All Chapters of Jerat Cinta Sang Milyarder: Chapter 61 - Chapter 70
171 Chapters
Dari Mana Kau Tahu?
Celine menghembuskan napas kasar saat melihat suaminya sudah tertidur di ruang rawat. Dia berjalan menjauh dari pintu ruangan tersebut dan menghiraukan beberapa pria yang berjaga. Matanya kemudian menatap ke arah jam di ponselnya. Pukul sepuluh. Dia tidak bisa membiarkan anaknya menunggu terlalu lama."Kamu mau pulang?"Suara sapaan terdengar dan membuat perhatian Celine beralih menatap mertuanya yang duduk di kursi. Tampak Mira menyorot tanpa ekspresi ke arahnya. Celine pikir, wanita itu telah tidur. "Iya, Bu, aku tidak bisa membiarkan Arion sendiri."Ada Marta sebenarnya, namun Celine selalu merasa tidak enak jika harus terus menerus meninggalkan sang anak bersama wanita tua itu. Walau Marta yang menawarkan dirinya sendiri. "Oh, anakmu itu, ya? Ya sudah, pergilah."Mira mengibaskan tangan sembari mengalihkan pandangannya menghindari Celine. Membiarkan rasa bingung hadir pada wanita itu karena tidak mendapat kata-kata tajam. Tidak seperti biasanya."Baik, Bu. Aku
Read more
Mabuk oleh Celine
"Dari mana Anda tahu nama saya?"Lelaki yang menyelamatkannya itu menyunggingkan senyum miring. Membuat Celine harus mengernyitkan heran dan perlahan mundur. Pikiran negatif langsung memenuhi isi kepalanya. Dia tidak mengenal lelaki ini, tapi bagaimana bisa lelaki itu mengenalnya?Celine mengalihkan pandangannya ke sekeliling. Dia masih melihat Simon tidak sadarkan diri dan malam yang semakin larut, membuat jalanan sedikit sepi. Hingga Celine tidak punya pilihan lain selain kembali ke rumah sakit. Sayangnya, pikirannya untuk melarikan diri, sudah lebih dulu disadari oleh lelaki itu dan tentu bisa dicegahnya dengan mudah. Tangannya digenggam erat."Kaumau ke mana? Aku belum menjawab pertanyaanmu." Jared menatap lekat wanita di depannya. Dia tidak salah kenal. Matanya bisa melihat dengan sangat jelas jika wanita itu adalah wanita yang dia cari. Asisten baru Dominic. Seperti kata Tiffany, cantik. Kedua tangannya dengan sengaja menarik pinggang ramping itu dan memegangnya
Read more
Siapa yang Melukaimu?
Celine berjalan tertatih menuju lift karyawan. Tersenyum menyapa beberapa orang yang berpapasan dengannya. Kakinya masih sakit karena semalam. Terpaksa, hari ini pun dia mengenakan flatshoes miliknya. Sialnya, karena insiden kemarin, dia kini harus bangun sedikit kesiangan. Beruntungnya Marta menolongnya dengan memijat kakinya yang terluka dan membuatnya sedikit lebih baik.Sayangnya saat Celine hendak masuk ke dalam lift, dia merasakan tangannya tiba-tiba digenggam oleh seseorang. Membuat tubuhnya harus mundur ke belakang dan menabrak sebuah tubuh. "Celine, kau terlambat?"Suara yang tidak lagi asing itu, mau tak mau membuat kepalanya mendongak. "Do–Pak? Maafkan saya." Celine memegang pergelangan tangan Dominic dengan hati-hati. Bibirnya meringis karena lelaki itu sempat membuatnya kaget sampai tidak sengaja dia menggerakkan kakinya terlalu keras. Refleks yang parah."Aku datang ke rumahmu, tapi kau tidak ada.""Maaf, saya
Read more
Tidak Suka Barang Bekas
"... namanya itu—"Tok-tok-tok.Perhatian Dominic teralihkan seketika ke arah pintu. Dia berdiri dan berjalan mendekati pintu tanpa menghiraukan ucapan Celine. Terlihat salah seorang dokter perusahaan datang bersama office boy yang tadi sempat dimintai tolong."Tolong periksa dia."Dominic membuka pintu lebar-lebar dan memberi jalan untuk dokter lelaki itu untuk melihat kondisi Celine. Sementara sang office boy yang tadi mengantar, pamit untuk diri sembari memberikan apa yang tadi Dominic butuhkan."Pak, ini berlebihan. Sudah saya bilang, saya baik-baik saja," ucap Celine sedikit risi saat sang dokter memintanya untuk memperlihatkan kakinya yang bengkak."Kau hanya perlu menutup mulutmu dan biarkan Dokter melakukan tugasnya." Dominic duduk di salah kursi tepat di depan Celine. Memerhatikan dokter tersebut mengelus kaki jenjang wanita itu. Celine terlihat meringis dan menyuruh sang dokter untuk berhenti ketika menyentuh bengkaknya. Sayan
Read more
Liburan atau Bekerja?
