Semua Bab Sugar Daddy-in-Law: Bab 31 - Bab 40
61 Bab
Chapter 31: If You Met Me First
Ellaine menyeka air matanya sekali lagi. Jika ia tak memaksa Rob untuk menceritakan tentang apa yang Rob ketahui soal hubungan Tania dan Gerald, Ellaine mungkin tak akan merasa sepilu ini, tetapi apa yang kemarin malam diucapkan Rob di hadapannya, mengenai Gerald yang menjadi sugar daddy Tania, membuat Ellaine tak bisa melepaskan pikirannya dari hal itu.“Ini salahku,” bisik Ellaine lirih.“Dengar, aku tak menyalahkan Tania atas apa yang pernah dipilihnya, tapi aku juga tidak akan menyalahkanmu, apa lagi membiarkanmu menyalahkan dirimu sendiri.” Rob menggenggam tangan istrinya. “Kau tahu? Tania kini sebenarnya terjebak dalam situasi yang rumit, tapi aku tahu dia akan bisa melaluinya.”“Kenapa aku merasa seperti kau lebih mengenal Tania dari pada aku, ibunya?” Ellaine mengerutkan dahi. “Aku merasa telah menjadi ibu yang buruk.”“Tidak.” Rob menggeleng. “Kau tahu aku menc
Baca selengkapnya
Chapter 32: Memories Bring Back You
Ketika Gerald kembali ke rumah sore itu, dilihatnya Davin ada di ruang tamu, mengobrol bersama Catherine.“Oh, Ayah kira kau sudah kembali ke Paris.” Gerald mengangkat alis.“Tania dan aku berencana pulang besok karena kami ingin menghabiskan waktu di London sedikit lebih lama.” Davin tersenyum melihat ayahnya telah tiba. Diam-diam ia merasakan ada hal yang berbeda, seperti ... telah terjadi sesuatu antara ayah dan ibunya.Namun Davin lebih memilih untuk tak membahasnya.Gerald hanya mengangguk singkat lalu masuk ke kamarnya.“Jadi apa rencanamu selanjutnya, Davin?” Catherine menyentuh tangan putranya, menyadarkan Davin kembali akan pembicaraan serius mereka beberapa saat yang lalu. Davin menghela napas berat, kemudian menggeleng samar.Sementara itu di kamarnya, Gerald mengeluarkan dua tiket resital dari saku jasnya. Ia akan memberikannya pada Catherine nanti setelah Davin pergi.Ketika mentari ter
Baca selengkapnya
Chapter 33: For Now
Pukul sembilan malam ketika Caspian sampai di flat Tania. Ia membuka pintu dengan kunci cadangan yang memang disimpan olehnya. Pintu terbuka dan tampak seisi flat yang gelap, tak ada siapa pun. Caspian sengaja menunggu hingga malam untuk memastikan bahwa Tania telah kembali ke Paris bersama Davin.Dinyalakannya lampu. Untuk beberapa saat, ia memandang sekeliling ruangan. Terbersit sesal di hatinya karena telah mengusir Tania dari rumahnya kemarin. Ingin sekali ia menelepon dan meminta maaf. Memang, itu akan membuatnya terkesan tidak konsisten-atau bahkan mungkin memang ia tidak bisa konsisten sama sekali-sebab hati selalu sulit ditebak. Dan saat ini, perasaan sungguh mengambil kontrol penuh atas dirinya, dibandingkan logika.Caspian menghela napas panjang, pasrah. Ia lalu berjalan masuk ke kamar yang pernah ditempatinya. Kameranya ada di atas meja di dekat ranjang.“Eh?!” Caspian terkejut saat memeriksa kameranya dan mendapati satu pemberitahuan yang
Baca selengkapnya
Chapter 34: Another Crack in the Heart
