All Chapters of Jerat Cinta Sang Milyarder: Chapter 71 - Chapter 80
171 Chapters
Aku Bisa Membuatmu Puas
"Rayyan? Bagaimana keadaanmu? Maaf, aku baru mengabarimu," tanya Celine dalam panggilan teleponnya. Dia yang hanya memang memiliki satu ponsel, sedang tidak dengan Rayyan, terpaksa harus menghubungi mertuanya untuk bisa bicara dengan Rayyan. Terjadi perdebatan cukup alot untuk dia akhirnya bisa bicara dengan sang suami. "Tidak masalah. Aku baik-baik saja, Sayang. Kamu bagaimana di sana?"Pertanyaan yang terlontar dari mulut Rayyan di seberang telepon, membuat Celine tersenyum diam-diam. Dia menatap lautan yang ada cukup jauh dari tempatnya kini berada. Berpegangan di atas pagar besi di balkon kamar. Malam hari memang sangat menakjubkan. Terlihat banyak lampu yabg berkelap-kelip. "Kamu harus melihatnya, Rayyan. Di sini sangat indah. Aku naik pesawat dan melihat pantai." "Benarkah? Aku senang mendengarnya. Apa Dominic memperlakukanmu dengan baik? Bagaimana bekerja dengannya?"DEGH.Pertanyaan kali ini, berhasil membuat Celine terdiam. Senyu
Read more
Jebakan Dominic?
"Bu, Anda terlihat lelah, apa Anda baik-baik saja?" tegur salah seorang karyawan wanita berambut pendek kala matanya melihat Celine berjalan lunglai di bibir pantai, usai mereka melakukan kunjungan dari satu tempat ke tempat lain sejak tadi pagi hingga sore.Rasanya seperti mengelilingi satu pulau. Celine merasakan tubuhnya seperti akan remuk, belum lagi kepalanya terasa ingin meledak dengan setumpuk pekerjaan yang harus cepat dia kerjakan. Namun, alih-alih langsung pergi menuju resort, dia bersama tiga karyawan lainnya memilih untuk berjalan-jalan di pantai. Tentunya, itu adalah upaya yang harus dilakukan untuk menghindari Dominic. Setelah dua hari hanya melihat lelaki itu, akhirnya dia bisa berbaur dengan yang lain. Meski itu masih dalam batas pekerjaan."Ya, saya baik-baik saja." Celine berusaha tersenyum dan menghapus kekhawatiran mereka. Tiga orang wanita yang kini berjalan untuk menikmati pemandangan pantai dengan dress sebatas lutut. Terlihat bebera
Read more
Teman Berbagi
Dua puluh menit berlalu.Dominic mulai gelisah di tempat duduknya saat melihat Celine tidak kunjung kembali. Dia menatap sekeliling dan melihat karyawannya sudah mabuk. Hingga tanpa basa-basi, Dominic segera berdiri untuk keluar mencari keberadaan Celine di antara banyaknya orang-orang yang mulai tak terkendali. Menari saat sang DJ memainkan musiknya."Celine?" panggil Dominic sambil menyusuri jalan ke mana wanita itu tadi pergi. Menuju ke arah lorong yang cukup sepi. Tidak, tidak sepi. Dominic melihat sepasang kekasih tengah bermesraan di sisi lain. Tempat yang sebenarnya cukup menjijikkan.Pandangannya berpaling ke arah lain. Kakinya terus melangkah tergesa-gesa menuju ke arah toilet khusus wanita. Sialnya, baru dua melangkah, terdengar suara keributan dari dalam sana. Pintu seperti digedor paksa dari dalam. Di sekitar toilet, baik yang pria atau wanita, tidak ada orang sama sekali. Tidak ada Celine. Dia merasakan sesuatu yang tidak beres. Sesuatu yang membuat Domin
Read more
Menikmatimu Kembali
