All Chapters of Please Let Me: Chapter 11 - Chapter 20
39 Chapters
11. Perasaan yang goyah
Mereka sedang berada di kamar Vanilla. Ravi mengantarkannya hingga Vanilla duduk di kasurnya. Jam sudah menunjukkan pukul 9 malam. “Kamu gak pulang?” tanya Vanilla. “Pulang kemana?” jawab Ravi. “Pulang ke rumahmu, lah,” ucap Vanilla dengan heran. “Ini ‘kan udah pulang,” jawab Ravi dengan santai. “Sana pulang!” suruh Vanilla sambil menendang-nendang. Ia menganggap omongan Ravi itu hanya bercanda. “Lima langkah dari sini ‘kan udah pulang. Ngapain juga diam-diaman terus di kamar masing-masing?” tanya Ravi yang juga heran dengan reaksi Vanilla. “Kamu masih ngekos di kamar itu?” tanya Vanilla tidak menyangka. “Masih, lah,” jawab Ravi. “Kok, gitu? Bayaran sewanya ‘kan masih jalan kalau gak ditempatin,” ucap Vanilla. “Ya, gak apa-apa. Entah kenapa gua masih ingin tinggal disini,” jawabnya. “Jual ‘overkost’ aja di akun sewaan sekolah,” tutur Vanilla. “Gua juga punya alasan. Sama kayak lu yang izi
Read more
12. Tidak pernah salah mencintai seseorang
Setelah dirinya menemui Cerise, ia tidak pulang menuju apartemennya. Ia mengendarai motor menuju rumah susun yang berada di dekat sekolah itu.Di sana, Vanilla sangat terkejut mendapati Ravi yang sedang meletakkan helm di depan kamarnya.“Ravi? Kenapa pulang ke sini? Ini ‘kan weekend?” tanyanya.“Vanilla, jawab pertanyaanku. Kau berpacaran dengan Altair?” tanya Ravi langsung pada intinya.“Gila, tentu saja tidak!” jawab Vanilla refleks.“Sekarang tunangan telah dibatalkan. Kini, kau tidak ada alasan lagi untuk menghindar,” ucap Ravi dan langsung memeluk gadis yang ada di depannya itu. Jujur, ia takut kehilangan.“... Sungguh?” tanya Vanilla dengan hati-hati.Ravi pun menjawabnya dengan anggukan. *** Mereka kini sedang berada di kamar Vanilla. Ravi menanyakan segala yang ingin ia tahu, seperti apa saja yang Vanilla lalui sendiria
Read more
13. Mengapa semua menjadi begitu rumit?
“Sampai kapan kita harus di sini?” ucap Vanilla saat ia mulai sadar dan tenang. Mereka cukup lama bersembunyi di lemari loker itu. “Sepertinya sudah aman,” ucap Ravi. Ia membuka pintu loker dan melihat ke arah sekitar. Nampaknya pria-pria itu mengira mereka kabur dari tempat ini. “Ayo.” Mereka pun keluar dengan hati-hati dan segera pulang. Vanilla kagum melihat cara Ravi menghindari para antek politikus itu. Sangat berbeda saat ia menghindarinya sendirian. Ravi menghindari penjahat tersebut dengan cermat dan semakin membuat Vanilla jatuh hati. Tak terbayangkan jika Ravi tidak sedang berada di sisinya.   ***   Sudah malam, namun Ravi masih berada di kamar Vanilla. Sedari tadi, Vanilla tidak banyak berbicara. Mukanya menunjukkan bahwa ia trauma. Ravi mencoba menenangkannya pelan-pelan. Ravi kali ini tidak akan meninggalkan Vanilla sendirian. “Sudah merasa enakan?” tanya Ravi. Vanilla tidak menjawab denga
