All Chapters of LEAK: Chapter 51 - Chapter 60
65 Chapters
AKANKAH DRAMA INI BERAKHIR?
“Mek! Saya Ningsih, anak Meme dari Jawa. Saya sayang Meme. Tolong kembali ke alam sana. Meski kita beda agama, saya selalu berdoa untukmu.” Kerabat yang kesurupan itu mengangguk mendengar perkataan Ningsih. Ia mengusap tangan dan pipi Ningsih lalu tersenyum. Kakak beradik itu bergantian mencium tangan kerabat ini. Mereka tahu, yang ada di hadapan adalah kerabat yang dirasuki arwah Dadong Canangsari, sang meme. Mereka hanya reuni sesaat, sekadar mengenang kebersamaan yang tlah lewat, meski meminjam raga orang lain. Bertiga saling tatap lalu meneteskan air mata. Mereka saling merindu kebersamaan saat Dadong masih hidup. Kini, Ningsih dan memenya bisa bertemu, setelah sekian tahun terpisah di tanah seberang. Mereka baru tahu, rasa kehilangan yang menyakitkan adalah saat salah satu dari mereka pergi dan tak mungkin kembali karena kematian. Rindu yang mendesak tak bisa terlampiaskan karena jarak dan waktu bukan mi
Read more
MENAPAKI SATU PERSATU
Ni Kesumasari  sudah dirukiah. Menurut Ningsih tak perlu lagi dilakukan ritual yang diajarkan Dadong Canangsari kepada Wayan Suri. Untuk menghilangkan setan atau jin yang mungkin saja masih ada yang bersarang di tubuh Ni Kesumasari bisa dilakukan dengan cara islami. Oleh karena kakak sepupu mereka telah menjadi mualaf. Wayan Suri belum bisa menangkap maksud dari penjelasan sang kakak. Ningsih mengerti itu karena memang mereka hidup dalam kultur dan keyakinan yang berbeda. Mau tak mau ia harus menjelaskan panjang lebar tentang hal tersebut kepada adiknya. “Mbok Yan biar diajari ngaji Bang Deni. Itu cara yang tepat. “ “Memang gak sulit baca huruf Arab kayak gitu. Lama itu belajarnya. Keburu kemasukan roh kayak kemarin.” “Belajarnya baca Al-Quran dikit-dikit dulu. Buat jaga diri bisa baca doa harian. Orang berdoa gak harus baca langsung dari Al-Quran.”&nb
Read more
KE MANA BAGIAN TUBUH DADONG?
Ni Kesumasari sangat bahagia menerima kado dari Ningsih, ia pun segera menyobek kertas pembungkusnya. Kini nampak kotak tertulis huruf Arab dan tertulis latin, Al-Quran digital. Seketika mata wanita tertua di antara mereka terbelalak, tak percaya. “Digital? Isi rekaman?” “Bisa dipakai dibaca sambil mendengarkan pelafalan yang benar. Ada pen sebagai alat bantu. Biar Mbok gampang belajarnya.” “Makasih sekali, adikku,” ucap Ni Kesumasari dengan mata berbinar-binar. Wanita itu meneteskan air mata sambil membuka kotak lalu melihat isi di dalamnya. Tampak sebuah Al-Quran dengan sampul warna keemasan bertulis huruf Arab timbul. Sungguh mewah dan elegan penampilannya. Ni Kesumasari memeluknya dengan haru hingga air matanya tertumpah membasahi pipi. Wayan Suri hanya bisa memandang ke arah mereka. Ia yang beragama Hindu tak mengerti dengan yang dibicarak
Read more
CARA LAIN UNTUK KEMBALI
