All Chapters of PENDEKAR TAPAK DEWA: Chapter 31 - Chapter 40
151 Chapters
PART 31
                                                        Dalam kelelapan tidurnya, laki-laki iblis yang menggelari dirinya sebagai Paduka Sandaka Dana itu tiba-tiba tidurnya gelisah. Peluhnya merembes keluar dari segenap pori di wajah, leher, dan dada kekarnya yang telanjar. Lalu sontak ia terbangun sembari mengeluarkan teriakan membentak yang tertahan. Saat di sadarinya bahwa ia terbangun dari lelapnya, ia pun menghela nafas panjang dan merunduk sembari memejamkan matanya. “Rupanya aku barusan mengalami mimpi buruk. Sungguh baru kali ini aku mengalami yang sangat buruk seperti ini. Adakah itu sebuah pertanda?”ucapnya pelan, seolah-olah kepada dirinya sendiri.      Ia merebahkan tubuhnya dan mencoba untuk kembali melanjutkan tidurnya, nam
Read more
PART 32
                                                   Untuk mengisi waktu sore yang masih terik itu, La Mudu dan kelima teman kamarnya dan beberapa pemuda dari kamar lain di rumah panjang, memanfaatkannya untuk duduk berkumpul di teras depan kamar yang berupa balkon panjang untuk menghibur diri dengan mendengarkan La Pabise memetik gambo pinjaman dari kamar sebelah yang diiringi oleh La La Rangga Jo, La Lewamori, dan yang lainnya dengan kapatu Mbojo. Syair-syair kapatu yang mereka bawakan tentang kerinduan pada kampung halaman, pada kekasih, dan tentang kenangan-kenangan mereka masing-masing bersama mantan kekasih mereka yang kini telah mereka tinggalkan buat selamanya.      Namun adanya rombongan sekitar enam ekor kuda yang
Read more
PART 33
                                                     Namun, sebelum keadaan yang memilukan itu terjadi, tiba-tiba sesosok bayangan melesat dengan amat cepat ke arah depan. Kedua kakinya langsung menghantam bagian pinggang kuda putih itu sehingga  hewan besar itu terlempar ke samping dan jatuh terjerembab, sementara kedua tangan sosok bayangan langsung menangkap dan mendekat tubuh Putri Mantika dengan kedua tanganya yang kokoh.       Saat sosok penyelamat itu menurunkan tubuh Putri Mantika di atas hamparan pasir, semua mata jadi terbelalak. Ternyata dia adalah La Mudu. Tampik sorak dari seluruh pemuda pun pecah seketika. Dan seperti dikomando, lalu semuanya menyerbu ke depan dan mengelilingi sang jawara dan sang putri.
Read more
PART 34
                                                    Saat itu La Afi Sangia, yang ditemani putrinya, Putri Mantika, tertegun dari kursi kebesarannya saat melihat La Mudu dan La Turangga di belakangnya. Laki-laki yang akan memasuki usia baya itu bukan saja tertegun dan tercengang karena melihat penampilan sang jawara yang tampak gagah dan berwibawa, tetapi lebih-lebih ketika ia melihat wajah tampan sang pemuda. Ia berkali-kali menoleh ke wajah Putri Mantika di sampingnya lalu melihat ke wajahnya La Mudu, membanding-bandingkan wajah keduanya.      “Selamat malam, Paduka Yang Mulia. Paduka memanggil hamba?”La Mudu menghaturkan salam dan bertanya dengan sikap santun.      &ldq
Read more
PART 35
                                                    Mendengar itu tawaran yang tak terduga itu, baik La Mudu maupun La Turangga dibuat kaget. La Turangga sampai mengunyah makanannya pelan-pelan, sedangkan La Mudu sendiri nyaris tersedak andaikata ia tidak cepat-cepat mengatasinya dengan air minum.     La Mudu hendak mengucapkan sesuatu, tetapi Putri Mantika mendahuluinya dengan berkata, “Putri juga setuju dengan pendapat Ayahanda!”Lalu menatap kepada La Mudu, dan, “Ikutlah, Amania. Ini kesempatan terbaik buat Amania Mudu. Ini sebuah tawaran yang amat langka, karena ini merupakan sebuah pertandingan yang sangat bergengsi dan hanya diperuntukkan kepada pajuri-pajuri yang merupakan jawara-jawara Negeri Sangiang yang ternama.”(Amania&n