Tania berusaha menghentikan tangis dan mengeringkan air matanya di dalam pesawat yang tengah mengudara menuju London siang itu. Ia bersumpah perpisahannya dengan Davin terasa begitu cepat hingga ia butuh waktu untuk mencerna apa yang terjadi. Di pikirannya masih terbayang-bayang saat Davin bicara padanya untuk terakhir kalinya sebelum Tania melangkah pergi dari rumah itu.“Mungkin kita akan bertemu lagi suatu saat nanti. Mungkin suatu saat nanti, kita akan tepat untuk satu sama lain dan tak akan jadi terlalu sulit bagimu untuk mencintaiku. Aku harap kita akan terhubung kembali suatu saat nanti karena tak ada seorang pun yang mampu mencuri hatiku seperti yang kau lakukan.” Davin merapikan rambut Tania yang menutupi sedikit bagian wajahnya. “Tapi saat itu bukanlah sekarang. Sekarang, kita hanya saling memaksa dan berpura-pura. Itu semua hanya akan menciptakan lebih banyak luka.”Tania mengangguk. Ia tak sanggup bicara dengan isak
Baca selengkapnya
Chapter 35: Stay
“Kondisi lelaki muda itu tidak terlalu parah. Hanya sedikit cedera di kaki dan tangan, tapi untuk teman perempuannya … wajahnya terluka cukup parah dan harus mendapatkan lima jahitan di bagian dagu serta empat jahitan di pelipis kirinya.” Penjelasan dokter yang baru keluar dari ruang ICU itu membuat Catherine mendesis, membayangkan ngerinya luka yang dialami Tania.  “Keduanya sama-sama belum sadar dan harus tetap di ICU.”Dokter itu berlalu pergi diikuti oleh perawat di belakangnya. Tak lama kemudian, seorang polisi lainnya mendekat.“Ponsel salah satu korban rusak dan yang lainnya hilang, kami tak bisa menghubungi pihak keluarga,” lapornya pada rekan polisinya.“Tidakkah sebaiknya kita beritahu Ellaine dan Rob?” bisik Catherine sambil menyenggol pelan lengan Gerald.Gerald menyamarkan helaan napasnya. “Berikan saja kontak yang bisa dihubungi, lalu biarkan polisi atau piha
Baca selengkapnya
Chapter 36: Love is Not Us to Understand
Tania merasakan tangan yang hangat menggenggam tangannya. Perlahan ia berusaha membuka mata dan memokuskan pandangan hingga terlihatlah ibunya ada di hadapannya, menatapnya dengan ekspresi cemas dengan Rob di sisinya.“Apa yang terjadi?” bisik Tania dengan suara parau.“Kau dan Caspian mengalami kecelakaan.” Ellaine membelai rambut putrinya. “Kalian baru saja dipindahkan dari ICU ke ruang rawat inap ini.”Tania melirik ke samping kirinya. Hanya beberapa meter darinya tampak Caspian berbaring di ranjang dengan tangan dibebat. Sepasang matanya terpejam.Kemudian, ia ingat kejadian itu. Begitu cepat dan mengejutkan. Ia terpental jauh dan merasa begitu sakit di tengah guyuran hujan deras malam itu.Tania kembali mencoba memokuskan pandangannya dan melihat Catherine tak jauh darinya.“Catherine …,” gumamnya lagi.“Oh, dan kalian menabrak mobil Gerald,” ucap Rob tiba-tiba, s
Baca selengkapnya
Chapter 37: Another Pieces
Jonas menyimpan ke tempatnya semula kunci Audi A6 yang tadi baru saja dikendarainya saat pergi ke rumah sakit bersama Catherine. Besok akhir pekan dan dia akan kembali ke flat kecilnya malam ini. Namun, apa yang baru saja terjadi benar-benar membuatnya gelisah.Jonas tak bisa berhenti memikirkan tentang sosok Ellaine dan putrinya, Tania. Jonas tak ragu lagi bahwa Ellaine dan Tania adalah ibu dan adiknya yang telah berpisah darinya sejak belasan tahun lalu ketika ia memutuskan untuk melarikan diri dari rumah bersama Zekey.Ya, itu memang sudah lama, dan Jonas mungkin hampir tak bisa mengenali Tania sama sekali mengingat terakhir kali ia bertemu adiknya itu adalah saat Tania berusia lima tahun dan kini, ia telah tumbuh menjadi perempuan dewasa yang amat cantik. Siapa yang bisa menyalahkannya jika ia pun tak mengenali Jonas sama sekali? Mereka berdua banyak berubah.Namun, tak sulit bagi Jonas untuk mengenali Ellaine. Ia masih benar-benar ingat wajah ibuny
