Semua Bab The Devil CEO: Bab 11 - Bab 20
150 Bab
Hukuman Di Hari Pertama Kerja
Emma berusaha menahan rasa gugupnya. Ia menyesal dan memaki dirinya sendiri karena tidak bisa menahan diri ketika melihat yang cantik-cantik, yaitu bunga.“Jika aku bertemu dengannya lagi, akan ku pastikan hidungnya patah.” Nada suara Emma terdengar serius. Wanita mana yang akan terima jika dirinya dikatakan murahan oleh lelaki yang belum sama sekali mengenalnya. Ting!Pintu lift terbuka tepat di lantai empat puluh sembilan. Emma memperbaiki kerak baju kemeja putihnya sebelum dengan percaya diri memasuki ruangan yang akan menjadi rumah keduanya sehari-hari. Emma terpana dengan desain interior ruangan itu. Interior dengan gaya Victoria terlihat sangat elegan dan mewah. Ruangan itu bagaikan sebuah hotel jika peralatan elektronik tidak tersusun di atas sebuah meja panjang, pengunjung pasti akan salah mengiranya. Ruangan yang di dominasi oleh warna hijau sehingga memberi atmosfer sejuk dengan beberapa tanaman hijau di beberapa sudut ruangan. Permadani berwarna hi
Baca selengkapnya
Tim IT
“Bukankah lantai empat puluh lima memang disediakan untuk para pegawai, Pak?” tanya Json , pria berkepala botak tadi.“Memang benar. Namun karena keterlambatan, maka Emma mendapat punishment dari beliau,” jelas Ryan.“Tapi, hari ini pekerjaannya lumayan banyak, Pak. Belum lagi komputer di sana harus kita perbaiki dan install ulang Windows-nya.” Mac merasa tidak tega juga mengingat begitu banyak pekerjaan yang harus diselesaikan hari ini.Emma hanya mengamati para lelaki itu berdebat secara bergantian. Ketika memasuki ruangan tadi, ia sudah melihat beberapa komputer di atas meja panjang. Perihal menginstal ulang, sudah biasa di lakukannya. Namun untuk memperbaiki kerusakannya perlu data dari pegawai yang sudah menganalisanya.Ryan terdiam sejenak dan berpikir. “Apakah kamu sanggup melakukannya, Emma?” tanya Ryan kemudian.“Bisa, Pak. Jika teman-teman lain dapat menjelaskan kerusakannya di bagian mana,” jawab Emma mantap.Ryan tersenyum lega. Para lelaki hanya mengge
Baca selengkapnya
Melissa Yang Misterius
Kampus Merbaya Tahun 2015.“Apakah benar situs web kampus telah di retas?” Suara seorang mahasiswa di tengah kerumunan yang sedang bergunjing. Mereka memegang ponsel sembari menutup mulut dan mata memelotot karena melihat web kampus berisi kritikan pedas dan gambar Rektor yang sudah di edit menjadi bentuk meme yang sangat lucu untuk di pandang. “Ini baru betul. Aku salut sama peretas ini.” Suara mahasiswa lainnya memuji dan manggut-manggut tanda setuju. Kampus Merbaya yang merupakan kampus ternama kini seakan terbalik. Di serang oleh peretas handal dan membocorkan beberapa rahasia kampus seperti pemberian beasiswa pada keluarga dan kerabat dosen dan pegawai kampus saja. “Mahasiswa jurusan Information Technology berkumpul di aula jurusan.” Terdengar pengumuman di seluruh kampus memanggil mahasiswa dan mahasiswi IT untuk berkumpul. “Semoga saja bisa menyelesaikan masalah kampus kita yah.” Beberapa mahasiswa harap-harap cemas. Mereka berharap agar
Baca selengkapnya
Bentakan Pertama
