Lahat ng Kabanata ng MADried Couple (Indonesia): Kabanata 11 - Kabanata 20
56 Kabanata
part 11
Dean membuka kancing kemejanya yang paling atas agar bisa bernapas leluasa sambil membalas tatapan Kara yang kini sedang menatapnya dengan tatapan yang sengit. “Kayaknya gue memang salah orang, orang yang gue temuin VANYA, bukan siapa tadi nama lo?” ketus Dean malas. Kara mendengus kasar, “Kalo gitu sejak kapan nama lo berubah jadi KAIVAN? Bukanya lama lo Preman atau sejenisnya?” ketus Kara balik. Ia lalu memperhatikan Dean dari ujung kaki sampai ujung kepala, Pria mana yang mengenakan pakaian serba hitam di acara kencan pertama, apa ia habis pulang melayat? Jelas sekali Pria ini tak ada niat berkencan sama sekali. Dean mengancing jasnya kembali, “Kayaknya kita salah paham, jadi lebih baik gue pergi sekarang.” ucapnya lalu bangkit. “Ya, sana pergi, gue juga salah orang.” sahut Kara jutek sambil memalingkan wajahnya ke arah lain. Dean pun langsung keluar dari Café untuk mengambil mobilnya yang terparkir. Sementara Kara langsung menghela napas k
Magbasa pa
part 12
Dean menghentikan mobilnya begitu sampai di depan Aprodite café, ia sengaja tak turun, hanya membuka kaca mobilnya saja karena Kara dan Rumi memang sudah berdiri di depan pintu café. “Ayo masuk, gue anterin pulang.” ajak Dean. Kara langsung menoleh ke arah Rumi, untuk memastikan Rumi juga mendengar hal yang sama dengannya. “Dia mau nganterin gue Rum?” bisik Kara. Rumi mengangguk cepat, dengan wajah sama bingungnya dengan Kara. “Tenang aja, gue gak akan nurunin lo di tengah jalan lagi.” tambah Dean. “Udah sana cepet, ikut aja.” bisik Rumi sambil mendorong Kara agar menerima ajakan Dean. Meski ragu namun akhirnya Kara masuk juga ke mobil Dean, lagi pula ia harus mengambil tasnya. Dan setelah Kara masuk ke mobilnya, Dean pun segera memacu kembali mobilnya. Kara curi-curi pandang ke arah Dean yang masih fokus menyetir, namun meski pandangannya lurus ke depan, entah mengapa Kara merasa pandangan Dean terlihat kosong.
Magbasa pa
Part 13
Bau harum semur Ayam berkumpul di dapur rumah Kara. Gilang yang masih mengenakan kolor pendek terlihat sedang menyendok sedikit kuah Semur yang sudah mendidih sejak 10 menit lalu. “Hm… kurang kecapnya dikit lagi.” gumamnya lalu menuang kecap sebanyak dua sendok makan. Setelah itu ia berjoget kecil sambil menunggu Semur Ayamnya matang sempurna. Ia mengencangkan volume musik yang ia dengarkan melalui ear phone dan mulai bergoyang asal sambil pura-pura lipsing dengan centong semurnya yang ia anggap sebagai mic. Kara yang terbangun dengan aroma enak semur pun langsung masuk ke dapur dan mendapati Adiknya sedang berjoget tak jelas di depan kompor. “Gilang!” panggil Kara, namun Gilang tak mendengarnya dan masih asik berjoget. Kara pun mengambil daun bawang yang ada di atas meja dan menggunakannya untuk menyambit Gilang. “Anjir kaget gue!” seru Gilang sambil melepas earphone-nya. “Ya lo ngapain pagi-pagi kesurupan di dapur?”
