Semua Bab Bukan Pernikahan Impian: Bab 11 - Bab 20
30 Bab
Bab 11
“Ini gulingnya nggak bisa di singkirkan, Ra?, barangkali kali butuh kehangatan dari tubuhku.” Ucap Alfan berbisik di dekat telinga Dara. Tengkuk leher Dara meremang merasakan nafas Alfan yang terasa sangat dekat dengan dengannya, Dara seketika berbalik, keduanya bertatap pada satu garis pandang yang sama. Alfan  menyangga kepalanya dengan salah satu tangannya, tersenyum yang menampilkan barisan gigi rapi dan putihnya. Melihat reaksi spontan dari Dara yang melotot ke arahnya semakin memperlebar senyum di wajah Alfan.“Aduh sakit, Ra.” Memang pukulan dari tangan Dara tak begitu keras tapi Alfan hanya ingin menjahili istrinya. Bahkan pukulan tersebut tak ubahnya pukulan manja dari sang istri. Tak puas hanya dengan pukulan, Dara mengambil guling yang berada di tengah- tengah keduanya. Tak puas hanya dengan guling Dara kembali mengambil bantal dan melemparkannya ke arah Alfan hingga bantal yang menjadi alas kepalanya di bekapkan ke wajah Alfan. 
Baca selengkapnya
Bab 12
Waktu jam istirahat sudah terlewat beberapa menit yang lalu, tapi Dara sepertinya masih asyik berkutat dengan pekerjaannya. Dara mengalihkan pandangan dari komputer setelah mendengar gawai pintarnya berdering pertanda ada telepon masuk. Nita menjadi nama yang tertera di layar utama. “Hal...” “Kenapa belum turun ke bawah?, sengaja mau di  jemput suami?” bahkan Dara belum sempat menyelesaikan  ucapannya namun Nita sudah memutus kata – katanya. “Sorry, pekerjaan gue banyak banget. Jadi kayaknya nanti titip mas Arga saja buat bawakan camilan saja.” “Sibuk banget sih sepertinya, Ra. Alfan yang pekerjaannya seabrek saja bisa meluangkan waktunya buat istirahat. Lagian aku nggak kasih ijin Arga buat bawain kamu makanan, enak aja minta di bawakan camilan sama pacar gue.” Cerocos Nita yang membuat makhluk lain yang berada satu meja dengannya geleng – geleng kepala. 
Baca selengkapnya
Bab 13
Detik berganti menit, menit berganti jam, jam berganti hari, hari berganti bulan. Seperti itulah siklus waktu hingga tak ku  sadari pernikahan yang ku jalani dengan  Dara sudah memasuki bulan ketiga. hubungan kami pun semakin hari semakin menunjukkan kemajuan. Kania menjadi satu dari orang terpenting yang membuat hubungan kami semakin dekat. Jika dulu setiap akhir pekan mama selalu datang ke rumah untuk mengajak Kania sekedar jalan – jalan ke taman atau pusat perbelanjaan, kini sudah beberapa minggu rutinitas itu aku dan Dara yang menjalankan. Lebih sering kita bertiga pergi ke taman sekedar mencari udara sejuk atau jalan- jalan seraya bergandeng tangan layaknya keluarga yang sempurna. Seperti pagi ini kami akan mengunjungi sebuah taman yang berada tak jauh dari perumahan dekat rumahku. Kania sibuk bersenda gurau dengan Dara saat kami berjalan menuju taman. “Pagi Kania, duh cantiknya.” Sapa seorang perempuan yang ku ketahui bernama Raisa, dia