Ningsih mengajukan usul untuk mencari keberadaan rambut Dadong Canangsari yang tanpa sengaja disimpan oleh Ni Kesumasari. Bisa jadi, benda itu masih tersimpan dalam saku baju Ni Kesumasari atau tertinggal di laundry. Mereka berharap, pegawai laundry masih menyimpannya jika di saku baju tak ada. Akhirnya, masalah yang dianggap rumit bisa terselesaikan dengan baik. Bertiga tersenyum bahagia, setelah sempat salah paham. Beruntung Ningsih yang penyabar dan bertindak lebih bijak akan masalah yang sedang mereka hadapi. Kini dengan bersemangat mereka akan memperbaiki semua akibat yang telah ditimbulkan oleh ilmu warisan dari Dadong Canangsari. Ni Kesumasari semakin optimis dan mantap hati untuk menghadapi hari pernikahan yang tinggal beberapa hari lagi. Ningsih merasa bahagia kedatangannya ke Bali mendatangkan manfaat dan bisa mengambil hikmah dari segala kasus yang terjadi dalam keluarga besarnya. Wayan Suri pun ikut tersenyum senang, pikirannya b
Read more
ILMU WARISAN MENGHANTUI
Ningsih dan Wayan Suri keheranan saat melihat Ni Kesumasari mendekat membawa arca dan kitab lontar. “Punya siapa, Mbok?” tanya Wayan Suri. “Apa itu, Mbok?” tanya Ningsih sambil mengamati ketiga benda tersebut. Sedangkan, Wayan Suri memegang salah satu arca lalu mengambil kitab lontar dan membaui wangi cendana bercampur aroma minyak akar wangi barang yang dipegang. Dalam hati, wanita termuda di antara mereka itu merasa mengenal bau khas tersebut. Ujung tangan kanannya beberapa tipok dahi untuk mengingat sesuatu. “Ini punya Bik Tut,” jawab Ni Kesumasari sambil membersihkan barang-barang tersebut. “Oh, ya, ya. Makanya aku hapal aromanya. Tapi, kok ada di Mbok Yan?” Ni Kesumasari pun segera bercerita tentang asal mula ketiga barang hingga ada dalam genggamannya. Begitu wanita itu menuntaskan ceritanya, Ningsih dan W
Read more
ADA YANG GANJIL
Terjadi perbedaan cara berpikir Ningsih dengan adiknya. Ningsih berpikir kondisi dan posisi roh kasar Dadong Canangsari  berbeda dengan roh kasar Ni Kesumasari. Begitu pun dengan akibat yang diakibatkan oleh pengembalian roh kasar ke tubuh aslinya. Namun, Wayan Suri berpikir bahwa sama-sama roh kasar, hanya beda tubuh yang dirasuki saja. Dadong Canangsari merasuki tubuh kerabat yang masih hidup, sedang roh kasar Ni Kesumasari merasuki jasad. Jika roh kembali pada tubuh asal, maka tubuh yang dirasuki masih hidup, bisa kembali normal dan tubuh yang telah menjadi jasad akan musnah karena bisa berwujud selama ada roh yang menghidupkannya. Semua akan kembali normal sesuai takdirnya masing-masing. “Kalo roh kasar Meme, bisa gitu. Karena jasad udah mati dan tak mungkin jadi pelaku ilmu leak lagi. Tapi, ini roh kasar Mbok Yan. Manusia yang masih hidup. Yang masih bisa dijadikan Pelaku ilmu. Kalo pemusnahan ilmu leak semudah itu, ngapain a
Read more
MENGUAK SEBUAH TEKA-TEKI
“Berapa orang?” tanya Ningsih sambil mengambil piring dari rak lalu ditaruh di meja.“Sekitar 20 orang termasuk tukang, Bli Yan dan Pak Lana,” jawab Wayan Suri sembari membantu menaruh teko kopi dan teh di nampan.“Jangan lupa gelasnya,” ucap Ningsih sembari menata beberapa gelas di nampan lain.“Udah komplit. Tolong bawa ke sana! Biar segera sarapan. Untuk kita udah Mbok siapin di wajan,” kata Ni Kesumasari.Mereka melangkah keluar dari dapur menuju teras rumah besar. Pak Lana dan Lek Dirman telah selesai mempersiapkan meja panjang untuk tempat menaruh sarapan.“Kita perlu ngomong bertiga. Ada leak baru di daerah ini,” ucap Wayan Suri kepada kedua saudaranya.“Kamu tau dari mana?” tanya Ni Kesumasari terkejut.Ketiga wanita ini kemudian melangkah ke dapur dan duduk di dipan. Wayan Suri menatap Ni Kesumasari lekat-lekat. Terang saja pandangan mata sang adik sepupu
