Semua Bab Dandelion, Wish, and Wind: Bab 21 - Bab 30
61 Bab
[21]-Strange Feeling
“Haah … aku capek. Tiga hari yang lalu kita baru selesai melakukan Sport Day dan sekarang kita harus berolahraga lagi,” keluh Jun selagi mengganti seragam mereka dengan pakaian olahraga di ruang ganti. Mata pelajaran untuk Kelas 3-A pada jam pertama adalah olahraga. Karena itu sesaat setelah bel masuk berbunyi, anak-anak Kelas 3-A langsung keluar kelas menuju ruang ganti, sementara Kouji-Sensei sudah menunggu mereka di lapangan. “Dasar payah! Kalau kau malas olahraga, badanmu akan tetap cebol seperti itu lho,” ejek Shuu di sela-sela kegiatannya berganti pakaian. “Berisik! Tinggiku ini standar tahu! Kau saja yang ketinggian seperti tiang listrik,” protes Jun tak terima dipanggil cebol oleh Shuu. “Standar untuk anak SD sih aku percaya,” balas Shuu tertawa. “Apa kau bilang?!” Jun menyikut pinggang Shuu cukup keras membuat pemuda itu meringis kecil. “Ittai! Pukulanmu sakit, Bodoh!” “Makanya berhenti mengejekku at
Baca selengkapnya
[22]-Obrolan di Siang Hari
Nana yang mendengar ada suara langkah kaki mendekat langsung menoleh, berpikir kalau itu adalah Izumi. Senyum di wajah gadis itu mendadak buyar dan ekspresinya berubah kikuk ketika melihat orang yang berdiri di belakangnya ternyata adalah Ryu dan bukan Izumi. “Ryu, hai! Kau mau ada kelas di sini?” tanya Nana canggung setelah sadar kalau dia salah orang. “Tidak ada, aku ke sini mau mencarikan CD rekaman untuk Asahi-Sensei.” “Aa begitu, mau kubantu mencarinya?” tawar Nana. Ryu menggeleng. “Tidak usah, aku bisa melakukannya sendiri. Nana-chan lebih baik kembali karena kelas selanjutnya akan dimulai sebentar lagi,” balas Ryu menolak tawaran Nana. “Kau benar juga. Kalau begitu aku duluan, ya.” Nana bangkit dari duduknya. “Oh ya, orang yang sebelumnya di sini memintaku untuk memberitahumu kalau hujannya sudah reda.” Nana mengernyitkan alis. Namun sedetik kemudian gadis itu mengangguk mengerti. “Ah, arigatou
Baca selengkapnya
[23]-The Attention He Wants
Ryu tersentak kaget ketika mendengar seseorang meneriakkan namanya. Pemuda itu menoleh. Perhatiannya kini tak lagi terfokus ke arah Nana dan Izumi. Namun sebelum dia sempat melihat orang yang tadi meneriakkan namanya, Ryu merasakan bola basket itu entah bagaimana tiba-tiba saja sudah menghantam wajahnya dengan keras. Hingga membuatnya jatuh terduduk. Untuk sesaat Ryu merasakan pandangannya tiba-tiba berubah menjadi gelap dan membuatnya harus mengerjapkan mata berulang kali. Mata dan wajahnya yang terkena bola terutama di bagian hidungnya kini terasa panas dan perih. Anak-anak klub basket yang lain sejenak menghentikan latihan mereka dan berlari menghampiri Ryu. Bahkan Nana yang tadinya diam menonton di pinggir lapangan ikut berlari ke arah Ryu ketika pemuda itu terjatuh. Sedangkan Izumi yang belum jauh beranjak dari lapangan basket, hanya melihat dari tempatnya berdiri sambil bertanya-tanya dalam hati apakah pemuda itu baik-baik saja. “Oi, oi, Ryuzaki. Daijoubu ka—k
Baca selengkapnya
[24]-Sepulang Sekolah, Toko Kue Keluarga Fujihara, dan Puding Apel