Kita akan melupakan segalanya malam ini.Itulah kata yang tergiang di kepala Dominic saat dirinya dan Celine benar-benar melupakan segalanya. Batasan, moral, norma dan aturan lainnya, di mana keduanya saat ini asyik mereguk kenikmatan di atas ranjang kecil, yang ikut bergoyak menahan bobot tubuh dua orang dewasa. Deru napas mereka saling bersahutan. Entah siapa yang memulai, tapi semuanya sudah terlanjur. Mereka telah menyalakan api dan terhanyut ke dalam gairah terlarang.Tak jauh dari ranjang di mana mereka saat ini saling memuaskan, terlihat sebuah kamera merekam jelas kegiatan panas itu. Ketika Dominic lihainya memasuki tempat yang tak boleh terjamah. Ketika wanita mabuk di bawahnya menggerang dan melingkarkan kedua kakinya di pinggang, di saat dia menggoyangkan pinggulnya tanpa ampun. Bibir wanita itu tak berhenti bersuara, menikmati setiap gerakan kasar namun cepat dari pria yang bukan suaminya. Sialnya, semua terekam jelas dan akan menjadi bukti malam yang dingi
Read more
Jadilah Simpananku
Rasa kecewa masih bercokol dalam dadanya. Entah ke berapa kali Celine harus menyesali apa yang terjadi. Dia tidak bisa makan dengan tenang. Dia juga takut untuk keluar dan bertemu dengan orang jahat, namun di sisi lain, Celine juga takut dengan kedatangan Dominic. Hingga makan siang berlalu, dia hanya bisa duduk di kursi balkon dan melihat pemandangan pantai. Tangannya menggenggam ponsel miliknya dengan erat.Di kursi itu, Celine memeluk dirinya dan menatap ke bawah. Tinggi, jika dia melompat, dirinya akan mati saat itu juga. Celine merasa dia benar-benar lelah dan ingin menyerah. Dia takut masalahnya akan kembali menghantamnya seiiring waktu. Namun, bayangan Arion justru muncul dan mengganggunya. Anaknya yang masih kecil, membuat Celine harus berpikir ribuan kali untuk mengakhiri hidupnya.Dia tidak bisa melakukannya. Dia tidak bisa menyerah begitu saja. Sembari menggenggam erat ponselnya, Celine terdiam dan meneteskan air mata. Dia berharap matahari cepat tenggelam a
Read more
Menjaga Jarak
Perjalanan bisnis berakhir kacau. Mungkin sukses untuk beberapa karyawan lain, tapi tidak dengan Celine dan Dominic. Perang dingin kembali dimulai setelah lelaki itu menyalahgunakan kekuasaannya untuk menekannya. Tak sepatah kata pun Celine mau bicara dari semenjak mereka membereskan barang-barang di resort, hingga pergi menuju bandar udara internasional Velana. Begitu pula ketika pesawat sudah lepas landas. Pengalaman yang buruk. Terburuk dan rasanya, Celine tidak mau pergi bersama dengan lelaki itu lagi. Sialnya, kini dia harus tetap berada dekat dengan Dominic. Duduk berdampingan dengan orang yang paling memuakkan."Celine, setelah ini, kumpulkan semua laporan perjalanan. Saat kita masuk, aku akan melakukan evaluasi.""Iya, Pak," jawab Celine tanpa semangat dan tanpa menatap ke arah Dominic. Pandangannya justru lurus ke depan. Dia hanya memiliki waktu hari ini dan besok untuk mempersiapkan bahan rapat, belum lagi jadwal pertemuan Dominic yang diurus ole
Read more
Tidak Seperti yang Terlihat
"Kenapa kamu mau membawa Rayyan pulang, huh? Dia masih belum sembuh!"Suara Mira terdengar keras di ruangan begitu Celine mengatakan maksudnya untuk membawa pulang Rayyan. Terlihat ketidaksetujuan dari mertuanya, yang awalnya Celine kira mertuanya akan mendukung. Dia sebenarnya kasihan melihat ibu mertuanya yang selalu menemani Rayyan di sini, sementara dia di rumah harus menjaga Arion, karena sangat tidak mungkin untuk membawa anak kecil menginap di rumah sakit. Celine hanya bermaksud untuk meringankan tugas mertuanya, sekaligus dia bisa menjaga suami dan anaknya bersamaan. Selama Rayyan di rumah sakit, mereka jadi jarang bertemu. Apalagi saat dia bekerja di perusahaan Dominic, semua waktunya semakin habis. "Tapi, Bu, dengan Rayyan di rumah, aku bisa menja—""Tidak! Rayyan harus di sini. Siapa yang akan mengobatinya jika dia pulang? Kamu sadar, uang pengobatan Rayyan tidak murah dan ada orang yang mau menanggungnya, tapi kamu malah menolak! Kamu pikir, kamu punya ua
