All Chapters of The Devil CEO: Chapter 21 - Chapter 30
150 Chapters
Peneguhan Setelah Patah Hati
Dari kejauhan ekor mata Ethand terus membidik ke arah wanita yang di kelilingi oleh enam lelaki. Ia menghembuskan napas kasar dan melangkah dengan gusar. Entah kenapa pemandangan itu sangat mengganggunya. Padahal Emma bukanlah siapa-siapa. Sampai ketika lift hampir tertutup, Ethand masih saja melihat ke arah Emma dan rekan-rekan kerjanya.“Apakah tim IT selalu santai seperti itu?” tanya Ethand dengan nada dingin. Ryan yang tidak tahu apa-apa lagi-lagi dibuat bingung dengan pertanyaan Ethand.“Mereka selalu bekerja dengan giat, Pak,” jawab Ryan. Ia tahu bagaimana performa kerja tim IT yang selalu membuatnya puas. Jika Ethand sampai bertanya demikian maka ada sesuatu yang dilihatnya. Tentunya telah membuat atasnnya gusar. Ryan langsung mengirim pesan pada Mac agar memperhatikan timnya.Ethand tidak menjawab dan kembali terdiam. Lift yang biasanya hangat kini terasa dingin. Ryan mengusap tengkuknya. Ekor matanya menangkap wajah Ethand yang muram d
Read more
Bukan Pelabuhan Terakhir
“Orlando Anderson adalah kekasih Emma, Pak.” Ryan berucap dengan hati-hati. Mac baru saja mengirimkan pesan padanya. “Dan… tadi Emma tidak sengaja bertemu Orlando berselingkuh dengan wanita lain.”Sudut bibir Ethand berkedut samar. Mendengar Orlando adalah kekasih Emma membuatnya gusar. Namun ketika mendengar mereka telah putus, hati Ethand langsung lega. “Orlando dari perusahaan Fuller?” tanya Ethand.“Betul, Pak.” Ethand tersenyum sarkastik. Ia memiliki investasi di Fuller. Jika ia berhenti investasi, maka dapat dipastikan Fuller akan segera gulung tikar. Ryan mencium aroma-aroma balas dendam dari raut wajah Ethand.“Not today,” harap Ryan dalam hati. “Hentikan kerja sama dengan Fuller.” Perkataan Ethand membuat Ryan menghembuskan napas kesal. Apa yang tidak ingin di dengarnya kini diperintah oleh Ethand.“Baik, Pak.” Ryan hanya mampu melaksanakan apa yang dipe
Read more
Upaya Balas Dendam
Json dan yang lainnya sudah masuk ke dalam mobil masing-masing. Sedangkan Emma menunggu mereka di depan pintu masuk perusahaan. Keenam mobil sama-sama berhenti di depan Emma. “Apakah mereka sedang berarak-arakan?” Emma melihat deretan mobil rekan kerjanya yang terparkir di depan gedung. Tidak lama kemudian terdengar bunyi klakson panjang di belakangnya. Beberapa mobil pegawai lainnya terhalang oleh mobil para lelaki dari tim IT. Melihat situasi demikian, Emma langsung melangkahkan kakinya menuju halte bus. Kecepatan mobil mereka juga mengikuti cepatnya langkah Emma. Emma hanya menggeleng heran namun menahan tawanya. Beberapa pegawai lain ada yang mengumpat namun tidak dihiraukan oleh Json dan kawan-kawan. Emma sedikit berlari agar cepat sampai di halte bus dan tidak menjadi pusat perhatian dari pegawai dan orang-orang di sekitar.“Kita tunggu sampai bus datang yah,” pinta Json.“Aku bisa sendiri. Kalian duluan saja,” jawab Emm
Read more
Eves The Hills Vunia
