Semua Bab MADried Couple (Indonesia): Bab 21 - Bab 30
56 Bab
Part 21
Kara memasukan ponselnya dengan kesal ke dalam saku jaketnya begitu membaca pesan chat yang masuk dari Dean. Kenapa Pria itu tau saja jika ia sedang berada di minimarket sekarang. Sampai-sampai ia menyuruhnya membeli sabun mandi. “Baru sehari, dia udah nyuruh-nyuruh gue!” gumam Kara sambil memasukkan sabun cair ke dalam keranjang belanjanya. Setelah mendapatkan semua barang yang ia butuhkan, ia pun segera pergi ke kasir untuk membayar semuanya. Setelah itu ia keluar dari minimarket yang memang ada di lantai pertama Apartemen Dean. Ia agak kesulitan karena tak membawa tote bag, dan kebetulan stok tote bag di minimarket pun juga sedang habis. Ia pun berjalan dengan susah payah membawa semua belanjaannya menuju lift. Namun langkahnya tertahan karena ada tiga Ibu-ibu yang menghalangi jalannya. “Kaya Istrinya Pak Dean.” selidik Bu Bambang, Ibu RT Winter Garden Apartement yang mencoba melihat wajah Kara dibalik tumpukan barang belanjaan Kar
Baca selengkapnya
Part 22
Selesai rapat gabungan di kantornya, Dean berniat ingin memeriksa file kasus yang baru datang ke mejanya tadi pagi. Namun ia mengurungkan niatnya karena tiba-tiba ia teringat dengan Ibunya. Ia belum mengunjunginya karena sibuk mengurus pernikahannya kemarin. Ia hanya memantau perkembangan Ibunya lewat Suster yang bertanggung jawab menjaga Ibunya. Ia pun memakai jasnya kembali lalu mengambil kunci mobilnya dan pergi ke area parkir untuk mengambil mobilnya. Tak lupa sebelum ia pergi ke Rumah Sakit, ia mampir ke toko Donat untuk membeli Donat favorit Ibunya. Keadaan Ibu Dean pun sudah membaik, ia sudah keluar dari ruang ICU sejak seminggu yang lalu dan kini telah kembali ke kamarnya. Tak makan waktu lama, mobil sedan hitam Dean sudah memasuki area parkir Rumah sakit. Ia pun langsung menuju kamar Ibunya yang berada di lantai 3.  “Bu Karin.” panggil Dean yang mengintip sedikit dari balik pintu. “Pak Pengacara!” seru Karin yang senang karena su
Baca selengkapnya
Part 23
“Pokoknya saya mau nuntut orang ini atas kasus penyerangan!” kelakar Pria bernama Jody, Pria yang ribut dengan Kara di Taman. “Yang harusnya masuk penjara itu lo! Orang yang main kekerasan dengan anak kecil!” sahut Kara tak kalah emosi. “Coba tolong tenang dulu, jelasin dari awal sebenarnya ada apa.” lerai Pak Dodo, Petugas keamanan di Apartemen Winter Garden. “Pak Dodo, Bu Dean ini mengatakan yang sebenarnya, liat nih, tangan Si Jojo sampe biru begini.” tambah Bu Bambang yang mengenali anak kecil itu. Anak kecil berumur tujuh tahun itu bernama Jojo, dia tinggal di unit 506 yang berada di lantai 5. “Iya Pak Dodo, bawa aja nih orang ke kantor polisi!” tambah Bu Haikal ikut memanas-manasi. “Haduh Ibu-ibu, sabar dulu, coba saya mau tanya Jojo dulu, Jojo, bener kamu di pukul sama Om ini?” tanya Pak Dodo. Jojo tak menjawab, ia hanya diam sambil bersembunyi di belakang Kara. “Dia pasti syok, sampe gak bisa bicara.” ketus Kara sambil
Baca selengkapnya
Part 24