Read more
14. Cinta atau sahabat?
“Terserah. Aku pergi.”Altair pergi tanpa menggubris pertanyaan Ravi. Jawaban Altair semakin membuat Ravi tidak percaya. Teman satu ekskulnya itu, kini menyukai perempuan yang sama.Entah mengapa ia merasa kalah dibanding Altair. Hal ini karena ia terjerat dengan Cerise.“BRENGS*K!!!” *** Ravi mulai ragu terhadap keputusan yang ia buat. Orang tuanya tidak marah karena tunangan hanya ditunda. Ravi juga mengira bahwa ia bisa mengelabui Cerise. Namun sepertinya, Cerise juga mencintainya dan tidak mau lepas.Ravi pulang ke rumah susunnya setelah ia mengantar Cerise. Ia ingin segera menemani Vanilla, yang tidak masuk sekolah pada hari ini. Saat ia masuk ke kamarnya, ia tidak menemukan Vanilla di dalam. Kamarnya pun ia dapati dalam keadaan pintu terbuka. Kemana perginya Vanilla?Secara tidak sengaja, Ravi memang ikut berurusan dalam kasus ini. Ia juga tidak membiarkan Vanilla menghadapi ka
Read more
15. Kini semua banyak berubah
Sierra menutup mulutnya saking tidak percaya. Altair menyukai sahabatnya yang lain? Mengetahui Ravi akan segera bertunangan memang membuat Vanilla melajang.Tak ia sangka bahwa pria yang berjanji menunggunya tersebut ternyata lebih memilih berpacaran dengan sahabatnya.“J-jangan bercanda!”Mendengarnya saja membuat Sierra menjadi kelu. Ia bahkan ingin menangis sekarang juga. Kemana pria yang selalu bersedia di sampingnya itu? Ternyata selama ini Sierra gagal memahami Altair.“Semua yang kamu inginkan, tidak selalu bisa kamu dapatkan,” ujar Altair.Kalimat yang dilontarkan itu berkali-kali menampar Sierra. Ia kini sangat menyesal atas apa yang dilakukannya kepada Altair. Ia baru menyadari bahwa Altair tidak menyukai keputusan konyolnya itu.Altair pun tiba-tiba memeluk Sierra.“Jadi, sekarang kamu ingin bagaimana?” *** Avery mencari Sierra yang telah lama tid
Read more
16. Takdir masih memintaku untuk bertahan
Vanilla telah memutuskan untuk pergi ke toko kue pada sebuah mall. Hal ini dilakukan demi menghapus kesedihannya. Cukup sekali naik bus, ia akan sampai ke tempat sana. Vanilla akan melakukan selfing-time kali ini.Saat menunggu bus, Vanilla bahkan menahan air matanya. Ia sangat sedih jika dirinya mengingat Ravi. Adakah pria yang serupa dengannya? Jika ada, Vanilla akan menghalalkan segala cara untuk mendapatkannya. Hal itu akan ia lakukan asal pria itu tidak bertunangan dengan gadis lain. Memikirkan kejadian kemarin juga seperti tidak pernah terjadi. Pada saat itu, Ravi sering kali memeluknya. Hal itu… sepertinya tidak akan pernah terjadi lagi, ya?Kesedihan yang Vanilla alami semakin berlarut setelah lagu ballad diputar. Hati Vanilla semakin sesak saat menaiki bus. Bolehkah ia pindah sekolah juga seperti Avery? Tidak. Orang tuanya akan berpikir yang tidak-tidak, jika ia meminta dipindahkan seperti itu.Di mall, Vanilla menyempatkan
Read more
17. Kembali dari awal
Hari ini adalah hari yang spesial bagi Cerise. Akhirnya, ia dan kekasihnya itu resmi bertunangan. Hari ini bersamaan dengan perayaan akuisisi sebuah perusahaan pada perusahaan besar. Kalimat janji yang diutarakan keduanya itu menjadi pesta megah keluarganya.Cerise sangat cantik mengenakan gaun brokat berwarna pink. Disampingnya, terdapat sang kekasih dari keluarga Nam mengenakan tuxedo pink yang juga menghiasi wajah tampannya. *** Di kamarnya, Vanilla lagi-lagi merutuki dirinya sendiri. Ia masih tidak puas dengan selfing-timenya kemarin. Slice cake yang ia beli berakhir sangat mengenaskan. Ia berpikir kemana lagi ia harus pergi agar dirinya puas.Hal ini harus ia lakukan demi melupakan mantan kekasih dan masalah-masalah lain yang mengganggu pikirannya.. *** Vanilla kini pergi ke taman bermain. Ia berniat hanya berduduk-duduk sambil menikmati angin sejuk. Di sana para keluarga biasanya