Baca selengkapnya
Bab 14
Membuka pintu mobil, aku menatap pemandangan sekeliling. Tak banyak yang berubah rupanya, pohon mangga masih berdiri tegak dengan beberapa daun yang mulai menguning jatuh ke tanah. Sambil berjalan, kualihkan pandangan ke arah sebuah rumah yang memiliki pelataran tak begitu luas, namun karena rumah di bangun dengan gaya minimalis hingga menghasilkan kesan yang lebih luas dari aslinya. Anak-anak sibuk berlarian dengan teman yang lainnya. Mereka terlihat bahagia meskipun hanya bermain sepakbola yang bahkan tempat bermainnya hanya di sebuah halaman rumah salah satu orang tua mereka yang kebetulan memiliki luas pekarangan yang lebih luas, sangat berbeda dengan tempat bermukimku selam beberapa tahun belakangan.Mereka sibuk berlarian seraya tertawa bahagia. Sudah berapa lama aku tak melihat pemandangan seperti ini, pemandangan yang sangat langka untuk ku temukan di ibukota. Kualihkan pandang dari sekelompok anak yang asyik bermain, menikmati u
Baca selengkapnya
Bab 15
Cahaya matahari yang masuk melalui celah- celah tirai jendela kamar tak membuat sepasang manusia yang masih sibuk bergelut dengan selimut untuk membuka kedua matanya. Bahkan sang wanita semakin menempelkan  tubuhnya ke dada pria yang juga semakin erat memeluk tubuh sang wanita. Hawa dingin di daerah Yogya seakan menahan keduanya agar tak beranjak dari tempat tidur setelah mereka menuaikan ibadah subuhnya. Alarm dari ponsel Dara bagaikan sebuah  lagu penghantar tidur bagi keduanya. Mungkin karena perjalanan dari Jakarta ke Yogyakarta mereka tidak  menggunakan jasa sopir hingga Alfan sendiri sebagai sopirnya hingga rasa lelah seakan baru dirasakan pagi ini, apalagi tadi malam keduanya juga tidur larut malam. Jika Alfan hanya menemani sang ayah mertua berbincang – bincang santai dengan kerabat yang lain di temani secangkir kopi dan sekotak martabak yang kebetulan dibawakan oleh salah satu kerabat sang mertua yang juga baru sampai sekitar jam delapan malam karena me
Baca selengkapnya
Bab 16
“Aku punya cara lain kalau kamu pengen cepat bangun in aku .” Ucap Alfan yang seketika membuat Dara terfokus menatap ke arah dirinya. “Cara apa?” Tanya Dara antusias sedangkan Alfan tersenyum menyeringai.“Kamu bisa peluk atau cium pipi aku, kalau masih nggak mempan juga, cium bagian ini nih pasti nanti langsung bangun.” Alfan tersenyum menggoda ke arah Dara seraya menempelkan jari telunjuk di bagian bibirnya. Matanya mengerling genit kepada sang istri. Handuk yang tadinya menyampir di pundak Dara seketika pindah tempat ke wajah Alfan sebab sang empunya telah melemparkan ke wajah lawan bicaranya. “Mas nya sudah bangun tapi kok masih mimpi aja ya.” Kata Dara ketus karena mendengar tawa pecah  Alfan. Dara segera bangun dari ranjang setelah mengambil handuknya kembali.“Mau mandi, ra?” tanya Alfan seraya mencekal pergelangan tangan Dara yang refleks menoleh ke belakang. 