Celine terusik dari tidurnya. Dia merasakan sepasang tangan yang memainkan rambutnya di wajah. Beberapa kali menyentuh hidung dan bibirnya. Hingga saat rasa kantuknya hilang, perlahan kelopak matanya terbuka. Sosok Dominic 'lah yang harus dia lihat begitu membuka mata. Terlihat lelaki itu kaget dan membenarkan posisinya. Menjauh dari Celine sembari mengalihkan pandangannya."Kau sudah sadar?""Apa yang baru saja kaulakukan?" tanya Celine, bersamaan dengan terucapnya kalimat yang terlontar dari bibir Dominic."Maaf, tadinya aku berniat membangunkanmu dan mengajak makan, tapi kau tertidur sangat pulas."Kernyitan heran di kening Celine terlihat. Dia meringis ketika menyadari dirinya memang tertidur. Padahal dia awalnya menolak. Tentu saja semua itu pasti karena efek obat yang tadi diminumnya. "Harusnya kau bangunkan aku, bukan malah memainkan wajahku."Tatapan datar Dominic tidak luntur. Dia memerhatikan wajah lelah Celine. Sedangkan sang empunya yang ditatap
Read more
Segalanya Butuh Uang
Celine berjalan pelan memasuki jalan menuju rumahnya dengan senyum mengembang. Rasa senang hadir karena Rayyan telah melepas rasa lelah dan frustrasinya. Lelaki itu menyemangatinya sampai Celine merasa malu sendiri. Entah apa yang akan mereka lakukan jika tidak ada dokter yang masuk dan menghentikan tindakannya. Sayangnya, dia tidak bisa lama-lama berada di rumah sakit. Putranya membutuhkan kehadirannya.Memikirkan Arion, membuat Celine semakin mempercepat langkahnya sampai ketika dia melihat pintu rumahnya tampak terbuka. Ada sebuah mobil tidak asing terparkir di sana. Mobil Dominic.Untuk sesaat, tubuh Celine terhenti sejenak. Dia melangkah mendekati pintu dan melihat pemandangan anaknya yang tengah bermain bersama Dominic di lantai. Kedua lelaki beda generasi itu tampak asyik dan tidak menyadari ketika Celine membuka masuk. Mainan baru dan makanan, menjadi pemandangan pertama kali dia lihat di meja kayu yang tidak begitu lebar. "Al, Dominic?"Mer
Read more
Ciuman tak Terduga
Celine duduk berdampingan dengan Dominic. Dia menghembuskan napas kasar dan bersandar di kursinya. Rasa lelah menderanya. Kepalanya sedikit berkunang-kunang. Berharap pesawat yang dia tumpangi saat ini cepat sampai. Ya, saat ini dia sedang berada di dalam pesawat kelas bisnis. Pemberangkatan dari Jakarta menuju Velana Airport, Maldives. Sesuai dengan apa yang Dominic katakan sebelumnya, meski lelaki itu tidak menyebutkan ke mana mereka akan pergi. Dominic hanya memberi clue kalau mereka akan menghabiskan waktunya di resort dekat pantai. Itu membuatnya sedikit penasaran di tengah rasa gugupnya.Sedari pesawat take off, jantungnya tidak bisa berhenti berdetak cepat. Celine sebenarnya takut naik pesawat. Ini pengalaman pertamanya bersama atasan barunya dan dia tidak bisa tenang. Namun sikapnya justru berlawanan dengan Dominic. Melalui sudut matanya, Celine dapat melihat Dominic yang fokus pada laptop sambil memeriksa berkas. Lelaki itu bisa bekerja dengan tenang dalam situasi apa
Read more
Aku Tertarik Padamu