Read more
18. Rasa sakit yang kesekian kalinya
Vanilla hanya berusaha berdiri tanpa pedulikan tawaran pria itu. Ia pun langsung berjalan tanpa meninggalkan sepatah kata apapun. Pria yang dilaluinya itu cukup terkejut dengan apa yang dilakukannya.“Hmm, menarik,” ucap pria itu. *** Jujur, berjalan menggunakan kruk sangat menyulitkan. Vanilla berkali-kali terjatuh karena ia harus menopang tubuhnya. Ia sungguh tidak kuat. Ia pun akhirnya memberanikan diri untuk hubungi orang tuanya.Orang tuanya buru-buru pergi ke rumah susun itu. Mendengar panggilan Vanilla, mereka langsung meninggalkan pekerjaannya. Mereka sangat panik mengingat anak satu-satunya sedang terluka. Setelah sampai, mereka pun segera memberangkatkan Vanilla ke dokter spesialis.“Luka ini akan cepat sembuh, jika imun tubuh anak ini bagus,” ucap dokter ahli itu. Ucapan itu baru membuat orang tua Vanilla lega.“Kami mempercayakan semuanya kepadamu, Dok,” ucap ibu Van
Read more
19. Mengapa uang membutakan semuanya?
Saat ini, Vanilla masih terduduk diam. Ia menenggelamkan kepalanya untuk memeluk tubuhnya sendiri. Hidup yang ia jalani, kini benar-benar hanya sendirian.Vanilla tidak mengerti. Mengapa hidup ini selalu tidak berada di pihaknya? Mengapa hidupnya menjadi hancur seperti ini? Apakah ia melakukan suatu kesalahan? *** Vanilla melihat foto kedua orang tuanya. Ia kini berusaha untuk tetap berpikir jernih. Syukurnya, hutang-hutang itu lunas setelah aset perusahaan berhasil dijual. Namun, perusahaan orang tuanya semua hancur.Semua karyawan mengundurkan diri. Mereka memilih untuk pergi, demi mencari pekerjaan yang lebih menjamin. Mereka melakukan lakukan itu tentu saja demi kelangsungan hidup mereka. Mendengar kabar itu, Vanilla berusaha untuk tidak memikirkannya.“Ayah, Ibu… Aku akan bertahan demi kalian...”Arpina pun datang memeluk Vanilla. Tamu-tamu yang hadir tampak sungkan. Mereka merasa tidak ena
Read more
20. Semua telah berbeda
Di ruang guru, ibu Lim mati-matian menuduh Vanilla. Ibu Lim mengaku banyak hal yang harus ia kerjakan dan berharap kasus ini cepat selesai. Ia yakin bahwa siswa yang membuat citra sekolah turun ini adalah pelakunya.“Cepat mengaku saja, Vanilla Kim. Berhenti membuat berita yang aneh tentang sekolah ini!” tuturnya sambil memukul-mukul meja dengan penggaris.“Aku tidak melakukannya, Ssaem,” ucap Vanilla. Ia cukup sedih mengetahui sekolahnya terkena imbas atas kasus kematian orang tuanya. Kejadian tersebut menimbulkan hoaks dengan tidak terkendali.Televisi nasional ada yang memberitakan kedua pendiri itu melakukan korupsi dan bunuh diri untuk menutup jejak. Sejumlah oknum memanfaatkan itu dengan mengaku kehilangan uang atas proyek yang sedang dijalankan.Valerie melihat Vanilla tidak tega. Ia juga tidak mengetahui kejadian apa yang sesungguhnya menimpa Vanilla. Namun, untuk merelakan uang OSIS untuknya tentu memberatkan dirinya juga.
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status