All Chapters of MADried Couple (Indonesia): Chapter 41 - Chapter 50
56 Chapters
Part 41
Kara melewatkan dering teleponnya yang ketiga karena ia baru saja selesai mandi. Ia melihat nama Bu Bambang di layar ponselnya. Ada apa Bu Bambang meneleponnya hingga berkali-kali seperti ini? Ia pun memutuskan untuk menghubungi Bu Bambang kembali.“Haduh Bu Dean kemana aja!” semprotnya yang membuat Kara menjauhkan ponselnya dari telinga.“Iya Bu, maaf tadi dari kamar mandi, kenapa ya?”“Cepet ke taman, saya sama ibu-ibu yang lain udah nunggu di sini nih, ada yang mau kami tunjukin di CCTV rumahnya Jojo.”Kara langsung menepuk dahinya, bisa-bisanya ia lupa soal Jojo.“Iya Bu, saya langsung turun, tunggu di situ, jangan kemana-mana ya!” tutup Kara cepat lalu keluar dari Apartemennya untuk menemui Trio Winter Garder di Taman.Sesampainya di taman, Kara celingukan mencari tiga Ibu-ibu itu, untungnya suara Ibu Haikal yang memanggil namanya bisa ia dengar. Sehingga Kara bisa bergab
Read more
Part 42
Lampu neon box Aprodite Café sudah padam sejak 30 menit yang lalu. Namun Rumi masih berkutat di depan mesin kasirnya untuk menghitung pendapatan yang masuk hari ini. Andrea yang baru selesai memasukkan bangku di teras Café pun masuk kembali karena di luar mulai turun hujan lebat.“Mbak, papan menu di luar dimasukin aja kali ya, takut basah, ujannya gede.” tanya Andrea setengah berteriak karena suara hujan yang kencang.Rumi mengangguk sambil mengacungkan Ibu jarinya. Andrea pun keluar lagi untuk mengambil papan menu dan meletakkannya di dalam.“Kamu mau langsung pulang Ndre? Masih hujan.” tanya Rumi begitu selesai dengan hitung-hitungannya.“Iya Mbak, saya ada kuliah pagi besok.”“Oh gitu, yaudah hati-hati ya, bawa jas hujan kan?”“Ada kok Mbak di motor.”“Oke, sampai ketemu besok.”Andrea mengangguk, lalu mengambil tasnya dan berjalan ke luar
Read more
Part 43
“Pak Pengacara!” seru Karin sambil melambaikan tangannya begitu melihat Dean masuk ke kamarnya.“Wah, kenapa? Bu Karin keliatannya senang banget.” wajah Dean jadi makin ceria saat melihat Ibunya tersenyum lebar seperti ini.“Saya sudah baca semua buku-buku Istrinya Pak Pengacara.” sahutnya antusias.Dean pun duduk di pinggir tempat tidur Karin sambil mengambil salah satu buku yang berserakan di atas kasur itu.“Semuanya?”“Iya, semuanya, kisahnya baguuuuus banget!” puji Karin.“Wah, saya baru tau kalau Bu Karin bisa baca secepat ini, kalau Bu Karin Pengacara, pasti Bu Karin bisa menghapal pasal dengan mudah.”Karin menepuk pelan lengan Dean, “Itu beda, saya pasti pusing bacanya hahaha!”“Hm… kalau gitu yang mana buku yang paling Bu Karin suka?”Karin pun mengambil sebuah buku yang memiliki ketebalan sedang, “Larch
Read more
Part 44
Suara ketikan keyboard komputer terdengar dari dalam ruang kerja Dean. Selesai makan malam, Dean memang kembali melanjutkan pekerjaan kantornya yang sengaja ia bawa ke rumah karena file kasus yang sedang ia kerjakan tertinggal di rumah.Masih fokus meneliti kertas-kertas di depannya, Kara masuk dengan hebohnya ke dalam ruangan itu tanpa mengetuk pintu.“Heh, tadi gue ketemu Ibunya Jojo di lift!” seloroh Kara langsung sambil menarik kursi ke samping Dean.Dean meletakkan pulpennya lalu menatap sejenak ke arah Kara dengan wajah datar.“Terus kenapa?” tanyanya malas.“Dia punya luka yang sama kaya Jojo, gue yakin pasti ada apa-apa sama dia.”Dean mengurut keningnya, “Apa lagi sekarang? kemarin anaknya, sekarang Ibunya. Kalo lo penasaran sama keluarga itu, mending lo pindah sana ke rumahnya.”“Gue serius Dean! Gue yakin pasti ada yang gak beres sama keluarga itu.” ucap Kara yakin
Read more
Part 45
Dean berjalan pelan di lorong rumah sakit untuk menuju kamar Ibunya. Suasana rumah sakit tampak lebih gelap dari biasanya karena hanya sebagian lampu yang menyala. Ia pun mempercepat langkahnya karena perasaannya tiba-tiba tak enak.Hati-hati ia membuka pintu ruangan Ibunya karena hari sudah malam, ia takut membangunkan Ibunya yang mungkin sudah tertidur pulas. Namun ia terkejut bukan main karena ada orang lain yang ada di dalam ruangan ini.“Kakek?!” pekiknya tertahan.Lesmana berdiri tegak memunggungi Dean yang masih terpaku di tempatnya. Dan di atas tempat tidurnya, Karin tampak menggigil ketakutan dengan tatapan Lesmana.“Wanita sialan! Kenapa bukan kamu saja yang mati!” umpatnya kasar pada Karin, “Kamu hanya menghancurkan hidup anak saya, gara-gara kamu dia mati percuma seperti itu.” cecarnya lagi yang membuatnya semakin menunduk dan menggigil ketakutan.Rahang Dean langsung mengeras, jarinya mengepal keras
Read more
Part 46