Baca selengkapnya
Chapter 38: Thinner than Water
Zekey bahkan belum membersihkan dirinya setelah pulang dari bengkel malam itu, ia langsung menghubungi Jonas dan memintanya agar datang ke flat. Zekey merasa tak bisa menunggu sampai akhir pekan saat kakaknya pulang seperti biasa.“Memangnya ada apa, sih?” Jonas akhirnya sampai di flat dan Zekey masih dalam seragam kerjanya yang kotor. “Kau tampak bersemangat sekali, tidak bisa bicara lewat telepon saja?”“Jonas, kau tak akan percaya ini.” Sepasang mata Zekey berbinar. “Aku telah bertemu ibu!”Dengan satu kalimat itu, Jonas langsung terdiam.“Ibu?” gumam Jonas setelah beberapa detik.“Itu benar. Ibu! Ibu kita!” Mata Zekey kini tampak basah oleh air mata bahagia. “Kau ingat ceritaku kemarin tentang sepeda motor yang rusak karena kecelakaan? Tadi pemiliknya datang lagi bersama istrinya yang ternyata adalah ibu kita!”Pikiran Jonas langsung berkecamuk. Tak lagi
Baca selengkapnya
Chapter 39: A Deep Wound
Setelah beberapa hari, Tania mulai akrab dan sering berkirim pesan dengan Zekey. Mereka hanya membicarakan tentang hal sehari-hari. Tak banyak kenangan dari masa kecil yang bisa dibahas sebab itu hanya akan membongkar kembali semua luka mereka.“Ini sudah hampir seminggu sejak kita bertemu Zekey, tapi dia tetap saja bilang bahwa Jonas sibuk.” Ellaine bersandar gelisah pada sofa di ruang tamu flat Tania. Ellaine memutuskan untuk menemani Tania di flatnya pasca kembali dari rumah sakit. “Apa kau memikirkan apa yang Ibu pikirkan?”“Maksud Ibu?” Tania mengalihkan pandangan dari ponselnya.“Well, Ibu berpikir bahwa Jonas mungkin memang tak mau bertemu dengan kita, terutama dengan Ibu.”“Ibu, jangan berpikir begitu.” Ekspresi Tania langsung berubah sedih. “Mungkin Jonas memang sangat sibuk.”“Hm, Ibu punya ide. Bagaimana jika kita telepon Catherine dan tanyakan padanya
Baca selengkapnya
Chapter 40: All the Pain will Stop
Rob memandangi Ellaine yang berbaring di ranjang di sebelah Orion sambil menyanyikan ninabobo dengan suara pelan. Sejak Rob menjemputnya di bandara, istrinya itu tak berhenti menangis. Namun Rob tahu, tangisan Ellaine bukan semata-mata karena putra mereka yang sakit, melainkan ada hal lain.Dan setelah Rob memohon padanya agar bercerita, Rob berharap ia tak pernah mendengar cerita menyedihkan semacam itu lagi.“Bukan salahmu jika Jonas membencimu,” ucap Rob pelan, tak ingin membangunkan Orion yang mulai terlelap setelah minum obat. “Ini hanya kesalahpahaman. Nanti kalian pasti bisa berbincang lagi dengan kepala dingin dan semuanya akan baik-baik saja.”Ellaine menyeka air matanya yang masih mengalir. Kemudian dilihatnya Orion. Anak itu kelihatannya sudah lelap. Keningnya berkeringat efek dari obat yang tadi ia minum.Perlahan Ellaine turun dari ranjang dan berjalan ke kamar mandi untuk membasuh wajahnya.“El ….&
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status