Dean merapatkan jaket traningnya lalu masuk ke dalam lift, namun belum sempat pintu lift itu tertutup, sebuah bola plastik melesat cepat di depannya dan mendarat mulus tepat di wajahnya. Pekikan kencang langsung keluar dari mulutnya dan dilanjuti dengan ringisan panjang karena wajahnya terasa panas. Ia pun menahan pintu lift agar tidak tertutup dan memeriksa sekitarnya untuk melihat siapa yang melempar bola ke wajahnya. Dan tak butuh waktu lama, ia langsung bisa melihat sosok kecil dengan hoodie merah yang sebelumnya sudah pernah ia lihat. “Anak itu lagi!” geramnya lalu keluar dari lift dan mengejar anak itu yang turun ke lantai bawah lewat tangga darurat. Langkah kaki Dean yang tiga kali lebih besar dari anak itu tentu dapat mengejarnya dengan mudah. Sehingga ia berhasil menarik kupluk hoodie anak itu dan membuatnya berhenti berlari. “KETANGKEP!” serunya puas, ia memang sudah gemas dengan anak ini karena anak ini pula yang mengerjai wajahnya
Baca selengkapnya
Part 25
Kara turun dari atas motor ojek onlinenya begitu sampai di depan lobby Apartemen Winter Garden. Setelah itu ia bergegas masuk ke dalam gedung dan berjalan ke arah lift. Namun saat melintasi minimarket, ia jadi memutar tubuhnya karena mengingat jika ia harus membeli alat tulis, karena alat tulisnya tertinggal di rumah lamanya. Ia pun segera pergi ke rak yang memajang perlengkapan alat tulis. Dan setelah mengambil tiga buah pulpen, satu pensil, dan rautan, ia langsung menuju kasir untuk membayar. Namun saat mengantre, matanya tak sengaja menangkap sosok anak kecil yang ia lihat di taman waktu itu. “Jojo!” Seru Kara. Jojo yang selalu tampil dengan hoodie merah berlogo Iron Man itu langsung tersenyum saat Kara memanggilnya. “Kamu ngapain di sini?” tanya Kara karena Jojo sedang berdiri di depan freezer ice cream yang ada di minimarket. “Aku mau beli Ice Cream.” sahutnya. “Oh, mau pilih yang mana? Biar Tante ambilin.” tawar Kara karena stok
Baca selengkapnya
Part 26
Kara membuka matanya saat jam beker di atas meja kerjanya berbunyi. Dengan malas ia merangkak untuk mematikan jam yang berbunyi dengan sangat keras itu. Sambil menguap ia menguncir rambutnya ke atas lalu mencari ponselnya yang sepertinya ikut tertimbun di bawah selimut. Namun tiba-tiba saja ia jadi ingat kejadian tadi malam.  "Oh iya, Dean!" Ia pun langsung keluar dari kamarnya dan menuju kamar Dean yang ada di sebelah kamarnya. Ia mengetuk pintu itu lagi seperti semalam sambil memanggil nama Dean berkali-kali. Namun tak ada jawaban, ia pun mencoba membuka kenop pintu itu dengan perlahan. Kara agak terkejut karena pintu itu tak terkunci seperti biasanya. Dengah hati-hati Kara menyembulkan kepalanya untuk melihat keadaan di dalam kamar Dean. Ia tak menyadari adanya tanda-tanda pria itu ada di sana. Kamarnya pun terlihat sangat berantakan. Ia pun memberanikan diri untuk masuk ke dalam dan langsung berdecak heran saat melihat kasur Dean penuh dengan noda da
Baca selengkapnya
Part 27
Satu minggu berlalu sejak pertengkaran hebat Dean dan Kara. suasana Apartemen Dean kini tampak lebih hening. Keduanya masih saling mengabaikan satu sama lain dan menjaga jarak sebisa mungkin. Baik Dean atau Kara tak ada yang ingin memulai pembicaraan lebih dulu. Dean banyak menghabiskan waktunya di kantor, ia memilih untuk menyibukan diri dengan bekerja dan memilih menghabiskan waktu luangnya di rumah sakit bersama Ibunya yang kini sudah mulai membaik. Sementara Kara lebih banyak menghabiskan waktunya di dalam kamar, jika bosan ia pergi ke Café milik Rumi hingga larut dan pulang ke rumah setelah Dean pulang kerja dan tidur di dalam kamar.  “Kar, misalnya naskah lo diterima terus jadi dibuat serial, berarti nanti bisa tayang di luar negeri juga gitu?” tanya Rumi saat Kara makan siang di dapur Cafenya. Kara mengangguk sambil meminum air putih, “Hm, lo tau kan ZetFlix udah ada di banyak negara.” “Waaah gaji lo pake Dollar dong nanti!” seru