“Apakah dia sudah pulang?” tanya Ethand pada Ryan yang baru saja masuk ke dalam ruangannya. “Sepertinya sudah, Pak.” Ryan lagi-lagi mengutuk dirinya dalam hati. ia sennatiasa lupa jika atasannya tidak menyukai jawaban yang tidak pasti. “Saya akan memeriksanya lewat cctv, Pak.” Ryan dengan cepat mengambil ponsel dari saku celana kerjanya. Ia melihat Emma keluar sambil memapah bungkusan cokelat di tangannya. “Dia baru saja keluar dari ruangan, Pak. Sambil membawa sekotak cokelat,” ucap Ryan sumringah.Sebuah senyum membentuk lengkungan tipis dan sorot mata yang hangat terpancar dari wajah Ethand. Baru pertama kali ia melihat raut wajah Ethand begitu menenangkan bagi siapa saja yang memandangnya. Ia sampai berkedip untuk memastikan bahwa yang dilihatnya kini adalah nyata. Ryan berusaha membatuk untuk menormalkan segala pikirannya. “Sudah waktunya pulang, Pak.” Ryan melihat jam di pergelangan tanganny
Read more
Penthouse Mewah
Setelah diketahui Ryan bahwa ada private lift bagi penghuni penthouse, kini Ryan disuguhkan dengan ruangan mewah dan modern. Penthouse itu memliki dua lantai dan ada tangga untuk berpindah di antara lantai yang terletak di dalam ruangan itu. Hunian milik Ethand juga memilki balkon besar yang membentang di sepanjang rumah, menciptkan outdoor yang besar dan nyaman untuk pemilik hunian. Alih-alih menggunakan bingkai kaca, hunian Ethand menggunakan panel kaca besar dengan pemandangan luar yang tidak terhalang. Lampu langit-langit yang besar membawa keindahan ke seluruh ruangan. Ryan meletakkan tas atasannya di atas sofa. Sofa berwarna navy itu bisa digunakan Ryan untuk tidur, panjang dan empuk. “Duduklah,” ujar Ethand. “Mau minum apa?” “Ah… Saya ambil sendiri saja, Pak,’ jawab Ryan. “Baiklah. Dapur ada di ujung lorong.” Ethand menunjuk kea rah sebuah lorong dengan sedikit penerangan. Ethan
Read more
Wanita dan Perasaannya
Jatuh cinta adalah hak semua orang. Karena jatuh cinta adalah perasaan manusiawi dan bisa terjadi di mana saja dan kapan saja. Banyak orang berusaha menggapai dan menyatakan rasa cintanya kepada orang yang dicintai dengan berbagai cara. Namun bagaimana jika rasa cinta dan hasrat kepada karakter atau tokoh fiksi? Hal ini terjadi pada Jane, sehingga istilah khusus untuk menggambarkannya, yaitu fictophilia. Fictophilia merupakan keinginan, perasaan cinta, daya tarik terhadap suatu karakter fiksi di buku novel, komik maupun film. Orang-orang yang mengalami fictophilia merasakan perasaan yang begitu besar terhadap karakter khayalan, sehingga terkadang membuatnya enggan berinteraksi dengan lawan jenis di dunia nyata. “Jangan karena masa lalu membuatmu jadi begini, Bestie,” ujar Emma. Ia sudah sejak lama merasa khawatir dengan sahabatnya ini. Enggan menjalin hubungan dan lebih menyukai kesendirian akibat trauma masa lalu.Jane terdiam dengan tatapan f
Read more
Nuni's Club
Ryan sudah rapi dan menunggu Ethand di ruang tamu. Jas dengan potongan slim fit sangat cocok di badannya. Ia mengecek jam di pergelangan tangannya. Kurang seperempat jam delapan malam. Sepuluh menit kemudian, Ethand pun datang. Ryan langsung fokus ke pakaian yang dikenakan Ethand.Lelaki itu mengenakan celana jeans dan baju kaos polos berwarna putih dipadukan dengan blazer berwarna biru tua. Sangat berbeda dengan Ryan yang mengenakan jas formal. “A-apakah saya harus mengganti pakaian saya, Pak,” tanya Ryan ragu-ragu. “Tidak perlu.” Ethand memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana. “Mala mini kamu berperan menjadi atasan dan saya adalah bawahan kamu.”Ryan pun mengernyit. Ia tidak mengerti apa yang dimaksudkan Ethand. “Maksudnya, Pak?” “Malam ini ada sebuah acara di klub Nuni’s. Untuk malam ini kamu menjadi atasan saya dulu.”“Apakah kita sedang menyamar, Pak?
