All Chapters of Sugar Daddy-in-Law: Chapter 21 - Chapter 30
61 Chapters
Chapter 21: Unaware, but Underlined
 “Oh, ramai sekali.” Gerald mengerutkan dahi melihat ada lebih banyak orang di ruangan itu. Perasaannya sedikit bercampur ketika melihat Tania dan Rob.“Ayah, ini orang tua Tania. Ellaine dan Rob.” Davin tersenyum lalu beralih pada orang tua Tania yang berdiri lebih dekat dengannya. “Rob, Ellaine, ini ayahku, Gerald Bentley.”Ellaine tertegun ketika mendengar Davin memperkenalkan nama Ayahnya. Gerald Bentley? Satu nama yang begitu dikenalnya. Apakah itu dia? Mungkin ada ratusan bahkan ribuan nama yang sama di seluruh Inggris, tetapi Ellaine segera memperhatikan lebih jeli wajah itu dan ia berhasil mengenalinya.Itu memang dia. Gerald Bentley, cinta pertamanya.Ia berusaha menutup rapat-rapat mulutnya agar tak terkesiap.Gerald tahu ada sesuatu di hatinya saat ia mendengar Davin menyebut nama itu. Ellaine. Mungkinkah itu dia? Ellaine Duncan? Entahlah, yang jelas Gerald tak berani melakukan banyak hal. Ia hany
Read more
Chapter 22: Holding On
Ellaine masih terjaga di tempat tidurnya, teringat akan Gerald. Dilihatnya Rob yang masih mengerjakan sesuatu di laptopnya.“Rob?”“Uh-um?”“Apa kau sudah lama mengenal Gerald?”“Lumayan, oh, dan dia adalah orang yang pernah membeli perusahaan agensiku yang ada di London dulu.”“Yang baru-baru ini kau beli kembali?”“Ya.” Rob tak mengalihkan pandangan dari layar laptopnya.“Kenapa kau tak pernah bercerita tentang rekan bisnismu itu?”“Bukankah kau tidak suka mendengar segala hal tentang bisnisku? Lagipula kau selalu sibuk dengan toko bunga dan anak-anak, kau pasti lelah, kan? Aku tidak mau menganggumu dengan memaksamu mendengar cerita tentang bisnisku, apa lagi bicara tentang Bentley. Sungguh tidak penting,” jawab Rob panjang lebar.“Kelihatannya ... kau tak suka padanya, ya?” terka Ellaine.“Well
Read more
Chapter 23: Dance with Desire, Playing with Fire
Mendung pagi itu cukup gelap. Ellaine sibuk dengan buket pesanan seorang anak temannya yang akan menikah besok. Sang calon pengantin ingin buket bunganya berisi bunga daisy, mawar dan lili yang terindah. Biasanya pegawai Ellaine yang menyiapkannya, tetapi karena ini istimewa, ia sendiri yang menyusun karangan bunga untuk pernikahan itu.“Seseorang datang dan ingin bertemu langsung denganmu, Ellaine.” Salah satu pegawai menghampirinya.“Oh, baiklah.” Ellaine meletakkan buket yang masih setengah selesai. Mungkin yang datang adalah temannya yang kemarin memesan buket, barangkali dia ingin mengingatkan atau mungkin mengambil pesanannya?Namun ternyata, bukan. Yang datang justru seseorang di luar dugaan Ellaine.“Gerald?” Jantungnya berdebar ketika melihat pria itu berdiri di teras tokonya. “Bagaimana kau tahu aku ada di sini?”“Begitu mudah menemukanmu saat aku tahu bahwa kini kau telah menjadi istr
Read more
Chapter 24: Has Time Taken Leave of Our Senses, or Has Sense Taken Leave of Our Time?
Catherine melangkah menyusuri lobi hotel menuju lift, tetapi ia terhenti ketika melihat Gerald yang tampaknya juga akan menggunakan lift itu.“Oh, hei,” gumam Catherine.“Kau akan ke rumah sakit?” tanya Gerald meski ia tahu Catherine tak punya alasan lain berada di Paris selain untuk merawat Davin. Catherine mengangguk singkat. “Aku juga sepertinya akan mampir sebentar, mau pergi bersama?”“Boleh juga,” jawabnya. Pintu lift terbuka dan tak ada orang. Mereka berdua melangkah masuk. “Kau akan kemana?”“Aku akan ke kantor, ada tamu yang baru saja datang dan aku harus menghadiri rapat mendadak.” Gerald melirik jam tangannya, pukul 7. Ia ingat ia belum makan apa pun sejak pagi tadi.Tiba-tiba terdengar suara perutnya yang keroncongan, begitu keras hingga Catherine mendengarnya.“Atau mungkin kau bisa mampir untuk membeli makanan dulu,” kata Catherine sambil menaha
Read more
Chapter 25: Important Event
Waktu telah menunjukkan hampir pukul dua belas siang saat Gerald tiba di kantor utamanya yang ada di London. Kantor itu merupakan kantor pusat Infinite Corp, perusahaan miliknya yang paling pertama ia dirikan, kini perusahaan itu pun menjadi perusahaannya yang terbesar yang bergerak di bidang keuangan. Gerald menghela napas panjang kala ia selesai membaca surat pengunduran diri dari sopir pribadinya. Alan, pria yang telah menjadi sopirnya selama beberapa tahun terakhir itu kini akan pindah ke Amerika bersama keluarganya dan tampaknya Gerald harus segera mencari penggantinya. Namun, ia tak mau terlalu buru-buru. “Infinite Corp akan merayakan hari jadi yang ke dua puluh sebentar lagi, aku memikirkan tentang rekrutmen besar sebelum perayaan itu, ini sudah menjadi pertimbanganku sejak beberapa bulan terakhir.” Mike, pria yang berusia sepuluh tahun lebih muda dari Gerald yang tak lain adalah CEO Infinite Corp sejak tadi sibuk membicaraka