Baca selengkapnya
Part 28
Dean berlari kecil untuk menghindari tetesan air hujan begitu ia turun dari mobilnya yang terparkir di halaman Polsek. Ia langsung menghampiri petugas pertama yang ia lihat sambil menengok ke kanan dan kiri untuk mencari keberadaan Kara. “Pak, tadi ada cewek korban pencopetan yang buat laporan di sini? Tanya Dean. “Oh, Bapak yang tadi telepon ya?” tanya polisi yang ternyata menerima panggilan Dean tadi. “Iya Pak, terus sekarang dia di mana?” Petugas polisi itu pun menghentikan salah satu rekannya yang sejak sore piket di depan pos. “Har, Mbak rambut pendek tadi yang duduk di sini ke mana?” tanyanya. “Oh udah pulang, ada kali dua jam yang lalu.” sahut rekan polisi itu. “Dia pulang naik apa Pak?” tanya Dean lagi. “Mm… saya sih gak liat dia naik apa-apa, soalnya tadi dia jalan kaki aja ke sana.” sahutnya. Dean menyugar rambutnya ke belakang sambil menghela napas berat, “Terima kasih Pak, saya permisi.” Pamit Dean c
Baca selengkapnya
Part 29
“Saya rasa bukti-bukti yang Ibu berikan sudah cukup.” ucap Dean pada kliennya sambil memeriksa beberapa lembar kertas yang ada di tangannya.“Syukurlah, saya mau perceraian saya bisa cepat selesai sebelum saya pindah ke Jepang.” Sahut klien Dean yang bernama Mari.Kali ini Dean dan kliennya sedang berada di Coffe shop yang berada tak jauh dari kantor Dean.“Hm… soal tuntutan harta gonogini nanti saya pelajari dulu dengan tim saya, akan saya usahakan Ibu bisa mendapat semua hak-hak Ibu.”“Terima kasih, saya percaya saja pada Pak Dean.” Mari tersenyum hingga kerutan di sekitar matanya terlihat.Lalu tiba-tiba ponsel Dean yang berada di atas meja bergetar. Dean pun langsung mematikan layarnya kembali karena itu hanya bunyi alarm.“Pak Dean pasang alarm untuk makan siang? Pasti Pak Dean ini sibuk ya, jadi sampai pasang pengingat segala.” tanya Mari yang sempat melihat note alarm
Baca selengkapnya
Part 30
Kara berlari kecil menuju pintu begitu terdengar bunyi bel. Ia sudah tau siapa yang akan datang makanya ia amat antusias.“Rumi!!!” serunya.“Yak! Lo beneran gak apa-apa? Gue panik gak bisa hubungin lo dua hari tau gak!” semprot Rumi begitu melihat Kara.Kara pun langsung cengengesan lalu menarik Rumi masuk ke dalam Apartemen.“Sorry, gue baru punya HP lagi.” ucap Kara yang memang langsung menghubungi Rumi semalam dan menceritakan kejadian yang menimpanya beberapa hari lalu.“Terus gimana? Belum ada kabar dari polisi soal copet itu?”“Hm, gak tau deh, gue sih gak mau berharap banyak.” sahut Kara lalu menyuruh Rumi duduk di sofa ruang tengah.“Waaah Apartemen Dean ternyata bagus juga, pantes lo betah.” komentarnya sambil matanya mengabsen semua barang yang terlihat oleh matanya.“Tempat ini sempurna, kecuali yang punya.” sahut Kara.
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status