Untuk pertama kalinya, Emma merasakan sakit hati akibat dikhianati oleh seseorang yang memiliki tempat istimewa di hati. Jika pemikiran Emma sebelumnya yang selalu menganggap bahwa setiap perubahan warna daun itu indah dan setiap situasi kehidupan yang berubah sangat bermakna maka perubahan dan situasi yang dialaminya sekarang adalah sisi tidak beruntung yang melemparkannya ke dalam jurang kegelapan. Sakit dan sesak rasanya dada Emma.
Kakinya terus melangkah sedangkan pikirannya dipenuhi oleh penyesalan dan kesedihan. Rasa lapar dan letih yang dirasakannya sebelumnya kini tergantikan kesedihan yang masih saja ditahannya. DUARRRR!!Petir menggelegar dan tidak lama hujan pun turun. Tetesan demi tetesan hujan mengenai tubuh Emma. Seakan enggan menepih dan berteduh, Emma terus melangkah di tengah derasnya hujan. Derasnya air hujan tidak akan menenggelamkan kamu. Air hujan turun untuk menyuburkan tanaman dan menghilangkan panas yang senantiasa terbak“Bisakah dipercepat, Bu? Atasan anda sedang menunggu untuk makan siang.” Suara pelayan dari balik pintu.“Apa?” Emma tidak mengira bahwa ia akan makan bersama dengan Ethand kali ini. Ia juga malu dengan kejadian yang menimpanya sehingga berakhir di restoran ini. Tidak ingin membuat atasannya menunggu lama, Emma segera bertukar pakaian. Ia memilih kemeja berwarna navy dipadukan dengan celana highwaist cokelat berbahan katun. Rambutnya yang lembab dibiarkan terurai. Emma melihat ada serangkaian make up di atas meja. Ia hanya memakai bedak dan lipstick matte berwarna merah muda yang membuatnya begitu mempesona. Dia hanya memakai kedua make up tersebut namun sudah terlihat menawan. Pipinya yang merah ranum alami bagaikan di poles dengan blush on. Emma melihat penampilannya sekali lagi di cermin. Setelah merasa cukup ia pun memutuskan untuk keluar.Pelayan yang melihat Emma merasa kagum dengan penampilannya. Pakaian bermerek tidak dipilihnya namun lebih
Kota Vunia yang di guyur hujan membuat Emma enggan melihat keluar. Taksi yang ditumpanginya terus membawanya pulang ke Alves Corp. Dalam hatinya masih tidak terima dengan perselingkuhan Orlando. Lelaki itu datang menjadi bagian hidup, namun memiliki cara pergi yang berbeda. Menyisahkan luka dan kekecewaan. Emma meyakini bahwa semua yang datang menghampiri dan menggenggamnya punya cara masing-masing untuk pergi termasuk dengan orang yang kamu pikir bahwa ia mencintaimu. Setiap kisah senantiasa dibuka dengan hal yang sama namun akhirnya akan diakhiri dengan cara yang berbeda. Bahkan kepergiannya meninggalkan rasa sakit dan bekas yang akan menemanimu melanjutkan hidup. Seiring dengan rintik hujan yang kembali perlahan deras, hujan mampu meneduhkan hati Emma, menurunkan segala rasa marah, segala rasa kekecewaan. Kedua hal itu mereda ketika mata Emma beradu dengan rintik hujan yang rela jatuh berkali-kali dan berkumpul menjadi satu menuju lautan lepas. Ada rasa ego yang mereda. Ada harap
Dari kejauhan ekor mata Ethand terus membidik ke arah wanita yang di kelilingi oleh enam lelaki. Ia menghembuskan napas kasar dan melangkah dengan gusar. Entah kenapa pemandangan itu sangat mengganggunya. Padahal Emma bukanlah siapa-siapa. Sampai ketika lift hampir tertutup, Ethand masih saja melihat ke arah Emma dan rekan-rekan kerjanya.“Apakah tim IT selalu santai seperti itu?” tanya Ethand dengan nada dingin. Ryan yang tidak tahu apa-apa lagi-lagi dibuat bingung dengan pertanyaan Ethand.“Mereka selalu bekerja dengan giat, Pak,” jawab Ryan. Ia tahu bagaimana performa kerja tim IT yang selalu membuatnya puas. Jika Ethand sampai bertanya demikian maka ada sesuatu yang dilihatnya. Tentunya telah membuat atasnnya gusar. Ryan langsung mengirim pesan pada Mac agar memperhatikan timnya.Ethand tidak menjawab dan kembali terdiam. Lift yang biasanya hangat kini terasa dingin. Ryan mengusap tengkuknya. Ekor matanya menangkap wajah Ethand yang muram d