“Aku belum pernah melihat seorang programmer begitu cepat menemukan masalah dan menyelesaikan coding.” Suara Trojan yang entah sejak kapan berdiri di belakang Sobig. Bukan hanya Trojan saja tetapi Mac juga ada di sana. Mereka dengan mata memelotot dan belum percaya dengan apa yang dilihatnya. “Kamu benar-benar hebat, Emma.” Puji Trojan lagi.Emma hanya menyeringai dan langsung bangkit berdiri dari kursi Sobig. “Mohon bimbingannya untuk kerja selanjutnya,” pinta Emma pada ketiga lelaki yang menatap kagum padanya.“Aku akan membantu kamu,” ucap Mac.“Aku juga.” Trojan juga tidak mau kalah. Mereka berebut untuk menolong Emma. Sangat langka menemukan wanita cantik dan jenius seperti Emma.“Apakah diperbolehkan?” tanya Emma lagi. Sebelumnya sudah diberitahuka oleh Ryan bahwa Emma-lah yang harus menyelesaikan semua pekerjaan hari ini.“Aku akan meretas cctv di ruangan kita ini.” Trojan berinisiatif agar pertolongan mereka tidak ketahuan. Mac mengangguk setuju. “Komputer di
Baca selengkapnya
Kegugupan dan Emosi
Di kursi kebesarannya, Ethand duduk terdiam menatap bunga hortensia yang di rawatnya seperti anak sendiri. Keindahan bunga tersebut tidak mampu menghibur hatinya. Pikirannya di penuhi oleh wanita yang baru beberapa kali ditemuinya, Emma Liandra Jones.“Komputer ini sepertinya eror. Panggilkan wanita itu untuk memperbaikinya.” Perintah Ethand pada Ryan yang berdiri menatap bingung dirinya sejak setengah jam yang lalu. Komputer itu belum dinyalakan namun atasannya sudah menilainya error. Ryan menggeleng kepalanya heran. Namun atasan tetap atasan. Dengan cepat ia merogoh ponsel dari saku celana kerjanya dan menelepon manajer tim IT. “Sudah dihubungi, Pak.” Ryan kembali memasukan ponselnya ke dalam saku celana dan kembali berdiri tegak dihadapan atasannya itu.“Silahkan tunggu di meja kerjamu.” Perintah Ethand. Ryan langsung menunduk sejenak ke arah Ethand dan berbalik pergi dari ruangan kerja Ethand.Ethand melihat jam di pergelangan tangan kanannya. Ibu jarinya menge
Baca selengkapnya
Seperti Singa
“Bagaimana tampang CEO baru kita, Emma?” tanya Trojan ketika melihat Emma sudah kembali. Mac dan yang lainnya juga turut menunggu jawaban dari Emma. Sejak pergantian CEO, mereka belum pernah bertemu CEO baru tersebut. Mereka hanya mendengar jika CEO baru itu sangat kompeten dan terkesan kejam. “Masih sangat muda,” jawab Emma lalu berjalan menuju meja kerjanya. Sobig hanya melihat Emma sebentar dan membiarkan yang lainnya menginterogasi Emma. “Apakah seumuran denganku?” tanya Mac ingin tahu.Emma memperhatikan Mac sejenak. “Kurang lebih.”“Jadi benar CEO baru kita adalah cucu tunggal dari tuan Alves. Dia sudah kembali.” Ucapan Mac membuat yang lainnya bingung. “Apa maksud dari perkataanmu, Mac?” tanya Ruby.“Namanya adalah Ethand. Sebelumnya dia berkuliah di luar negeri. Aku tidak tahu pasti di negara mana ia menuntut ilmu. Yang jelas, semenjak ia kuliah, CEO baru kita tidak pernah kembali. Banyak yang berpikir ia telah meninggal. Namun pada kenyat
Baca selengkapnya
Sebuah Kenyataan
“Apakah nama Melissa begitu berpengaruh? Sudah dua orang yang bertanya tentang nama itu,” gumam Emma dengan melipat kedua tangannya. Ia enggan masuk ke dalam ruangan IT dan hanya berdiri di depan pintu. “Ah sudahlah.” Emma pun membuka pintu dan melangkah masuk ke dalam ruangan.“Ada apa lagi, Emma?” tanya Json penasaran.“Tidak ada apa-apa,” jawab Emma tersenyum. Melihat senyum Emma, Json akhirnya melanjutkan kembali pekerjaannya. Mereka bersama-sama membantu Emma memperbaiki komputer. Yang tidak bergabung hanyalah Sobig karena masih sibuk dengan program yang dibuatnya.“Apakah kamu baik-baik saja?” tanya Sobig ketika Emma sudah duduk di kursi kerjanya. “Aman kok. Setelah menjadi kucing sesuai saran kamu,” jawab Emma.“Syukurlah.” Sobig kembali pada komputernya dan Emma meng-copy software untuk diinstal pada komputer yang sedang diperbaiki oleh rekan-rekan ke
