All Chapters of PENDEKAR TAPAK DEWA: Chapter 61 - Chapter 70
151 Chapters
PART 61
         “Hm...!” La Mudu tersenyum saat ia sudah membuktikan kelemahan lawannya, seperti bisikkan kiriman gurunya, Dato Hongli, barusan. Sebenarnya, ia bisa saja memusnahkan lawannya itu dengan pukulan Tapak Dewa tingkat ringan hingga tingkat menengah. Tetapi sejak tadi ia hendak mengetahui ketinggian ilmu sang lawannya yang sangat ditakuti oleh segenap jawara di Kepulauan tenggara itu.       “Kenapa, Afi Sangia...?!” seru La Mudu, “Apakah sambaran ujung kain  ikat pinggangku membuatmu menderita?”         “C
Read more
PART 62
          La Mudu membawa saudara kembarnya, Putri Mantika, ke tempat duduknya. Ia mempersilakan Putri Mantika untuk duduk di kursi yang ditempatinya tadi, diapit oleh La Nilam Pambinta dan La Shinta Panala. Kepada saudara kembar dampitnya itu,  ia memberitahukan, bahwa La Nilam Pambinta dan La Shinta Pambinta sejak semalam sudah menjadi adik angkatnya, adik angkat mereka berdua. Begitu juga ibu dari kedua gadis itu telah menjadi ibu angkat mereka. Putri Mantika langsung memeluk kedua gadis itu  satu persatu dengan penuh haru.      Kepada Dewa Ngoja La Mudu memerintahkan untuk mengambil alih penjagaan di Goa Harta. “Pilih beberapa puluh pajuri untuk melaku
Read more
PART 63
         Hari sudah menjelang siang dan warung makan Baojia sedang ramai-ramainya oleh penikmat masakannya yang terkenal lezat, ketika dua ekor kuda muncul di halaman depan warung yang cukup luas itu.      Meilin yang saat itu sedang sibuk melayani pelanggan, menengok ke luar melalui jendela. “Eh, Kakak Rangga dan Kakak Pabise...!”teriaknya sangat gembira dan langsung menghambur keluar. Baojia dan istrinya Fang Yin pun ikut menengok keluar. Wajah suami-istri itu pun ikut berbinar senang.      “Kak Mudu dan lainnya kenapa tak datang...?” tanya Meilin lagi.&nb
Read more
PART 64
        La Mudu duduk mengawasi di beranda depan istana yang luas. Ia didampingi oleh Putri Mantika di sebelah kanannya, di sebelah kiri La Turangga. La Lewamori, dan La Santara duduk di kursi di sebelah kirinya La mudu.       Di wajah sang murid Dato Hongli senantiasa tersenyum, menyiratkan kebahagiaan yang dipancarkan oleh hatinya saat melihat wajah seluruh warga Sangiang itu tampak sumringah. Tak ada kesedihan di wajah mereka. Sementara La Turangga lebih tertarik untuk menoleh kepada gadis cantik di sampingnya, berkali-kali, walau  dilakukannya seolah-olah sambil lalu. Rupanya Putri Mantika mengetahui kelakuannya itu, hanya menyembunyikan senyumny
Read more
PART 65
         Dewa Na’e, Bumi Osu, dan Bumi Ntau ra Wara datang menghadap. Bumi Ntau ra Wara bertanya kepada La Mudu, “Apa yang selanjutnya saya laksanakan, Ananda jawara?”       “Untuk hari ini, Bumi Ntau ra Wara harus selesaikan pembagian kapal-kapal itu lepada seluruh calon pemiliknya. Ditunjuki saja kepada tiap calon pemilikinya.”       “Itu sedang dilakukan, Ananda Jawara,” jawab Bumi Ntau ra Wara.       “Bagus!” ucap La Mudu, lalu bertanya, “Apakah Bumi Ntau ra Wara dan Dewa Na’e sudah diberitahuka
Read more
PART 66