Magbasa pa
Part 14
Romlah : Setelah menikah kamu tetap tinggal di rumah ini, jangan tinggal di rumah lain. (Sambil meminum teh bunga rosela.) Jamal : Kenapa Mam? Jamal kan punya banyak rumah dan apartemen kenapa Jamal masih harus tinggal dengan Mami dan Papi? Romlah : sudah turuti saja apa kata Mami, kamu dan istrimu tetap tinggal di rumah ini. Jamal : (Memakan ubi goreng lalu meminum kopinya) Tapi Mami kan gak terlalu suka sama Jamila, apa Mami bisa bersikap baik selama Jamila tinggal di sini? Romlah : (Tersenyum licik di balik cangkir tehnya) Tenang saja, justru Mami mau memperbaiki hubungan Mami dengan Jamila. Jamal : Baiklah, jika memang itu tujuan Mami, Jamal akan membawa Jamila ke rumah ini. Romlah : (Berkata dalam hati) Hahahaha…. Tidak semudah itu Jamal, Mami tidak akan membiarkan wanita itu hidup dengan tenang, beraninya wanita kampung itu mengusik keluargaku yang terpandang…
Magbasa pa
Part 15
Tiga jam lamanya Dean memacu mobilnya hingga sampai ke Bandung Kota, kini Ia dan Kara hanya perlu waktu 30 menit untuk sampai di Lembang, tempat Ayah Kara tinggal. “Nanti mampir dulu ke toko kue.” kata Kara yang dari tadi lebih banyak diam. “Lo mau beli kue?” tanya Dean yang masih fokus menyetir. “Ckckck, lo beneran gay ya?” “Apa hubungannya kue sama gay?” tanya Dean sambil meringis heran ke arah Kara. “Lo pasti gak pernah main ke rumah Pacar, udah jadi kebiasaan kalo cowok dateng ke rumah cewek itu harus bawa sesuatu.” Bibir Dean membulat, “Oh… yaudah kita mampir aja dulu Mall, beli baju atau sepatu gitu buat Ayah lo.” Kara berdecak malas sambil geleng-geleng kepala, “Kan, makin yakin gue.” gumamnya. “Kenapa? Kenapa cuma bawa kue? Lo bilang gue harus buat Ayah lo terkesan supaya dia nerima gue. beliin aja sekalian apa yang dia suka.” tanya Dean bingung. “Ah udah-udah, males gue jelasinnya, nanti setelah lampu m
Magbasa pa
Part 16
“Silakan pesanannya Pak.” Rumi memberikan segelas ice latte pada seorang pelanggan. “Terima kasih.” sahut pelanggan itu lalu pergi ke mejanya. Andrea yang sedang berada di area kasir datang menghampiri Rumi sambil melepas apronnya. “Mbak Rumi, saya istirahat dulu ya.” Rumi melirik ke arah Andrea lalu berpindah ke arah jam dinding yang tetempel di dinding. “Iya Ndre, tinggal aja dulu.” ucapnya karena jam memang sudah menunjukan pukul 12.25 siang. Namun tiba-tiba ada seorang pelanggan datang. Rumi yang mengenali pelanggan itu langsung berlari menyambutnya, menyalip Andre yang baru akan keluar dari meja kasir. “Mas Hadi!” seru Rumi senang begitu Om Cabang Garutnya datang. Ia bahkan langsung menggandeng lengan Hadi dan membawanya ke salah satu meja yang kosong. Andre yang menyadari Bosnya mendapat tamu langsung mengurungkan niatnya untuk istirahat. Ia pun masuk kembali ke area kasir dan memakai apronnya.
