja berucap dengan nada lembut. Alisya menggeleng pelan, memberikan isyarat dengan tangan agar raja menjauh. Hati Alisya menjadi semakin bimbang. Sang putri tidak menyangka, raja akan begitu mudah percaya dengan kebohongan yang dia ciptakan. Padahal, jelas-jelas Alisya menusuk Efim dengan pedang pria itu. Bahkan sarung pedangnya juga berada di atas ranjang Alisya. Jika tidak karena Efim berikan, tidak mungkin sarung pedang itu bisa berada di atas ranjang sang putri. Selanjutnya Efim, pria itu juga tidak membantah hukuman dari raja dan lebih memilih menjalani hukuman karena fitnah
Read more
Bab 189 Kembali Hidup Di Istana
Menghirup napas dalam, udara istana memenuhi paru-paru Alisya. Meski sama-sama udara, tetapi rasa udara di istana seakan berbeda dari tempat-tempat lain. Tidak bisa dipungkiri, istana merupakan tempat yang sangat seksi untuk meraup kekayaan, kekuasaan, dan popularitas. Semua mata seakan sekilas tertuju kepada Alisya tetapi buru-buru menunduk untuk memberikan penghormatan kepada raja. "Hormat kepada Paduka Raja Dafandra, semoga panjang umur." Para menteri menyambut kedatangan raja. Dafandra menanggapi sambutan para menteri dengan anggukan kepala kemudian menuju ke singgasana. "Rasanya bahagia sekali hari ini, aku bisa kembali menginjakkan kaki di istana. Aku tidak akan berlama-lama memberikan pidato kali ini karena aku sangat lelah. Singkat saja, aku akan mengumumkan pernikahan keduaku dengan Putri Alisya." Suasana alula kerajaan menjadi hening. Para menteri terdiam tetapi saling memandang, seolah berkomunikasi satu sama lain. Padahal beberapa bulan terakhir kerajaan disibukkan den
Read more
PREV
1
...
1718192021
...
24
DMCA.com Protection Status