All Chapters of PENDEKAR TAPAK DEWA: Chapter 11 - Chapter 20
151 Chapters
PART 11
Mengingat Kerajaan Tambora sudah menjadi sebuah kerajaan yang kuat, aman, dan tenteram. Ada pun antara Kerajaan Mbojo dan Kerajaan Tambora merupakan dua kerajaan sahabat, maka segenap prajurit dari kedua dari kedua kerajaan tersebut tak jarang mengadakan latihan perang bersama, sehingga kedua kerajaan dikenal memiliki angkatan perang yang tangguh di kala itu. Dan kedua kerajaan yang bersahabat itu pun pernah sama-sama mengalami masa-masa kejayaan, ketentraman, dan kemakmuran.          Mungkin karena merasa tugas dan pengabdiannya harus diakhiri, maka sang Pendekar Besar ini pun mundur dari urusan kenegaraan dan sekaligus urusan keduniawian. Tanpa seorang pun tahu, kemudian ia lenyap bagai ditelan bumi. Pencarian dilakukan oleh kedua kerajaan,  yaitu Kerajaan Tambora dan Kerajaan Mbojo, pun tak pernah menemukan jejaknya. Bagaimana tidak, Dato Hongli telah memilih sebuah gua yang tersembunyi di balik dinding cadas curam yang sebuah gunung yang ber
Read more
PART 12
                                                                Dato Hongli sesaat terdiam sebelum melanjutkan ucapannya, “Sebenarnya, dalam dirimu ada kekuatan titisan yang tak siapa pun memilikinya, yaitu kekuatan mahadaya api. Energi api terserap oleh kekuatan titisan yang ada dalam tubuhmu, dan energi api itu akan muncul dengan sendirinya disaat amarahmu muncul. Ato berharap agar kauharus mampu mengendalikan amarahmu dan tidak zolim dalam bertindak. Pergunakan ilmu yang kaumiliki untuk membela kebenaran dan membasmi kemaksiatan dan kelaliman. Sesungguhnya tak ada ilmu yang hitam, yang ada hanyalah perilaku pemegang ilmulah yang hitam dan jahat. Kau adalah murid dari seorang pendekar agung dari suatu kemaharajaan yang agung pula. Maka kauharus benar-benar menjadi seorang pendekar yang agung berikut ahl
Read more
PART 13
        "Tidak, Mudu!” potong Dato Hongli.” Tempatmu dan nasibmu bukan di sini, tapi di masyarakat yang sangat luas. Nasib, tugas, serta kewajibanmu sebagai seorang pendekar telah menantimu di sana." Dato Hongli berhenti sesaat sebelum melanjutkan, "Baiklah, Cucuku, duduklah dulu yang tenang. Aku ingin menceritakan suatu kisah yang terjadi di masa lalu. Semoga kisah ini nantinya akan menjadikanmu untuk segera turun dari dunia yang sunyi ini."       Dato Hongli menceritakan semua tentang semua peristiwa yang terjadi di Desa Tanaru dua puluh tiga tahun yang silam. La Mudu mendengarkannya dengan seksama.       Di akhir cerita, mendadak La Mudu memegang leontin kalung berupa separuh keping selaka (perak) yang menggantung di lehernya. Wajahnya tiba-tiba berubah merah padam. "Jadi…apa bayi dalam cerita Ato itu adalah…mada?"     &
Read more
PART 14
Kedua alis La Mudu saling merapat, menunjukkan keheranannya. "Londo Iha itu apa?"         Sebaliknya, sepasang kekasih justru lebih terheran-heran lagi mendengar petanyaan yang terasa ganjil dari La Mudu. Mana bisa pemuda Babuju tidak mengerti perkara londo iha? Namun si pemuda tak ingin berpikiran panjang lebar lagi, lalu ia pun memberikan sedikit penjelasan.  "Artinya ya kami harus minggat. Kami sedang melakukan kawin lari. Kami baru aman jika telah sampai ke rumah siapa pun, jika tidak sampai ke rumahnya tetua adat. Karena nanti orang yang punya rumah atau tetua adat akan mengirimkan laporan ke pihak keluarganya si perempuan, seperti kepada keluarga kekasihku ini, bahwa kami sudah wa'a sama. Setelah itu kami baru diantarkan kembali ke keluarga kami untuk dinikahkan," (Waa sama = londo iha yang dilakukan atas inisiatif bersama antara pemuda dan gadis).        Setelah mendapat penjelasan dari si
Read more
PART 15