Read more
SAUDARA DEKAT PELAKUNYA
Mereka lega telah memiliki beberapa foto adegan dalam rekaman yang dianggap penting. Kakak beradik ini mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan para petugas lalu mohon diri kepada sang kepala dan anak buahnya.Langkah keduanya menuju tempat parkir diisi pembahasan langkah selanjutnya yang akan dilakukan. Tanpa sengaja, pandangan Wayan Suri tertuju kepada seorang wanita yang berjalan mengendap-endap dari tempat parkir motor menuju bagian samping gedung.Wayan cekatan menarik tangan sang kakak diajak bersembunyi di balik tembok ruang lapor. Ningsih hanya bisa bengong saat diajak memindai gerak-gerik wanita itu.“Itu yang kita cari tadi, Mbok.”“Bik Mang?”“Iya. Dia adik ipar Bapak.”Setelah wanita yang diintip telah berlalu, mereka keluar dari tempat persembunyian lalu berjalan ke tempat parkir. Sejurus kemudian motor telah membawa keduanya berbaur dalam keramaian jalan raya.Perjalanan menempuh j
Read more
ADA YANG DENGAN KELUARGA BIK MANG
“Cicing cai! Panak tyang mati, bangka caine!” teriak Ningsih dengan mata memerah.Tangan wanita berdarah Jawa yang telah dirasuki roh Dadong Canangsari telah terangkat dan Ni Kesumasari buru-buru memeluknya.“Bik Tut, tenang! Tyang akan ngajak ngomong ke dia. Percaya ke tyang! Ini bukan jalan terbaik,” ucap wanita mualaf ini dengan sesengukan.“Wak, tolong pulang dulu. Nanti kita ke rumah Wak. Sayang nyawa,” ujar Wayan Suri sembari membantu pria ini untuk bangkit.Meski dengan ekspresi tak senang, suami Bik Mang mau menuruti kata-kata Wayan Suri. Ia berlari ke arah motor lalu menstater dan berlalu dengan kepulan asap motor dua tak.Begitu suami Bik Mang sudah pergi, tubuh Ningsih seketika lunglai dan hampir jatuh ke lantai. Beruntung Ni Kesumasari dan Wayan Suri telah sigap menangkap tubuhnya. Tubuh wanita keturunan Jawa ini dibopong ke ruang tengah lalu dibaringkan di sofa.“Ningsih ... ningsih,&rdq
Read more
MISTERI JASAD JANIN DI BEKAS SANGGAH
Ada apa dengan keluarga Bik Mang?Semoga Bik Mang belum sempat mempraktekkan ilmu itu.Sejak kapan mereka tahu cara curi ilmu?Ni Kesumasari semakin pusing dengan berbagai pertanyaan yang menumpuk satu persatu dalam benak. Ia belum bisa menemukan jawaban hingga mobil yang mereka tumpangi meninggalkan tempat tersebut. Sementara itu, Wayan Suri belum beranjak meski Bang Deni telah memberi kode klakson.Mobil semakin menjauh, justru motor Wayan Suri semakin mendekat ke arah hutan. Ia melihat bayangan seseorang melangkah di antara pohon-pohon jati.Bayangan itu pasti salah satu dari anggota keluarga Bik Mang, batin wanita berpinggang ramping ini.Wayan Suri ingin masuk ke hutan, tapi hati nurani melarang. Akhirnya, terpaksa balik arah untuk mengejar mobil Bang Deni. Ia berpikir akan menceritakan hal ini kepada ketiga kerabatnya dan bisa jadi pendukung anggapan mereka belakangan ini.Mereka hanya ingin membantu Bik Mang agar tak terjebak r
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status