Read more
Kalimat Perpisahan
Ester tiba-tiba datang menghampiri Emma diikuti oleh Jane di belakangnya. Mereka juga mendengar suara teriakan dari depan rumah. “Siapa itu, Emma?” tanya Ester dengan nada khawatir.“Orlando,” jawab Emma lalu pergi begitu saja. Ia terlihat acuh dengan kehadiran pria itu. Jika memang dijodohkan, mengapa ia dengan leluasa menikmati cumbuan di depan restoran tadi? Emma tidak habis pikir dengan lelaki itu. Sudah jelas-jelas Emma melihat keburukannya.Ester kembali menyusul Emma, sedangkan Jane berjalan keluar meladeni Orlando. “Mengapa dia kemari?” tanya Ester pada Emma yang sudah memasuki kamarnya. Emma yang sedang membuka bungkusan dan mengambil pakaian basanya hanya terdiam. Cokelat yang diberikan oleh Mac ditaruhnya di atas meja. Ia pun duduk di ranjang.“Paling datang minta maaf, Bu.”Ester mengusap bahu putrinya. Raut wajah dengan keriput yang mulai kelihatan, terukir kesedihan di sana. &ldqu
Read more
Lelaki di Kegelapan
Ada beberapa hal seseorang meninggalkan peran bahkan hobinya. Bagi Emma, keahliannya dalam dunia IT pernah membuatnya menyesal karena mampu mengetahui hal yang disembunyikan seseorang di dunia maya. Dari posisinya berada bahkan file-file penting sekalipun. Ia tidak sengaja menemukan bahwa ayahnya pernah menikahi wanita lain di suatu tempat dan hanya dirinyalah yang mengetahuinya. Ester hanya memberitahukan bahwa ayah mereka telah pergi meninggalkan jauh namun ternyata ayahnya masih hidup. Semenjak mengetahui kebenarannya, Emma jarang masuk ke dala ruangan ini. Hanya Ester yang masuk untuk membersihkannya. “Dia sudah kembali ke tempatnya,” ucap Ester lega. “Apakah dia jarang masuk ke dalam ruangan itu, Bu?” tanya Jane penasaran.“Bukan jarang, tapi bahkan tidak pernah memasukinya. Baru hari ini.”Jane baru mengetahui jika sahabatnya itu tidak menekuni hobinya sejak lama. Namun, kemampuannya dalam bidang ini tidak ber
Read more
Lelaki Bertabiat Buruk
Dalam hubungan darah dan kakak beradik, tentu rasa sayang dan pengorbanan akan selalu ada. Sang kakak akan menjaga dan merawat adiknya begitu pun sebaliknya. Situasi yang di alami Emma sekarang mengharuskan dirinya untuk menggantikan Alin menemani seorang lelaki minum. Entah berapa lama waktu yang akan dihabiskan bersama lelaki itu. Emma juga tahu jika dirinya tidak bisa meminum alkohol. Namun ia juga tidak bisa membiarkan adiknya hancur dan dipermainkan oleh para lelaki di ruangan itu. Alin masih sangat belia. Belum waktunya untuk mengenal hal gelap semacam ini.Alin memegang lengan Emma dengan tatapan sedih dan juga menyesal. Emma di belakangnya juga ikut memegang blazer yang dikenakan Emma. “Pulang lah,” ucap Emma pada Alin dan Jane. Melihat raut wajah Emma yang datar membuat Jane sedih. Ia menggeleng dan tidak tega meninggalkan sahabatnya di sana. Ketika melihat tatapan Emma yang tidak biasa, Jane pun menarik Alin keluar.Alin memberontak ketika
Read more
PREV
123456
...
15
DMCA.com Protection Status