             Sejak matahari sudah berada di atas kepala, di sepanjang pantai timur di sekitar pelabuhan Wadu Mbolo telah dipenuhi oleh orang-orang yang akan menyambut kepulangan La Mudu serta para sahabatnya. Di antara mereka ada Dato Hongli yang ditemani oleh Baojia sekeluarga dan keenam anak angkatnya. Mereka berdiri di pinggir atas pesisir di bawah sebuah pohon besar yang rindang.     Karena Pulau Sangiang tak begitu jauh, keadaan di pantai Wadu Mbolo itu telah dilihat oleh La Mudu dan seisi kapal lainnya.     “Apakah semua kapal sudah dimuati...?” bertanya La Mudu kepada kelima sahabatnya dengan setengah berteriak, agar bisa suaranya tidak lenyap oleh suara deburan ombak dan angin laut.      “Kapal-kapal kami semuanya sudah dimuatin deng
Read more
PART 67
       Setelah itu La Mudu mempersilakan semua yang ada untuk duduk di atas hamparan permadani dalam ruangan kapal yang luas. Lalu kepada Ama Pancala ia bertanya, “Bagaimana Ama Pancala, apakah orang-orang di bawah adalah orang-orang akan membantu membongkar muatan kapal?”      “Benar sekali, Tuan Muda. Mereka berasal dari desa-desa sekitar pesisir. Mereka semua sangat kaget dan sekaligus berbahagia jika Desa Tanaru akan dibangun kembali,” jawab Ama Pancala.       “Lalu, berapa orang keluarga dari para mendiang penduduk Desa Tanaru yang bersedia tinggal lagi di desa tanaru?”        “Ada sekitar dua ratus orang, Tuan Muda.”        “Hm, baiklah. Jarak dari
Read more
PART 68
      Pekerjaan membongkar seluruh isi kapal serta pemasangan kembali rumah-rumah di bekas Dewa Tanaru selama tiga hari berjalan lancar, siang dan malam. Pekerjaan itu melibatkan ribuan pekerja yang mayoritas para kaum pria. Sementara kaum wanita kebanyakan membantu di dapur umur bersama Baojia dan Fang Yin.       Di atas kapal, La Mudu mengawasi kesibukan yang berlangsung di daratan itu bersama Meilin.      Dato Hongli mendekati keduanya dari arah belakang. “Kauturunlah untuk melihat-lihat perkembangan pemasangan rumah-rumah di desamu. Ato dengar, pemasangan rumah istana itu hampir selesai. Biar Ato sendiri yang berada di kapal ini.”     “Eh, iya, Ato...! Memang sebaiknya saya turun dulu untuk meninjau ke desa,” sahut La Mudu.      “
Read more
PART 69
     Tak lupa kepada keenam penyamun insyaf La Mudu berkata,“Kakanda Sangga, Parange,  Landa,  Parada,  Sunta, dan Geta...! Para Amancawa ini merupakan para wanita baik-baik. Hanya saja mereka bukan para gadis. Usia mereka berkisar dua puluh tujuh hingga tiga puluh tahun, tak terpaut jauh dengan usia kalian. Mereka wanita yang baik dan cantik-cantik. Jika masing-masing kalian  berminat, kalian bisa meminang salah satu dari mereka untuk menjadi istri kalian. Kalian bisa menghadap saya untuk meminangnya. Itu salah satu syarat jika kalian ingin tinggal di desa ini.”        Tampaknya La Mudu tak ingin merendahkan derajat dari para wanita simpanan itu. Karena pada dasarnya wanita-wanita itu memang orang baik-baik yang dipaksa untuk ikut ke Pulau Sangiang. Artinya, itu menjadi isyarat bagi yang mengetahui masa lalu mereka, wajib menutupinya rapat-rapat.
Read more
PART 70
        “Masuklah, Bumi Osu,” ucap La Mudu sembari bangkit dari tidurnya dan mengenakan kembali jubahnya. “Apakah semua penghuni pulau sudah meninggalkan pulau?”       “Pulau sudah kosong dari penghuninya, Ananda Jawara,” sahut Bumi Osu sembari meletakkan pantatnya di atas  permadani, berhadapan dengan La Mudu.        “Lantas apa saja yang tersisa di pulau saat ini?”        “Bangunan yang tersisa hanya jompa dan isinya, Ananda Jawara. Saya punya rencana untuk mengajak warga untuk membongkar jompa-jompa itu dan membawanya ke daratan berikut isinya.” ( Jompa = lumbung padi).    &nbs
Read more
PREV
1
...
56789
...
16
DMCA.com Protection Status