Semua Bab Enam Tahun Tanpa Malam Pertama: Bab 31 - Bab 40
96 Bab
31. Ada apa dengan kotak di atas lemari
POV AuthorMila duduk di depan cermin sambil menyisir rambut panjangnya. Baju yang ia pakai sungguh sangat terbuka. Malam ini dia sudah bersiap kembali menggoda suaminya. Biasanya, pengantin baru itu setiap hari bisa dua rit bolak-balik;bahkan ada yang sampai tiga kali. Namun, sudah dua hari menikah, tetapi baru satu kali kami melakukannya dan dia tidak merasakannya, karena terlelap.Siang tadi, tidurnya sudah sangat nyenyak sehabis dari salon. Maka dari itu, dapat dia pastikan malam ini akan berlalu dengan sangat panas, bersama suaminya. Mila menurunkan sebelah kiri tali sphageti baju tidur saten yang ia pakai. Kemudian, menyemprotkan parfum di seluruh tubuhnya. Terutama di sekitar leher dan pangkal pahanya.Suara guyuran air shower sudah berhenti. Itu tandanya suaminya akan segera keluar dari sana. Dengan hati berdebar, Mila berjalan menuju ranjang dan memasang pose sangat menggoda."Wah, istriku bajunya
Baca selengkapnya
32. Sakit Ginjal
 Aku berdebar menanti hasil pemeriksaan hari ini. Ditambah lagi, nanti siang adalah jadwal sidang perceraian pertamaku. Semoga Mas Edwin tidak hadir, agar semua berjalan cepat tanpa sanggahan. Mas Dirman mengantar dan menemaniku dengan sabar dan tanpa complain. Klinik baru saja buka dan dokter belum tiba. Aku yang sudah penasaran, memaksa Mas Dirman untuk segera ke klinik laboratorium ini. Begitu mobil yang dikendari Dokter Vita sampai, aku pun semakin berdebar. Bernapas pun kurasa tersendat-sendat. Wanita yang memakai dress bunga lili itu tersenyum ramah padaku dan beberapa perawat di sana. Kemudian, dia masuk ke dalam ruang praktek.“Silakan Ibu Ria. Sudah ditunggu Dokter Vita,” ujar perawat mempersilakan. Aku masuk ke dalam ruangan dengan hati berdebar. Awalnya Mas Dirman tidak ingin menemaniku, tetapi karena aku bersikeras, maka Mas Dirman akhirnya luluh juga. Kami duduk bersampingan di depan Dokter Vita yang tengah membuka amplop kuning
Baca selengkapnya
33. Tamparan dari Mila
"Kamu kenapa, Sayang?" tanya Edwin pada Mila. Wanita itu tengah meringkuk di dalam selimut karena merasa kedinginan. Padahal saat ini di luar cuaca sangat terik."Sepertinya aku demam, Mas. Boleh ambilkan aku obat di laci meja, Mas," pinta Mila pada suaminya. Edwin mengangguk, lalu berjalan untuk mengambil bungkusan obat di dalam laci. Dia berikan pada Mila, berikut segelas air yang memang sudah tersedia di kamar. Wanita itu memasukkan dua kapsul sekaligus ke dalam mulut, lalu didorong oleh segelas air hingga tandas."Kamu istirahat saja ya. Mas gak bisa nemenin, harus ke kantor," kata Edwim lagi sambil mengusap rambut Mila. Wanita itu mengangguk, tetapi sambil memejamkan mata."Apakah ini bawaan hamil ya, Mas?" kata Mila lagi dengan senyuman malu-malunya."Wah, emang kamu udah tes pack? Beneran?" Edwin berpura-pura kaget dengan kalimat yang diucapkan Mila. Ia tahu tidak akan mungkin, karena dia sendiri be
Baca selengkapnya
34. Lapor Polisi