Di depan gerbang sekolah, Izumi tak sengaja bertemu dengan Yuki yang kebetulan juga akan pulang. Alhasil keduanya pun pulang bersama. Kali ini mereka tak banyak berbincang dan hanya melangkah dalam diam. Hingga akhirnya dering ponsel Yukilah yang memecah keheningan di antara mereka. Gadis itu mengeluarkan ponselnya dari dalam tas lalu membaca pesan yang baru saja masuk. Alis gadis itu sedikit bertaut. Dia lalu menatap Izumi dengan ragu. “Senpai, apa kau sibuk hari ini?” “Kurasa tidak. Ada sesuatu yang bisa kubantu?” tanya Izumi balik. “Jika tidak keberatan untuk hari ini saja, apa Senpai bisa membantu di toko? Aku baru mendapat kabar kalau pegawai yang punya jadwal hari ini tidak bisa datang karena sakit. Jadi kami kekurangan orang untuk membuat pesanan pelanggan,” terang Yuki. “Jangan khawatir, tugas Senpai tidak sulit kok! Hanya mengemas kue yang sudah jadi ke dalam kotaknya saja,” tambah Yuki. “Baik, aku bisa,” ucap Izumi
Baca selengkapnya
[25]-Perkara Sebuah Username (1)
Setelah menghabiskan pudingnya, Izumi beranjak dari ruang makan dan kembali ke dalam kamarnya. Awalnya pemuda itu ingin langsung membaringkan diri di atas tempat tidurnya, tetapi urung ketika mengingat ada tugas yang sebelumnya diberikan oleh Miss Aizawa. Dia pun mendudukkan diri pada kursi belajarnya dan mengeluarkan buku Bahasa Inggrisnya. Izumi menyalakan lampu belajar dan mulai mengerjakan tugasnya. Miss Aizawa memberi mereka tugas untuk menerjemahkan cerita dari Bahasa Jepang ke dalam Bahasa Inggris. Tak terlalu sulit bagi Izumi, tetapi yang menjadi masalah adalah cerita yang dia terjemahkan banyak menggunakan huruf kanji yang tak ia mengerti. Akibatnya Izumi harus bolak-balik membuka kamus kanjinya sebelum akhirnya bisa menerjemahkannya ke dalam Bahasa Inggris. Ketika sedang mengerjakan terjemahannya, Izumi sesekali tersenyum geli ketika membaca cerita tentang Momotaro. Ia tak bisa membayangkan bagaimana seseorang keluar dari dalam buah bersik. Tapi bukan
Baca selengkapnya
[26]-Perkara Sebuah Username (2)
Nana terus memperhatikan layar ponselnya tanpa berkedip. Gadis itu membaca notifikasi baru dari akun Stargramnya berulang kali, itsharu menyukai foto Anda—begitu yang tertulis di sana. Ini benar kau, kan Haru-kun. Dengan perasaan gembira yang membuncah, Nana membuka profil yang memiliki username itsharu tersebut. Namun sesaat kemudian rasa gembiranya mendadak lenyap ketika tak menemukan informasi apapun di akun itu. Tak ada foto profil atau postingan sama sekali, bahkan daftar follower dan following akun itu juga masih kosong. Kalau seperti ini bagaimana aku bisa tahu kalau ini kau? batin Nana sendu lalu meletakkan ponselnya dan kembali meneruskan kegiatan belajarnya.                                                               ***** Izumi yang sudah s
Baca selengkapnya
[27]-Amigurumi*
Sore harinya sepulang sekolah, Izumi memilih berjalan-jalan sebentar melihat sekeliling area sekolah. Terakhir kali dia mengitari area sekolah ini adalah dulu ketika baru tiba di sini. Itu pun karena Nana yang dulu membawanya berkeliling. Sampai saat ini ruang gerak Izumi biasanya hanya terpusat di dalam kelas atau perpustakaan. Kali ini pemuda itu melangkahkan kakinya menuju gedung di sebelah yang digunakan sebagai ruangan klub. Dia sengaja melangkah ke sana karena sedikit penasaran dengan klub apa saja yang ada di sekolah ini. Menyusuri koridor yang disinari oleh sinar keemasan dari matahari sore, Izumi berjalan sendirian. Iris obsidiannya menatap satu persatu papan bertuliskan nama klub yang terpasang di atas pintunya. Basket, Voli, Sepak Bola, Baseball, Renang, Klub Sastra, Klub Drama, Seni Rupa, Paduan Suara, dan terakhir langkah Izumi berhenti di depan pintu bercat coklat yang mempunyai tulisan ‘Klub Kerajinan Tangan’ di atas pintunya. Melalui jendela kaca kec