                                             Desa La Kalimone dan La Alo Salaka tidaklah jauh dari kaki Gunung Sorowua. Hanya butuh waktu sepeminum kopi perjalanan ketiganya pun telah sampai. Desa itu bernama Kandunggu. Sebuah pemukiman yang cukup luas dan padat. Tentu saja kehadiran kembali La Kalimone dan La Alo Salaka menjadi perhatian hampir seluruh warga di desanya. Hal tidak lumrah sebenarnya sepasang kekasih yang baru melakukan selarian kembali lagi dalam waktu yang singkat. Namun demikian warga desa sudah bisa menerima baik, karena sudah tahu beritanya dari pihak keluarga La Alo Salaka yang pulang dari pengejaran tadi. Dan yang lebih menggembirakan lagi bagi pihak keluarga si gadis adalah La Mudu benar-benar telah menepati janjinya untuk mengantar kembali kedua kekasih itu. Sebagaimana adatnya, keduanya di a
Read more
PART 16
 La Mudu tersenyum dan manggut-manggut pelan. Pikirannya bermain. Ia harus mengayuh sampan mulai dari sini. Warga desa ini adalah bagian dari negeri yang tengah menanti kehadiran dirinya. Kehadiran sang pembebas. Ia harus memulai tindakannya di sini. Karena itu ia pun berniat untuk memberikan sedikit bekal ilmu kesaktian kepada La Kalimone. Mungkin juga beberapa pemuda lagi agar lebih kuat. Kemudian ia bertanya, "Biasanya berapa orang anak buahnya La Afi Sangia yang mengambil jatah mereka di desa ini, Sahe?"        "Ya rata-rata sekitar dua puluhan orang, Jawara Mudu. Tapi untuk menghadapi seorang anak buah La Afi Sangia pun kami tidak mungkin berani dan mampu. Mereka rata-rata memiliki ilmu kesaktian yang tinggi.”         "Hmm, begitu. Lantas mereka lewat mana? Sebab sepengatahuan saya, Pulau Sangiang itu be
Read more
PART 17
                                                            La Mudu dan seluruh murid dadakannya akan melakukan serangan pertama mereka dengan menggunakan tombak. Mereka adalah pemuda-pemuda yang memang memiliki ketrampilan alami dalam hal menggunakan senjata yang satu ini, karena mereka adalah pemburu-pemburu kijang yang sangat mahir. Kemungkinan para gerombolan anak buah la Afi Sangia sangat tak mengira akan mendapat serangan yang berani seperti itu. Karena selama ini belum ada sejarahnya masyarakat desa di seantero negeri Babuju yang merani menentang kebesaran la Afi Sangia secara langsung. Jadi La Mudu memperhitungkan, para gerombolan perampok jahat itu dengan mudah dibasmi, bahkan dengan tombak.      Malam itu
Read more
PART 18
                             La Mudu alias Pendekar Dewa Api mengambil tempat duduk di bangku yang paling pojok. Saat melihatnya, si gadis yang bernama Meili mendatanginya dan bertanya, “Tuan mau makan apa?”      “Iya, siapkan saya makanan dengan lauk yang ada untuk saya sendiri,” jawab La Mudu  sambil mengangguk pelan.       “Lalu Tuan mau minum apa? Di sini ada arak, yang agak keras, tapi juga ada air tuak. Kebetulan air tuaknya masih baru.”       “Ya air tuak saja,”sekali lagi La Mudu mengangguk pelan seraya tersenyum. Ia sudah paham dengan kedua jenis minuman itu. Arak adalah minuman kesukaan gurunya, Dato Hongli. Ia tak pernah tahu entah dari mana
Read more
PART 19
                                                                                                                     Belum sempat menyadari apa yang baru saja menimpanya, tiba-tiba La Goba kembali merasakan cekikan yang kuat pada jakun lehernya lalu disusul dengan tendangan keras lagi di dada. Kembali tubuh laki-laki itiu terlempar ke belakang dan jatuh di depan kaki-kaki keenam kawanannya. Ia mengerang kesakitan yang sangat, dan berkali-kali batuk-batuk yang menyemburkan darah segar dari mulutnya.          Mendapati kenyataan yang d
Read more
PART 20
                                                        La Mudu tersenyum dan menyadari apa yang menjadi keheranan Baojia. Dia melangkah masuk ke dalam warung, melewati Meilin, dan duduk kembali di meja makannya tadi, membasuh kerongkongannya dengan air nira. Baojia dan istrinya mengikuti dari belakang.  Kepada kedua orang tuanya Meilin itu, La Mudu menceritakan sekedarnya tentang siapa dirinya, terutama tentang dirinya yang dibesarkan lalu diangkat murid oleh seorang pendekar besar dari Negeri Tiongkok, yang namanya tak ia sebutkan kepada Baojia dan istrinya. “Jadi jawara muda ini dibesarkan dan diangkat murid oleh seorang pendekar pelarian dari Tiongkok? Siapakah nama pendekar itu, Jawara Mudu?” bertanya Ba
Read more
PREV
123456
...
16
DMCA.com Protection Status