"Non, ya Allah!" pekik Mas Dirman saat melihat bibirku berdarah. Lelaki itu sampai melihat ke sana-kemari mencari apa yang sebenarnya terjadi pada diriku."Siapa yang menampar Non Ria? Tuan Edwin?" tanyanya lagi, saat tak mendengar jawaban yang keluar dari mulutku. Bagaimana aku mau menjawab, karena bibirku sakit dan masih sedikit berdarah. Aku hanya bisa menggeleng, dengan air mata mengalir perlahan."Mertua, Non?" tanyanya lagi dan aku kembali menggeleng."Apa istri kuda, eh ... Jadi istri kuda deh. Istri muda Tuan Edwin?" Aku akhirnya tergelak, saat Mas Dirman salah mengucapkan istri muda menjadi istri kuda."Aw! Sakit!" pekikku karena merasa sudut bibir ini sangatlah pedih.Makanan di depanku sudah tak sanggup aku makan. Teh manis yang tadinya sangat ingin kuminum, sudah tak bisa aku teguk dengan benar. Namun, ada yang membuat rasa sakit ini sepertinya segera hilang. Mas Dirman membeli
Baca selengkapnya
35. Ditangkap Polisi
Sehabis magrib, aku, Mas Dirman, dan Bik Isah duduk di ruang tengah. Kami tengah membereskan satu per satu barang untuk dimasukkan ke dalam box. Beberapa hari lagi, rumah akan ditempati oleh pemilik baru. Begitu dipasang plang rumah dijual dan dengan harga jauh di bawah pasaran, tentulah sangat banyak peminatnya.Harga rumah tiga milyar, dijual dengan harga satu koma delapan milyar. Maka dari itu, selang beberapa jam Ria sudah menemukan pembeli yang cocok. Mereka harus segera pindah besok."Bik, peralatan dapur yang bagus-bagus ambil buat Bibik saja. Saya pakai yang biasa saja," kataku pada Bik Isah."Jangan, Non. Buat saya aja," sela Mas Dirman sambil memperlihatkan tawa renyahnya. Aku dan Bik Isah sontak menoleh, lalu mengerutkan kening tanda tak paham. Buat apa peralatan dapur untuk lelaki itu?"Buat apa, Mas?" tanyaku heran."Buat masak." Kami bertiga akhirnya tertawa. Pekerjaan yang p
Baca selengkapnya
36. Nasib Edwin dan Mila
Ria menelan ludah. Wajahnya membeku saat menerima telepon dari kantor polisi yang mengabarkan bahwa Edwin dan Mila sudah diamankan. Napasnya tercekat dengan peluh bercucuran membasahi kening. Berita ini memang sangat ia nantikan, tetapi cukup syok juga karena malam hari dikabarkan hal seperti ini. Dengan tangan gemetar, Ria mengirimkan pesan pada  Dirman dan mengatakan hal baru saja dia dapat dari polisi.“Tidak perlu resah. Besok saya temani ke kantor polisi. Sekarang, Non tidur. Gak usah bayangin Edwin, apalagi Berto. Bayangin aja saya.” Isi pesan dari Dirman membuat Ria tergelak an meluopakan keresahannya. Benda pipih itu dia leatkkan kembali di atas nakas, lalu berbaring sambil tersenyum penuh suka cita.Pukul delapan pagi, setelah menghabiskan sepiring sarapan nasi goreng baso, Dirman dan Ria pergi menuju kantor polisi. Mereka harus bergegas untuk membereskan masalah ini, karena siang nanti akan ada truk pengangkut barang yang akan memba
Baca selengkapnya
37. Kapan Nikah?
POV AuthorSebuah kenyataan yang buruk, harus mereka jalani. Mobil yang mereka kendarai terbalik setelah menabrak trotoar ria tidak sadarkan diri, tetapi tidak dengan Dirman. Susah payah lelaki itu mencoba melepas seatbelt kursinya dan berhasil. Lelaki itu dapat menarik napas lega. Kemudian dia berusaha melepas seatbelt kursi Ria. Suara gaduh di luar sana bisa ditangkap oleh indrea pendengarannya. Beberapa orang sibuk menelepon polisi dan beberapa orang lagi tengah berusaha membantu Dirman dan Ria untuk segera keluar dari sana. Bau bensin yang menetes, menusuk hidung Dirman, hingga lelaki itu terbatuk-batuk.Krak!Seatbelt kursi Ria berhasil ia lepaskan. Pintu mobil juga berhasil dbuka paksa oleh sekelompok orang yang sengaja menolong mereka. Darah yang mengalir dari pelipis Ria sempat membuat Dirman ketakutan. Namun lelaki itu berusaha fokus untuk mendorong Ria agar bisa segera ditarik oleh orang-orang di luar sana. Begitu banyak orang baik yang m