Baca selengkapnya
Bab 17
Setengah hari sudah Aku sibuk dengan berbagai kegiatan entah membantu para lelaki memindahkan beberapa perabotan rumah tangga atau membantu beberapa orang menyiapkan berbagai makanan untuk nanti malam. Meskipun aku termasuk orang baru di keluarga Dara tapi aku sudah mengenal beberapa saudaranya seperti om Andre adik dari papa, ada juga Aksa sepupu Dara anak dari Om Farhan kakak bunda dan beberapa orang lainnya. Hanya sebentar aku berada disini tapi seolah aku dapat merasakan sebuah keluarga yang sempurna, keluarga yang saling menyayangi serta mengasihi. “Kamu kenal sama Dara karena satu kantor dengannya?” tanya om Farhan saat kami istirahat seraya menikmati makan siang yang menu utamanya Gulai. Menurut om Farhan Gulai salah satu makanan wajib di Yogya jika sedang ada khajatan. Aku mengangguk sebagai jawaban setelah menoleh sekilas ke arah om Farhan. Kami makan di teras bersama beberapa orang lainnya seraya menikmati suasana Yogya yang masih terasa segar di mat
Baca selengkapnya
Bab 18
Aku sedang berbaring di atas ranjang seraya memainkan gawai pintarku saat Alfan masuk ke dalam kamar. Tadi kami sampai di rumah sekitar jam delapan malam. Karena saat di perjalanan kami tadi sempat terjebak macet beberapa kali.“Kok belum tidur, Ra?, sudah malam ini.” Ucapnya setelah menutup pintu kamar dan kini dirinya sedang berjalan menuju tempat tidur. Refleks mataku yang sedari tadi terfokus kepada ponsel seketika menoleh kearah jam dinding yang terpasang di salah satu sudut kamar. Jarum pendek jam memang sudah berada di angka sebelas. “Belum mengantuk.” Jawabku asal setelah menoleh sekilas kearah Alfan, Alfan sendiri tak lagi bicara setelah menerima jawabanku. Jika sebelum adanya insiden di Yogya kemarin dirinya akan mengatakan jika tak baik tidur malam bagi kesehatan, atau setidaknya dia akan mengatakan kalau bisa saja  aku terbangun kesiangan karena begadang yang berakibat pada Kurangnya konsentrasi saat bekerja. Hanya hal sederha
Baca selengkapnya
Bab 19
Sudah pernah dengar istilah jangan mengusik singa yang sedang tidur sebelumnya?, hal yang bahkan tidak pernah di pikirkan sebelumnya oleh Dara, jika dirinya telah membangunkan singa tidur. Sebelumnya Alfan masih tak mempermasalahkan sikap Dara yang terkesan mengabaikan dirinya. Hingga ucapan Dara di Yogya beberapa waktu lalu menyentil perasaannya. Bagaimanapun Alfan tetaplah suaminya yang harus dirinya hormati. Alfan tahu ada banyak pertanyaan yang ingin Dara tanyakan kepadanya. Namun Alfan sengaja pura – pura tidak menyadarinya. Kata – kata Dara sudah menyakiti perasaannya sebagai seorang pria. Sesaat setelah Alfan turun dari tangga, pandangannya bertemu dengan tatapan sang istri. Mengabaikan sikap Dara, Alfan segera bergabung dengan beberapa pria disana. “Kenapa duduknya disini?” Dara mendudukkan dirinya di samping Alfan, Alfan hanya menoleh sekilas kearah Dara.  Ego lelaki membuat dirinya tak mengindahkan sa
Baca selengkapnya
Bab 20
Perjalanan ke kantor pagi ini di isi dengan keheningan. Tak ada yang mengambil alih suasana di mobil itu. Sepi, hening, dan sedikit menegangkan. Tapi yang pasti lebih menegangkan kejadian tadi malam. Apalagi Alfan yang harus rela keramas malam hari. Ehh.. oke lupakan kejadian tadi malam, mari kita  kembali ke awal. Tak ada bunyi suara selain deru mobil dan suara dari penyiar radio yang menemani. Alfan terlihat fokus dengan setir bundarnya sementara Dara sibuk dengan gawai pintar di genggamannya. Tadi saat mengantar Kania ke sekolah suasana tak secanggung ini. Masih ada gelak tawa kepalsuan dari keduanya, namun begitu Kania turun suasana seketika berubah  dingin dan membeku. Ya memang mereka tak ubahnya pemain drama bagi keluarga mereka masing-masing. Terlihat bahagia dengan pernikahannya padahal banyak luka yang tanpa sengaja tergores.Dara keluar terlebih dahulu sesaat setelah Alfan memarkirkan mobilnya. Menginjakkan kembali kakinya di kantor yang beberapa
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123
DMCA.com Protection Status