“Orlando Anderson adalah kekasih Emma, Pak.” Ryan berucap dengan hati-hati. Mac baru saja mengirimkan pesan padanya. “Dan… tadi Emma tidak sengaja bertemu Orlando berselingkuh dengan wanita lain.”Sudut bibir Ethand berkedut samar. Mendengar Orlando adalah kekasih Emma membuatnya gusar. Namun ketika mendengar mereka telah putus, hati Ethand langsung lega. “Orlando dari perusahaan Fuller?” tanya Ethand.“Betul, Pak.” Ethand tersenyum sarkastik. Ia memiliki investasi di Fuller. Jika ia berhenti investasi, maka dapat dipastikan Fuller akan segera gulung tikar. Ryan mencium aroma-aroma balas dendam dari raut wajah Ethand.“Not today,” harap Ryan dalam hati.“Hentikan kerja sama dengan Fuller.” Perkataan Ethand membuat Ryan menghembuskan napas kesal. Apa yang tidak ingin di dengarnya kini diperintah oleh Ethand.“Baik, Pak.” Ryan hanya mampu melaksanakan apa yang dipe
Json dan yang lainnya sudah masuk ke dalam mobil masing-masing. Sedangkan Emma menunggu mereka di depan pintu masuk perusahaan. Keenam mobil sama-sama berhenti di depan Emma.“Apakah mereka sedang berarak-arakan?” Emma melihat deretan mobil rekan kerjanya yang terparkir di depan gedung. Tidak lama kemudian terdengar bunyi klakson panjang di belakangnya. Beberapa mobil pegawai lainnya terhalang oleh mobil para lelaki dari tim IT. Melihat situasi demikian, Emma langsung melangkahkan kakinya menuju halte bus. Kecepatan mobil mereka juga mengikuti cepatnya langkah Emma. Emma hanya menggeleng heran namun menahan tawanya. Beberapa pegawai lain ada yang mengumpat namun tidak dihiraukan oleh Json dan kawan-kawan. Emma sedikit berlari agar cepat sampai di halte bus dan tidak menjadi pusat perhatian dari pegawai dan orang-orang di sekitar.“Kita tunggu sampai bus datang yah,” pinta Json.“Aku bisa sendiri. Kalian duluan saja,” jawab Emm
“Apakah dia sudah pulang?” tanya Ethand pada Ryan yang baru saja masuk ke dalam ruangannya.“Sepertinya sudah, Pak.” Ryan lagi-lagi mengutuk dirinya dalam hati. ia sennatiasa lupa jika atasannya tidak menyukai jawaban yang tidak pasti. “Saya akan memeriksanya lewat cctv, Pak.” Ryan dengan cepat mengambil ponsel dari saku celana kerjanya. Ia melihat Emma keluar sambil memapah bungkusan cokelat di tangannya. “Dia baru saja keluar dari ruangan, Pak. Sambil membawa sekotak cokelat,” ucap Ryan sumringah.Sebuah senyum membentuk lengkungan tipis dan sorot mata yang hangat terpancar dari wajah Ethand. Baru pertama kali ia melihat raut wajah Ethand begitu menenangkan bagi siapa saja yang memandangnya. Ia sampai berkedip untuk memastikan bahwa yang dilihatnya kini adalah nyata. Ryan berusaha membatuk untuk menormalkan segala pikirannya.“Sudah waktunya pulang, Pak.” Ryan melihat jam di pergelangan tanganny
Setelah diketahui Ryan bahwa ada private lift bagi penghuni penthouse, kini Ryan disuguhkan dengan ruangan mewah dan modern. Penthouse itu memliki dua lantai dan ada tangga untuk berpindah di antara lantai yang terletak di dalam ruangan itu. Hunian milik Ethand juga memilki balkon besar yang membentang di sepanjang rumah, menciptkan outdoor yang besar dan nyaman untuk pemilik hunian. Alih-alih menggunakan bingkai kaca, hunian Ethand menggunakan panel kaca besar dengan pemandangan luar yang tidak terhalang. Lampu langit-langit yang besar membawa keindahan ke seluruh ruangan.Ryan meletakkan tas atasannya di atas sofa. Sofa berwarna navy itu bisa digunakan Ryan untuk tidur, panjang dan empuk.“Duduklah,” ujar Ethand. “Mau minum apa?”“Ah… Saya ambil sendiri saja, Pak,’ jawab Ryan.“Baiklah. Dapur ada di ujung lorong.” Ethand menunjuk kea rah sebuah lorong dengan sedikit penerangan. Ethan
Jatuh cinta adalah hak semua orang. Karena jatuh cinta adalah perasaan manusiawi dan bisa terjadi di mana saja dan kapan saja. Banyak orang berusaha menggapai dan menyatakan rasa cintanya kepada orang yang dicintai dengan berbagai cara. Namun bagaimana jika rasa cinta dan hasrat kepada karakter atau tokoh fiksi?Hal ini terjadi pada Jane, sehingga istilah khusus untuk menggambarkannya, yaitu fictophilia. Fictophilia merupakan keinginan, perasaan cinta, daya tarik terhadap suatu karakter fiksi di buku novel, komik maupun film. Orang-orang yang mengalami fictophilia merasakan perasaan yang begitu besar terhadap karakter khayalan, sehingga terkadang membuatnya enggan berinteraksi dengan lawan jenis di dunia nyata.“Jangan karena masa lalu membuatmu jadi begini, Bestie,” ujar Emma. Ia sudah sejak lama merasa khawatir dengan sahabatnya ini. Enggan menjalin hubungan dan lebih menyukai kesendirian akibat trauma masa lalu.Jane terdiam dengan tatapan f