Baca selengkapnya
Sepayung Berdua
Untuk pertama kalinya, Emma merasakan sakit hati akibat dikhianati oleh seseorang yang memiliki tempat istimewa di hati. Jika pemikiran Emma sebelumnya yang selalu menganggap bahwa setiap perubahan warna daun itu indah dan setiap situasi kehidupan yang berubah sangat bermakna maka perubahan dan situasi yang dialaminya sekarang adalah sisi tidak beruntung yang melemparkannya ke dalam jurang kegelapan. Sakit dan sesak rasanya dada Emma. Kakinya terus melangkah sedangkan pikirannya dipenuhi oleh penyesalan dan kesedihan. Rasa lapar dan letih yang dirasakannya sebelumnya kini tergantikan kesedihan yang masih saja ditahannya. DUARRRR!!Petir menggelegar dan tidak lama hujan pun turun. Tetesan demi tetesan hujan mengenai tubuh Emma. Seakan enggan menepih dan berteduh, Emma terus melangkah di tengah derasnya hujan. Derasnya air hujan tidak akan menenggelamkan kamu. Air hujan turun untuk menyuburkan tanaman dan menghilangkan panas yang senantiasa terbak
Baca selengkapnya
Kemarahan Pria Dingin
“Bisakah dipercepat, Bu? Atasan anda sedang menunggu untuk makan siang.” Suara pelayan dari balik pintu.“Apa?” Emma tidak mengira bahwa ia akan makan bersama dengan Ethand kali ini. Ia juga malu dengan kejadian yang menimpanya sehingga berakhir di restoran ini. Tidak ingin membuat atasannya menunggu lama, Emma segera bertukar pakaian. Ia memilih kemeja berwarna navy dipadukan dengan celana highwaist cokelat berbahan katun. Rambutnya yang lembab dibiarkan terurai. Emma melihat ada serangkaian make up di atas meja. Ia hanya memakai bedak dan lipstick matte berwarna merah muda yang membuatnya begitu mempesona. Dia hanya memakai kedua make up tersebut namun sudah terlihat menawan. Pipinya yang merah ranum alami bagaikan di poles dengan blush on. Emma melihat penampilannya sekali lagi di cermin. Setelah merasa cukup ia pun memutuskan untuk keluar.Pelayan yang melihat Emma merasa kagum dengan penampilannya. Pakaian bermerek tidak dipilihnya namun lebih
Baca selengkapnya
Datang dan Pergi dengan Caranya Masing-Masing
Kota Vunia yang di guyur hujan membuat Emma enggan melihat keluar. Taksi yang ditumpanginya terus membawanya pulang ke Alves Corp. Dalam hatinya masih tidak terima dengan perselingkuhan Orlando. Lelaki itu datang menjadi bagian hidup, namun memiliki cara pergi yang berbeda. Menyisahkan luka dan kekecewaan. Emma meyakini bahwa semua yang datang menghampiri dan menggenggamnya punya cara masing-masing untuk pergi termasuk dengan orang yang kamu pikir bahwa ia mencintaimu. Setiap kisah senantiasa dibuka dengan hal yang sama namun akhirnya akan diakhiri dengan cara yang berbeda. Bahkan kepergiannya meninggalkan rasa sakit dan bekas yang akan menemanimu melanjutkan hidup. Seiring dengan rintik hujan yang kembali perlahan deras, hujan mampu meneduhkan hati Emma, menurunkan segala rasa marah, segala rasa kekecewaan. Kedua hal itu mereda ketika mata Emma beradu dengan rintik hujan yang rela jatuh berkali-kali dan berkumpul menjadi satu menuju lautan lepas. Ada rasa ego yang mereda. Ada harap
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
15
DMCA.com Protection Status