All Chapters of PENDEKAR TAPAK DEWA: Chapter 41 - Chapter 50
151 Chapters
PART 41
                                                  Agar dapat menikahi  Putri Mantika yang berwajah sangat cantik, adalah menjadi motivasi tersendiri dan pembangkit semangat bagi kesembilan calon panglima lain--selain Pendekar Tapak Dewa--untuk siap muncul sebagai pemenang dalam perang tanding itu.  Tentu, laki-laki mana pun akan terpesona pada kecantikan sang putri, dan bermimpi untuk dapat menyuntingnya sebagai pendamping hidupnya. Jadi, siapa pun yang muncul sebagai pemenang, maka secara otomatis ia mendapat dua keuntungan yang luar biasa, yaitu sebagai orang kedua setelah Paduka Sandaka Dana dan sekaligus sebagai menantunya, menjadi suaminya Putri Mantika.      Sudah barang tentu, perjuangan dalam memperebutk
Read more
PART 42
        Pagi hari, suasana Pulau Sangiang sudah terjadi kesibukan di sana-sini. Hampir di setiap kediaman sepuluh jawara tinggi yang menjadi calon panglima terjadi kesibukan yang dilakukan oleh para pendukungnya. Kesepuluh calon masing-masing dibuatkan sejenis panji-panji dengan lambang tertentu untuk jagoan mereka. Ada yang berlambangkan Tengkorak Merah, Cakar Iblis, Elang, Burung Hantu, Kerbau Mengamuk, Cakar Harimau, Kalajengking,  Iblis Bertanduk, dan Pedang Berdarah. Sedangkan panjinya Pendekar Tapak Dewa bergambar sebuah tapak tangan besar berwarna merah, Tapak Dewa. Pendekar Tapak Dewa alias La Mudu sendiri yang menghendaki lambang itu.          Di sepanjang jalan dan gang di seantero pemukiman telah dipasang sejenis bendera-bendara panjang berwarna-warni. Sementara di alun-alun yang berada di sebelah selatan Istana Sandaka, ratusan pajuri tengah mempersiapkan arena pertarungannya. Seluruh pinggiran alu
Read more
PART 43
        Sejak matahari sudah mulai condong ke barat, sekeliling alun-alun yang menjadi ajang perang tanding para calon panglima angkatan perang sudah dipadati oleh para penonton. Semua sangat antusias untuk menyaksikan jalannya pertarungan hidup dan mati itu tersebut hingga akan muncul calon tunggal pada hari itu. Segenap penduduk Negeri Sangiang masih meramal-ramal tentang siapakah di antara sepuluh calon itu yang akan keluar jadi jawaranya di hari pertama. Namun mayoritas penduduk Sangiang yang berusia di atas tiga puluh tahun masih menjagokan sembilan calon selain daripada La Mudu, yang merupakan calon termuda yang sama sekali belum mereka tahu kemampuannya yang sebenarnya. Namun hal itu tak menjadi pikiran bagi pendukung Pendekar Tapak Dewa yang mayoritas dari kalangan muda.       Ketika matahari kian condong ke barat, tiba-tiba terdengar bunyi mendengung te
Read more
PART 44
       Giliran rombongan kesembilan adalah rombongan dari calon yang dinaungi oleh panji bergambar Pedang Berdarah. Dia adalah Dewa Na’e (Tuan Besar), yang ketika masih bertualang di jagat persilatan oleh kalangannya, kalangan hitam, dijuluki dengan Jawara Na’e (Pendekar Agung), karena memang ia adalah jawaranya para jawara di kalangan persilatan beraliran hitam. Namun di kalangan aliran putih dia lebih masyhur dengan julukan Raja Sondi (Raja Pedang) dikarenakan permainan pedangnya yang tak tertandingi kala itu, dan kadang dijuluki dengan Raja Nda’u (Raja Jarum) dikarenakan ia memiliki senjata pamungkas lain berupa jarum-jarum baja beracun yang mematikan yang suatu saat dapat ia lemparan ke arah tubuh musuhnya . Oleh Paduka Sandaka Dana dia diangkat sebagai pemimpin pajuri khusus yang menjaga harta kekayaan negeri. Sambutan dan duk
Read more
PART 45
       Setelah Paduka Sandaka Dana duduk kembali di kursinya, sekelompok perwira yang mengatur jalannya perang tanding memasuki arena. Mereka adalah kelompok penyelenggara bagian pertarungan.        “Ananda Jawara harus hati-hati dengan calon lawanmu yang bernama Dewa Mbani itu,”nasihat Bumi Osu setengah berbisik di samping telinga La Mudu. “Kedigdayaan dia terletak pada kepalanya. Jarang lawannya yang selamat oleh hantaman kepalanya yang sangat keras itu.”        “Apalagi keunggulan dia, Bumi Osu?” bertanya La Mudu dengan tetap mengarahkan pandangannya ke tengah arena.        “Dia kebal dengan segala jenis senjata tajam. Jika dia menggunakan senjata pedang atau tombak, maka Ananda Jawara harus melawannya dengan tongkat.”        “Saya paha