Dari atas kasurnya, Kara memperhatikan Dean yang sedang mengutak-atik jendela kamarnya.“Udah, sekarang bisa di tutup lagi.” ucap Dean lalu turun dari atas kursi.Kara pun mengangguk, akhirnya ia bisa tidur tanpa kedinginan lagi.“Makanya kalo buka jendela jangan kenceng-kenceng.” pesan Dean sambil menurunkan lagi lengan sweaternya.“Emang jendelanya aja yang udah rapuh, jangan nyalahin gue.” Kara masih sempat membela diri, jelas-jelas engselnya patah karena ia terlalu keras membukanya.Dean hanya mendengus pelan lalu mengembalikan kursi yang ia naiki tadi ke tempatnya, lalu besiap keluar dari kamar Kara.“Dean.” panggil Kara yang membuatnya berhenti melangkah. “Lo masih sakit?” lanjutnya.Dean memutar tubuhnya untuk menghadap Kara lalu menggeleng pelan, “Gue udah gak apa-apa, tidur aja.” suruhnya lalu berniat keluar, namun Kara menghentikannya lagi.&ldquo
Read more
Part 47
BUGH!Ayah Jojo yang bernama Bara itu tiba-tiba jatuh terhuyung tepat di depan Kara dengan hidung yang mulai mengeluarkan darah. Kara langsung tercengang begitu mendapati Dean lah yang membuat Bara tersungkur seperti itu.Masih dengan napasnya yang memburu, Dean menarik kerah baju Bara dan kembali meninju rahangnya dengan sekuat tenaga. Ia juga menindih tubuhnya dan memberinya pukulan bertubi-tubi sambil mengumpatnya berkali-kali.“Dasar Berengsek!” serunya kencang sambil terus memberi tinjuan kuatnya hingga wajah Bara tak terlihat jelas karena sudah ditutupi banyak darah yang juga mengalir dari kening dan mulutnya.Kara yang menyadari jika Dean sudah mulai mengamuk karena tak bisa menahan emosi langsung buru-buru bangkit untuk menghentikan Dean. Bisa saja Bara terluka parah jika terus dihajar Dean seperti itu.“Dean Stop!” pekik Kara sambil menarik pundak Dean dari belakang. Namun Dean tak menggubrisnya sama sekali, ia masi
Read more
Part 48
Kara mengekori Dean begitu Pria itu masuk ke dalam rumah setelah kembali dari unit Apartemen Bu Bambang yang ada di lantai 11.“Gimana? Lo gak di laporin Polisi kan?” tanya Kara penasaran.“Gue gak akan bisa masuk penjara, itu kan bentuk pertahanan diri, yang penting udah ada buktinya dia nyerang lo duluan.” sahut Dean sambil mengambil air dingin dari kulkas.“Tapi tuh orang sampe babak belur hampir mati begitu, kalo dia nuntut lo gimana?”“Bodo, salah sendiri mancing emosi gue.” sahut Dean enteng, namun setelah itu ia mendelik ke arah Kara.“Yak! Udah gue bilang, segalak-galaknya lo, jangan coba-coba cari masalah sama orang jahat, kenapa lo hobi banget nantangin orang? Seandainya gak ada gue semalem bisa-bisa lo yang ada di rumah sakit sekarang.” omel Dean.Kara langsung melengos, pasti ada saja ocehan Dean yang hinggap padanya.“Itu karena lo gak percaya sama gue, kan
Read more
Part 49
Pintu ruangan Dean terbuka setelah diketuk dua kali. Lalu masuklah seorang Pria yang membawa tumpukan kertas tebal di tangannya.“Siang Pak Dean, ini print out kasus Pak Hendra yang tadi Pak Dean minta.” ucap Pria kurus itu yang bernama Dikta, dia adalah Junior Dean di Fakultas Hukum dulu, dan kini ia menjadi asisten Dean di Alpha Law Firm.“Hm, taro aja di meja.” sahut Dean sambil menunjuk meja sofa dengan dagunya.“Ah iya Pak, sidang kasus perceraian Bu Sarah itu saya kasih ke siapa ya? Pak Dean udah gak bisa urus itu kan?” tanya Dikta.Dean berhenti sejenak untuk berpikir, “Hm… kamu lagi ngerjain kasus apa?”“Saya masih bantuin kasus sengketa tanah Apotek yang di Ancol.”“Kamu bisa kalo pegang kasusnya Bu Sarah sekalian?”Mata Dikta langsung berbinar, “Beneran Pak? Saya boleh pegang kasus ini?”Dean mengangguk, “Ya, pela
Read more
Part 50
Hubungan Dean dan Kara benar-benar berubah 180º. Kontrak penuh poin perjanjian yang sudah mereka buat sebelumnya seperti sengaja mereka lupakan begitu saja tanpa ada yang berniat membahasnya. Kini tak ada lagi batas kontak fisik, keduanya bisa saling menyentuh satu-sama lain kapanpun mereka mau. Kini mereka tak lagi berpisah saat malam datang. Entah itu di kamar Kara, atau di kamar Dean, melewati malam bersama kini sudah menjadi hal rutin yang tak bisa mereka lewatkan, baik hanya untuk saling bercengkrama, berkeluh kesah, berpelukan, atau bercinta sampai lelah.Satu bulan pun terlewat begitu saja dengan bertambahnya kisah Kara dan Dean yang sedang dimabuk cinta.“Lo lagi baca apa?” tanya Dean yang dari tadi merasa dicueki.“Buku baru.” sahut Kara yang masih asik membaca Novel berbahasa Inggris yang baru ia beli.Dean menyentuh lengan Kara dengan jari telunjuknya dan mengusapnya lembut, sambil mengamati wajah Kara dari samping.
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status