Magbasa pa
Part 17
Dean dan Kara berjalan lurus menuju taman yang berada di halaman belakang, dimana keluarga Balin sudah berkumpul di meja makan panjang yang dipenuhi cangkir teh dan berbagai jenis kue. Hendra yang menyadari kehadiran Dean pertama kali langsung berdiri untuk menyapa Dean yang benar-benar datang bersama Kara. “Dean, akhirnya kamu datang juga.” sapanya yang membuat semua anggota keluarga Balin melihat ke arah Kara. Orang asing yang baru pertama kali muncul di pertemuan keluarga mereka. Dean pun tersenyum canggung lalu sedikit menunduk pada para Paman dan Bibinya, juga tentu saja pada Sang Kakek yang masih saja terlihat dingin. Kara yang menyadari adanya kecanggungan diantara Dean dan keluarganya menjadi ikut canggung dan merasa serba salah, haruskah ia menyapa lebih dulu atau menunggu sampai Dean bicara? Untungnya Hendra yang sudah paham dengan situasi dingin ini langsung mencairkan suasana dengan menyapa Kara lebih dulu. “Kara, terima kasih suda
Magbasa pa
Part 18
Dean benar-benar serius dengan ucapannya. Tak peduli dengan izin Kakeknya, ia mempersiapkan pernikahannya dengan Kara secepat mungkin. Ia juga meminta Hendra untuk mendatangi Ayah Kara di Bandung untuk melamar Kara secara resmi. Untungnya Paman dan Bibi Dean yang lainnya mendukung dan turut membantu pernikahan Dean. Mulai dari menyiapkan gedung, baju pengantin, dan semua tetek bengek yang harus ada di upacara pernikahan. Pernikahan mereka pun juga sudah di daftarkan di KUA yang dijadwalkan akan berlangsung 2 minggu lagi. Semua persiapan dilakukan secepat dan serapi mungkin. Kara yang mempercayakan semua pernikahan ini pada Dean hanya bisa menunggu dengan sedikit perasaan waswas. Untung saja semua keluarganya setuju dan tak ada yang menaruh curiga. Sehingga ia bisa terus mengikuti alur sandiwara ini dengan baik. Apalagi ia tak perlu repot-repot mempersiapkan pernikahan ini. Keluarga Dean benar-benar mengambil alih semuanya dari A-Z. Seperti saat ini, ia tau-ta
Magbasa pa
Part 19
Ballrom utama di sebuah hotel bintang 5 terlihat indah dengan hiasan serba putih yang banyak di dominasi oleh bunga mawar putih dan Lily. Tamu undangan yang berasal dari berbagai kalangan pun satu persatu mulai datang dan memenuhi kursi yang tersedia di Ballroom mewah itu. Terlihat keluarga Dean duduk di sebuah meja bundar besar bersama dengan keluarga Kara yang sudah berada di jakarta sejak tiga hari lalu. Dua minggu sejak fitting gaun pengantin terasa sangat cepat. akhirnya tepat hari ini Dean dan Kara akan melangsungkan pernikahan. Di ruang ganti, Kara mengamati pantulan dirinya di depan cermin dengan perasaan yang campur aduk. Ia tak terlihat seperti dirinya sendiri. Ia tak menyangka jika dirinya bisa secantik ini mengenakan gaun pernikahan. Ada perasaan aneh muncul di dalam hatinya, ia memang belum ingin menikah sekarang, tapi bukan berarti ia tak ingin menikah, namun bagaimana jika ini adalah pernikahan satu-satunya dalam hidupnya?&nb
Magbasa pa
Part 20
Kara masuk ke dalam kamar barunya untuk pertama kali. Semua barang-barangnya memang sudah di pindahkan ke rumah Dean sejak dua hari yang lalu, sehingga ia bisa langsung menempati kamarnya. Dean pun sepertinya juga menata barang-barangnya dengan baik sehingga terlihat rapi dan nyaman untuk di tempati. Ia pun mengganti pakaiannya dengan pakaian yang lebih nyaman lalu duduk di meja komputernya.  "Ah iya, gue harus setor naskah ke Pak Sunil dulu." Setelah mengirim naskahnya, ia pun berniat untuk menelepon Rumi, namun saat layar ponselnya tak sengaja menampilkan foto pernikahannya tadi membuatnya berhenti sejenak. Foto itu adalah foto yang Gilang kirimkan padanya yang dia ambil dengan kameranya. Ia melihat seluruh anggota keluarnya tersenyum bahagia di atas pelaminan bersama ia dan Dean. Dan lagi-lagi wajahnya memanas, ia pun mematikan layar ponselnya lalu bertelungkup di atas meja sambil menahan air matanya agar tak jatuh lagi. "Gak apa-apa K
Magbasa pa
PREV
123456
DMCA.com Protection Status