Read more
PART 36
                                                                                “Ada seorang pemuda seusia Putri Mantika yang ikut menjadi pajuri baru,” jawab Paduka Sandaka Dana berterus terang. “Dia seorang jawara yang berilmu sangat tinggi.”      “Lantas Paduka mencurigai pemuda itu adalah bayi laki-laki  itu?”       “Iya, karena wajah pemuda yang bernama La Mudu itu demikian mirip dengan putri angkatku itu.”        Bumi Osu alias La Mili memandang kegalauan yang kembali muncul di wajah sang junjungan, lalu tiba-tiba ia tertawa.    &
Read more
PART 37
                                                           Pada saat yang sama, di seberang sana, Meilin sedang duduk merenung seorang diri balai-balai di beranda rumah belakang, tempat yang pernah ia duduk berdua dengan sang kekasih, La Mudu. Wajahnya yang murung disandarkan pada kedua lututnya yang ditekuk. “Sedang apa Kak Mudu saat ini di pulau?”gumamnya, seolah bertanya pada dirinya sendiri. “Apakah ia akan benar-benar kembali lagi ke sini, untuk menemuiku? Ya Dewata Agung, lindungilah ia. Aku merindukannya. Kelak kembalikan dia buatku.”       Tak terasa sepasang mata  indahnya menggenang. Titik-titik bening menetes begitu saja. Ia tak begitu yakin jika sang kekasih berhasil
Read more
PART 38
                                                   Saat kawanan itu melewati lembah dan hendak mendaki sebuah bukit kecil, mereka sontak menarik tali kekang kudanya. Di hadapan mereka berdiri menyamping seeokor kuda putih,   menghadang jalan yang akan mereka lalui. Penunggang kuda itu adalah seorang laki-laki tua berkulit kuning, bermata sipit, dan janggut panjangnya sudah putih semua seperti juga kumis dan rambut panjangnya yang dikepang lipan tunggal ke belakang. Ia mengenakan pakaian yang lapang yang juga berwarna putih.       Akibat jalannya dihalangi membuat pimpinan penyamun bercodet di wajah marah. “Orang tua, kenapa kau menghalangi jalan kami! Apa kausudah bosan hidup!”
Read more
PART 39
                                                          “Kami dari wilayah Zhejiang, Yeye,” ucap Baojia. “Kami keluar dari Dataran Sinae karena alasan yang mungkin agak beda. Kami merasa saat itu negeri sedang tidak nyaman, dan tak aman lagi bagi hidup kami. Pemberontan terjadi di mana-mana. Kami keluar dari Dataran Sinae sekitar sepuluh tahun yang lalu.”      “Wilayah Zhejiang adalah sebuah wilayah yang indah dan makmur,” ucap Dato Hongli,” aku beberapa kali melawat ke sana ketika aku masih menjadi bagian dari militer kekaisaran. Bagaimana keadaan negeri asal kita itu saat ini, aku sama sekali tak mendengar kabarnya. Haiya...”       “Maaf, Ye
Read more
PART 40
                                                                                      Pada malam hari Paduka Sandaka Dana mengundang dan menerima semua calon panglima angkatan perang ke ruang penghadapan istananya, termasuk La Mudu alias Pendekar Tapak Dewa. Masing-masing calon didampingi oleh dua orang pendamping yang menjadi penasihatnya. La Mudu mengajak sahabatnya La Turangga dan Bumi Osu alias La Mili.       Oh ya, sedikit kilas balis mengapa La Mudu menjadikan Bumi Osu alias La Mili sebagai penasihatnya, padahal laki-laki  yang punya kedudukan sudah setin
Read more
PREV
123456
...
16
DMCA.com Protection Status