Read more
Bermain Api
Celine mendongak. Menatap rumah besar di hadapannya dengan gugup. Dia memandang pintu itu ragu-ragu. Security penjaga gerbang sudah mengizinkannya untuk masuk, akan tetapi Celine justru tertahan di sana selama lima menit. Sampai tangannya perlahan terulur menyentuh bel dan menekannya dua kali. Berharap ada orang yang segera membukakan pintu.Lima menit dia harus menunggu hingga akhirnya pintu terbuka. Sayangnya rasa gugupnya berganti dengan ekspresi terkejut tatkala matanya menemukan sosok yang paling dia hindari. Dominic. Lelaki itu yang membukakan pintu untuknya. Tersenyum lebar seolah kehadirannya memang dinanti."Akhirnya tiba juga, aku sudah menunggu."Mata Celine bergetar. Dia menarik napas dalam-dalam dan berusaha menghiraukan perkataan Dominic seraya memalingkan muka. "Mana anakku?""Al? Dia sedang main bersama Nora di dalam. Kaumau melihat?" tawar Dominic dengan santai. Lelaki itu tidak bertindak aneh dan bahkan sangat amat santai seolah tidak memiliki r
Read more
Jangan Menyentuhnya!
"Kau berlibur, tapi tidak memgajakku? Bagaimana bisa kaumelakukan ini?"Dominic menatap malas wanita yang tidak lain adalah tunangannya. Niatnya yang ingin makan di restoran, harus membuatnya berpapasan dengan wanita yang dia hindari. Hingga mereka harus berakhir dalam satu meja yang sama."Aku pergi untuk pekerjaan, bukan liburan. Jangan bertanya hal yang tidak penting," ucap Dominic tanpa mengalihkan pandangannya dari piring di depannya. Dia terlalu malas untuk menatap wanita yang posesif ini."Kau pergi dengan asisten barumu itu?""Itu bukan urusanmu."Sikap tak acuh Dominic dan sorot enggan di mata lelaki itu, membuat Tiffany harus mengepalkan tangannya dan berusaha menahan diri untuk tidak mengumpat. Dilihat dari mana pun, dia melihat jelas jika ada sesuatu di antara tunangannya itu. Tidak seperti dugaan Jared yang menyebutkan kalau Dominic tidak akan tertarik dengan barang bekas. "Dominic, Ayahku memintamu datang malam ini. Dia menanyakan kapan kau aka
Read more
Kemarahan Dominic
Satu hal yang paling Celine sesali adalah dirinya yang mendatangi apartemen Dominic tanpa berpikir dua kali. Masih dengan napas tersengal-sengal, dia menatap pintu apartemen di depannya. Lantai dan nomor apartemen yang masih dia ingat dengan jelas. Sayangnya, di sana dia dibuat ragu oleh apa yang akan terjadi nantinya. Celine takut Dominic akan berbuat macam-macam terhadapnya, tapi membayangkan pakaian dalamnya menjadi objek fantasi seksual lelaki bejat itu, membuat Celine tidak terima. Alhasil, dengan mengumpulkan segala keberanian, dia membunyikan bel. Suasana lorong di sekitarnya tampak sepi. Mungkin karena lantai di mana Dominic berada saat ini, sangat jarang dihuni. Hanya dengan melihat apartemen Dominic saja, Celine tahu kalau fasilitas yang dipakai benar-benar mampu mengorek kocek sangat besar.Di sisi lain, Dominic yang sedang asyik membaui benda milik Celine, tersentak saat mendengar suara bel berbunyi. Dia mengangkat alisnya dan menduga siapa yang datan
Read more
PREV
1
...
678910
...
18
DMCA.com Protection Status