Read more
PART 46
      Melihat bekas pukulan tongkat lawannya, sesaat Dewa Ngoja tercekat kaget juga. Namun ia harus dibuat sibuk menghindar dan menangkis serangan tongkat Dewa Meti yang kian gencar dan mematikan dengan pedangnya. Cepat dan kerasnya serangan demi serangan tongkat lawan membuat ia tak diberi kesempatan untuk melakukan serangan balasan sedikit pun, sampai akhirnya sang lawan, Dewa Meti, mampu mengayunkan tongkatnya ke kiri, dan...       Tranggg...!!!       Pedang di tangan Dewa Ngoja terlepas dan terlempar dari tangannya. Pedang itu jatuh dan menancap di tanah, beberapa tombak di sampingnya. Saat ia bergerak untuk memungut kembali senjatanya itu, pedang besi kuning kembali menghantam dengan keras, sehingga ia harus menarik kembali pergelangan tangannya, dan....      Blarrr...!!!&n
Read more
PART 47
       Namun lagi-lagi Dewa Kambala tertipu, karena tiba-tiba tubuh Dewa Seta Me’e hanya tinggal berupa bayangan menghitam yang mengepungnya. Itulah jurus pamungkas yang bernama Jurus Seta Me’e  (Jurus Iblis Hitam) yang dimiliki oleh Dewa Seta Me’e. Dewa Kambala benar-benar dibuat tak berdaya. Jangankan untuk lanjut menyerang, untuk mempertahankan diri saja dia sudah kehilangan siasat dan akal. Sampai pada akhirnya...      Crasss...!!!      Crasss...!!!      Crasss...!!!      Terdengar suara kulit yang koyak akibat terkena tebasan demi tebasan golok yang entah berapa kali jumlahnya yang berbarengan dengan jeritan-jeritan yang menyayat hati yang keluar dari mulutnya Dewa Kambala, lalu kemudian sepi. Tubuh laki-laki yang tin
Read more
PART 48
       Selanjutnya, pertarungan yang keempat adalah antara Dewa Rontinawa dan Dewa Poro. Ada pun kedua tokok ini sama-sama merupakan tokoh besar di Pulau Sangiang dan menjadi orang-orang kepercayaan mendiang Panglima maupun Paduka Sandaka sendiri. Tingkat kedigdayaan keduanya pun berada pada taraf yang sama, dan merupakan raja dalam memainkan senjata andalannya masing-masing.       Dewa Rontinawa (Tuan Perenggut Nyawa) yang dahulu di jagat persilatan dikenal dengan julukan Jawara Kondo Peke Tuta (Pendekar Kalung Tengkorak), dan juga masyhur dengan julukan Raja Tiki  (Dewa Tongkat), karena permainan tongkatnya sangat ampuh untuk melumpuhkan lawan-lawannya. Sementara Dewa Poro (Tuan Cebol) atau dahulu di jagat persilatan berjuluk Jawara Poro Ta Ele (Pendekar Cebol dari Timur). Jawara yang bertubuh pendek ini s
Read more
PART 49
       “Nanda Jawara,” bisik Bumi Osu di dekat telingan La Mudu, “ calon yang bernama Dewa Na’e itu adalah petinggi yang paling tinggi ilmunya di antara kedelapan calon tua lainnya. Dulu ia dikenal sebagai Jawara Na’e (Pendekar Agung), namun juga masyhur dengan julukan Raja Sondi (Raja Pedang) dan Raja Nda’u (Raja Jarum). Nanda Jawara tentu paham mengapa ia diberi julukan itu. Namun senjata rahasia yang paling mematikan adalah jarum-jarum beracunnya yang sebesar lidi yang sewaktu-waktu dapat ia lepaskan untuk membunuh lawan-lawannya. Jika di tengah pertarungan tiba-tiba ia memasukkan tangan kanannya di balik baju lapangnya itu, maka waspadalah.”       “Sekali lagi, terima kasih banyak, Bumi Osu atas peringatannya,” sahut La Mudu tanpa menoleh. Matanya memandang lurus ke tengah gelanggang pertarung
Read more
PART 50
                                     Persembahan hiburan itu hanya berlangsung sepeminuman kopi. Setelah itu pajuri pengatur pertandingan kembali memasuki arena pertarungan. Usai menghaturkan tabik kepada Paduka Sandaka Dana, ia lalu mengumumkan empat calon yang akan melanjutkan perang tanding di babak kedua. “Baiklah, untuk babak kedua ini, kita akan menyaksikan dua pasang calon yang akan bertemu di babak ketiga atau babak penghujung untuk hari ini. Setelah kami merundingkan, maka kami telah menetapkan, bahwa, Dewa Seta Me’e akan berhadapan dengan jawara muda kita yaitu pendekar Tapak Dewaaa...!!”      Baik Dewa Seta Me’e maupun Pendekar Tapak Dewa sama-sama bangkit berdiri dari kursinya lalu saling menghaturkan tabik hormat dengan setengah membungkukkan badannya.
Read more
PREV
1
...
34567
...
16
DMCA.com Protection Status