Read more
Chapter 26: Mr. Everything
Esok paginya saat di kantor, Gerald melihat banyak sekali orang-orang mengantri di luar. Ia mengendarai Mercedes silvernya sendiri setelah Alan resmi berhenti kemarin.“Kenapa ada banyak sekali orang di luar?” tanya Gerald pada Jamie yang telah menunggu di ruangannya.“Bukankah ada perekrutan karyawan baru? Aku mendengar dari Mike.”“Ah, benar.” Gerald mengangguk. Ia sungguh lupa.“Oh, ngomong-ngomong ... aku sudah tahu hiburan apa yang akan memeriahkan acara pesta nanti!” Jamie mendadak antusias. “Kita akan mengundang Take That! Boyband paling sukses di Inggris!”“Apa? Aku tidak setuju.” Gerald menggeleng seketika. “Aku benci boyband.”“T-tapi, Tuan ... Take That sangat fantastis! Mereka berkali-kali menggelar konser di Wembley Stadium dan tempat itu selalu penuh oleh ratusan ribu orang, se
Read more
Chapter 27: Eyes on the Highway
Jonas membaca e-mail yang masuk di ponselnya, sebuah pemberitahuan dari Infinite Corp terkait lamaran pekerjaannya.Ia tidak diterima.“Apa yang terjadi?” tanya Zekey. Ia bersiap berangkat kerja pagi itu.“Mereka tidak menerimaku.” Jonas menghela napas berat, bingung dan cemas.Zekey menepuk pundaknya untuk menenangkan. “Kau pasti akan menemukan pekerjaan lain, tetaplah semangat.”Jonas menggeleng. “Aku akan ke sana,” lanjutnya, “aku akan dapatkan pekerjaan apa pun yang mereka berikan.”“Tapi, Jo-” Zekey meragukan keputusannya, tapi ia juga tak bisa menahan kakaknya.***Gerald menyelesaikan sarapan di restoran miliknya pagi itu. Ia masih memikirkan tentang pialanya yang ada di dalam lemari hias Catherine, juga pianonya, ia benar-benar tak bisa memastikan perasaannya saat ini tertuju pada siapa.Apakah Ellaine, cinta pertamanya yang
Read more
Chapter 28: Home
“Kau akan tinggal di sini selama di London. Ini bukan keadaan darurat yang mengharuskanmu tinggal di lokasi yang dekat dengan rumah sakit seperti saat di Paris kemarin, jadi tidak perlu mencari hotel.”“Aku mengerti.” Catherine mengangguk setelah mendengar penjelasan Gerald.“Kau bisa tinggal di kamar mana pun yang kau inginkan.”“Okay ....” Catherine mengangkat alis. “Sungguh?”“Kecuali kamarku, tentu saja,” lanjut Gerald yang entah mengapa merasa perlu untuk memberi klarifikasi semacam itu. “Aku sarankan kau tidur di salah satu kamar tamu yang ada di lantai dua, semuanya baru saja dirapikan.”“Baiklah.” Catherine bersiap menarik kopernya tetapi Gerald lebih dulu memerintahkan Jonas untuk membantu.“Terima kasih, Jonas.” Catherine tersenyum padanya dan ia pun berlalu pergi. Catherine memandang sekeliling ruangan itu. Begitu l
Read more
Chapter 29: The Ball
Gerald memandang cermin sekali lagi sebelum melangkah keluar dari kamarnya. Ia sudah menyiapkan pidato terbaiknya dan memastikan bahwa penampilannya telah cukup rapi untuk dipotret oleh para wartawan yang datang nanti.Ia melangkah ke luar, Catherine masih belum muncul, diliriknya arloji sekali lagi. Pukul lima lewat tiga puluh menit.Tak lama kemudian terdengar langkah kaki. Gerald mengangkat wajahnya dan melihat Catherine ada di sana, menuruni tangga dengan gaun model mermaid silhouette merah yang begitu memesona. Rambut cokelatnya digulung dan ia tak memakai aksesoris atau perhiasan apa pun, tetapi gaun merah yang dikenakannya itu cukup untuk membuat Gerald terpukau selama beberapa saat hingga ia tak menyadari bahwa Catherine telah sampai di hadapannya.Barangkali karena ia tak pernah melihat Catherine dalam penampilan semacam itu. Dulu mungkin iya, tapi itu sudah belasan tahun yang lalu.Keduanya berjalan menuju limosin yang telah siap di hal
Read more
Chapter 30: I Don't Wanna See You Hurting...
♪~But in your dreams whatever they be, dream a little dream of me~♪ “Sejak tadi aku tidak melihat ayah dan ibuku,” ucap Davin di tengah-tengah dansanya bersama Tania. “Aku juga tidak melihat ibuku, atau Rob.” Tania ikut melirik sekelilingnya. “Apa mereka sudah pulang?” “Kenapa mereka pulang awal sekali??” *** Gerald duduk di sofa dan berusaha meringankan rasa sakit di wajahnya dengan mengompreskan air hangat. Setelah Rob menghajarnya tadi, ia langsung menghubungi Jamie, memberitahunya bahwa ia meninggalkan pesta lebih awal. Sepanjang perjalanan, ia tak bicara pada Catherine yang tentu saja ikut pulang bersamanya. Catherine datang dengan satu mangkuk berisi es batu serta handuk kecil lalu duduk di samping Gerald. “Seharusnya kau jangan mengompresnya dengan air hangat dulu, untuk satu atau dua hari ke depan lebih baik gunakan es.” Gerald tak menanggapi ucapannya. “Sini, biar aku membantu.” Catherine menye
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status