Baca selengkapnya
38. Akankah Kebusukan Mila Terbongkar?
Pov Author Tiga hari sudah Mila dan Edwin mendekam di  penjara polres. Hari ini, keduanya akan dipindahkan ke Lapas Cipinang untuk melanjutkan penyelidikan kasus yang menimpa keduanya. Berulang kali Edwin diinterogasi, berulang kali juga dia mengelak, bahwa obat yang ditemukan Ria di atas lemari adalah miliknya. Malah dia berdalih, wanita itu sengaja menjebloskannya ke penjara, karena menikah lagi dengan Mila. Edwin mungkin berkilah, tetapi untuk kasus Mila, wanita itu tidak bisa berkutik. Baru saja, Ria mengirimkan satu orang perawat dan petugas keamanan rumah sakit yang bersaksi untuknya. Keduanya bersaksi melihat Mila yang pertama kali menyerang Ria dan menampar wanita itu. Celakanya lagi, Ria tidak mau berdamai, walau Mila akan membayar untuk perdamaian.  Bagi Ria, uang bukanlah suatu hal penting lagi. Dia sudah tidak ingin tergiur dengan nikmatnya dunia yang dipenuhi tipu daya, di
Baca selengkapnya
39. Titik Terang
Enam Tahun 39 Pov RiaAku benar-benar tak sabar menanti esok. Setelah berbicara panjang lebar dengan Mas Dirman, membuatku sulit untuk memejamkan mata. Jam sudah berdenting dua kali, pertanda sudah puku; dua dinihari, tetapi mataku tak mau mengantuk. Pikiranku melayang pada masa silam saat aku baru mengenal Mas Edwin. Kami dikenalkan oleh seorang teman—Nadia namanya. Saat itu Nadia berkata, bahwa Mas Edwin baru saja ditinggal meninggal pacarnya dan seperti orang depresi. Lalu kami dikenalkan dan awal dekat lelaki itu juga dingin padaku. Namun seiring berjalannya waktu, kami menjadi dekat dan memutuskan pacaran singkat. Aku pikir, saat lelaki itu melamarku setelah kami berpacaran dua bulan, itu pertanda dia sudah melupakan mantan pacarnya, dan sudah benar-benar mencintaiku. Sama seklai tidak ada dalam kepalaku kecurigaan atas dirinya. Namun, setelah aku menarik garis cerita masa lalu, aku rasa Mas Edwin menikahiku hanya
Baca selengkapnya
40. Permohonan Ibu Mertua
POV RiaSore ini cuaca sedikit gerimis. Langit gelap bagaikan menjelang magrib, padahal baru masuk pukul empat sore. Aku yang tadinya mau belanja kebutuhan dapur bersama Bik Isah, terpaksa membatalkan. Sudah dapat dipastikan, taksi online akan susah didapat bila dalam keadaan hujan seperti ini. Padahal, beberapa hari lagi aku akan mengadakan acara sukuran perceraian.Tetesan air hujan membuat perasaanku mengharu biru. Setelah dua pekan menunggu sidang putusan, akhirnya siang tadi, hal yang sangat aku nantikan tiba juga. Aku dan Edwin sudah sah bercerai secara agama dan negara. Seluruh berkas resminya akan dikirimkan paling lambat dua bulan dari sidang putusan.Berakhir sudah satu kisah cintaku yang memang tak pernah benar-benar bersambut. Pacaran sebelum menikah, takkan pernah menjamin kamu mengenal betul pasanganmu. Seperti diriku yang tak mengetahui ternyata begitu banyak rahasia hidup Mas Edwin.Saat in
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
10
DMCA.com Protection Status