Canggung. Keadaan begitu canggung setelah Celine dan Dominic sampai di salah resort tepi pantai, di mana mereka akan menghabiskan beberapa waktu untuk observasi sekaligus mempelajari hal-hal baru. Lima karyawan lainnya sudah lebih dulu melakukan check in. Meninggalkan Celine bersama Dominic berdua. Tak ada percakapan yang terlontar dari bibir keduanya setelah apa yang terjadi beberapa saat sebelumnya. Pun begitu saat Dominic menghampiri resepsionis untuk mengambil kunci kamar. Sedangkan Celine berdiri sedikit menjauh. Dia tidak mengerti apa yang mereka bicarakan dan dia tidak mau tahu. Cukup lama Celine menunggu, sampai kemudian Dominic tiba-tiba menghampirinya."Ada masalah di sini.""Kenapa?" tanya Celine gugup. Dia mengalihkan pandangannya ke arah lain, tanpa mau menatap lelaki itu."Kamar yang harusnya kau tempati, ternyata sudah diisi orang lain. Ada kesalahan dari pihak manajemen."Celine menghembuskan napas kasar. "Bukankah masih ada kamar lain?
Read more
Berikan Tubuhmu Padaku
Tatapan Celine terfokus pada berkas untuk rapat besok antara Dominic dengan kliennya. Dia berusaha tetap tenang dan fokus pada pekerjaannya dari pada mengingat perkataan yang terlontar dari mulut lelaki itu tadi. Dominic pasti sedang bercanda, karena lelaki itu hanya diam saat ditanya dan malah pergi ke kamar mandi. Sementara Celine saat ini memilih untuk menyendiri di ruang tengah. Duduk di sofa dan membiarkan Dominic berada di kamar. Sebuah televisi besar terlihat, namun tak berhasil membuatnya tertarik untuk menyalakan.Sekitar dua puluh menit berlalu, Celine yang seorang diri di ruang tengah, mendengar suara pintu kamar yang dibuka. Secara alami, kepalanya refleks menoleh dan melihat Dominic yang berjalan keluar sembari mengenakan pakaian santai. Kaos dan celana training. Rambut hitamnya tampak basah dan air menetes dari sana. Sejenak, Celine dibuat terpaku sampai Dominic tersenyum dan mendudukkan bokong di sampingnya. Dia yang tidak nyaman, segera bergeser. Namun entah s
Read more
Seandainya Aku tidak Tertarik
Hancur sudah pandangan baik Celine terhadap Dominic. Lelaki itu dengan sikap kurang ajarnya telah membuat kepercayaan Celine rusak kembali. Dia tidak menyangka, sama sekali tidak menyangka kalau Dominic menginginkannya untuk menjadi teman tidur. Dia bukan jalang atau wanita yang tidak puas dengan satu pria.Diliriknya sekali lagi ranjang milik Dominic yang kosong. Celine tidak tahu kapan lelaki itu bangun dan menghilang. Dia tidak mendapatinya saat membuka mata. Meski memang itu adalah harapannya. Tak bisa dibayangkan bagaimana canggungnya dia ketika harus bertatap muka setelah apa yang terjadi semalam. Matahari masih belum muncul, tapi kini Celine sudah rapi dengan pakaian kerjanya. Bagaimana pun, terlepas dari kejadian semalam, dia tetaplah karyawan lelaki itu dan harus bersikap profesional. Meski mungkin hal tersebut sangat amat sulit dilakukan. Sampai saat dia sibuk mematut diri di depan cermin, terdengar suara pintu kamar yang terbuka. Celine secara refleks
Read more
PREV
1
...
56789
...
18
DMCA.com Protection Status