Baca selengkapnya
[28]-Tanabata: Before Festival
Tak terasa musim panas kini sudah memasuki Bulan Juli. Di beberapa tempat seperti area perbelanjaan, kuil, sekolah dan di beberapa stasiun mulai dipasangi hiasan dari pohon bambu untuk menyambut Festival Tanabata yang akan diadakan nanti malam tanggal 7 Juli. Izumi, Kaito, dan yang lainnya siang itu menghabiskan waktu mereka di atap sekolah. Kebetulan mata pelajaran di jam keempat dan kelima ditiadakan karena guru-guru sedang rapat. Diawali oleh Jun, anak-anak itu mengobrol tentang Festival Tanabata. “Ne, nanti malam apa kalian akan pergi ke Festival Tanabata?” tanya Jun. “Tanabata?” balas Izumi. Dia mengingat-ingat sejenak. Benar juga, sekarang tanggal 7 Juli. Berarti festivalnya nanti malam, ya, ucap Izumi dalam hati. Setelah lama tinggal di Amerika, dia tidak pernah mendengar kata itu lagi apalagi datang ke sana. Shuu mengangguk mengiyakan. “Kau belum tahu karena selama ini tinggal di Amerika, ya. Jadi, Tanabata itu—” Shuu dengan antusias
Baca selengkapnya
[29]-Festival Tanabata
Izumi berjalan menuju Shiba Park yang hanya berjarak dua puluh menit dari rumah Ryu. Pemuda itu belum memberi kabar kepada Shuu dan yang lain kalau dia akhirnya pergi. Pikirnya toh nanti mereka bisa jadi bertemu di sana. Sampai di tempat perayaan festival suasananya begitu ramai seperti yang Izumi duga. Memangnya ada festival yang tak ramai? Sesaat Izumi ingin menertawakan kebodohannya sendiri. Pemuda itu berjalan sendirian di antara lautan orang-orang yang mengenakan yukata itu. Iris obsidiannya sesekali tertuju pada kios-kios makanan dan permainan yang berjejer di sepanjang jalan yang dia lalui. Izumi berjalan tanpa tahu ke mana kakinya akan membawanya. Dalam hati dia sedikit menyesal kenapa tadi tak memberitahu Kaito ataupun Shuu kalau dia jadi pergi. Tak ingin kelihatan seperti anak yang kehilangan arah, Izumi memutuskan untuk berhenti di stand permainan kingyo sukui. Paman pemilik kios itu tersenyum ramah menyambutnya. Setelah membayar uang sebanyak t
Baca selengkapnya
[30]-Just Look At Me!
Mengabaikan hujan deras yang masih mengguyur bumi, Izumi berlari menghampiri Nana. Entah bagaimana awalnya, sekitar tiga meter dari halte itu terjadi kecelakaan antara bus dengan mobil. Orang-orang ini kini sibuk membantu korban. Dari kejauhan suara sirine ambulans sayup-sayup mulai terdengar mendekat. Izumi menghampiri Nana yang berdiri menatap ke arah kecelakaan itu dengan wajah tegang. Izumi bisa melihat kalau tubuh gadis itu sedikit bergetar. Dia bahkan tak bergeming ketika Izumi menarik tangannya menjauh dari sana. Meski pada akhirnya Izumi hanya bisa membawa Nana sampai di bagian belakang halte itu saja karena gadis itu sepertinya terlalu shock untuk berjalan lebih jauh lagi. Ditambah hujan yang masih turun dengan deras, membuat Izumi tak ingin membuat Nana dan dirinya basah kuyup. “Nana.” Izumi memanggil Nana. Namun gadis itu tak menjawab. Pandangannya terlihat kosong menatap kejadian kecelakaan itu dari balik dinding kaca halte. Izumi lantas memutar
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status