Semua Bab Please Let Me: Bab 21 - Bab 30
39 Bab
21. Harus terus bertahan dalam kondisi apapun
Vanilla akhirnya membuka matanya. Ia merasakan segar pada bagian matanya, namun sangat lemas pada bagian tubuhnya. Dengan melihat sekitar, ia sangat menyadari bahwa ini rumah sakit.Lengannya yang diberi infus menjadi bukti kuat bahwa ia jatuh pingsan dan dikirim ke rumah sakit. Vanilla kebingungan saat membaca kertas yang menempel pada infusnya. Di sana tertuliskan bahwa infus ini telah diberikan tiga hari lalu.Apa ia tertidur selama tiga hari? Benar-benar tiga hari penuh? Vanilla hanya bisa membeku. Ia tidak ada energi untuk memencak-mencak dan hanya bisa meratapi dalam diam.Ia melihat sekitar satu kali lagi. Ia menemukan ponselnya di sana. Tangan yang penuh infus itu berusaha untuk menggapai. Ponselnya pun tidak bisa dihidupkan mengingat ponsel itu sepertinya kehabisan baterai. Ia lagi-lagi hanya bisa menghela napas.Melihat meja di sebelah kanan, Vanilla baru menyadari terdapat kalender digital. Awalnya ia tidak percaya karena kalender itu menunjukk
Baca selengkapnya
22. Takdir mana kah yang lebih baik?
Vanilla hanya memiliki satu tujuan. Hal itu adalah membayar uang semesteran sekolahnya. Semuanya ia mulai dari nol. Cukup berbeda, kali ini bukan kerja sambilan yang ia lakukan. Dengan menyewakan kamar kosnya, kini ia akan mendapatkan uang.Vanilla meminta izin untuk berhenti dari tempat kerjanya. Ini dilakukannya karena takut pria berbaju hitam itu berkunjung lagi. Tak hanya itu, tubuhnya juga meronta-ronta untuk diistirahatkan.Di hari ketiga ini, pria yang menyewa kamarnya tersebut masih mengirimkan uang ke ATMnya. Vanilla pun cukup tenang karena masih ada pemasukan ke rekeningnya. Ia tidak menghitung berapa uang yang akan terkumpul dengan menyewakan kos.Mungkin saja pria itu berhenti menyewa. Ia akan kembali mempromosikan kamarnya ke banyak grup, untuk mendapatkan orang yang ingin menyewa. Sejauh ini hanya itulah yang bisa Vanilla perbuat.Tidurnya di minimarket pun ternyata tak menimbulkan masalah. Pekerja di sana sama sekali tidak menegurnya. Mungk
Baca selengkapnya
23. Rumor tak berdasar namun semua orang percaya
Seperjalanan pulang, wajah Vanilla terus terngiang-ngiang di otaknya. Wajah itu menunjukkan muka sedih. Wajah yang semakin tirus itu terlihat menyembunyikan rahasia yang besar. Bagaimana kabarmu, Vanilla? Apa kau baik-baik saja sekarang? ucap Ravi dalam hati yang terus mencemaskannya.Ketidakhadiran Vanilla di sekolah pun masih menjadi misteri. Benarkah ia membolos demi menghindar dari perkataan-perkataan jahat itu? Mengapa kini kau sering bolos sekolah? Pertanyaan demi pertanyaan terus berputar-putar di otaknya.Ini tidak bisa dibiarkan. Tunggu. Ia keluar untuk membelikan Cerise buah persik. Ia akan segera memberikannya, lalu ia akan segera ke rumah susun itu demi bertemu Vanilla.Ravi pun langsung mempercepat gerak langkahnya. Benaknya hanya memikirkan Vanilla, Vanilla, dan Vanilla. Mungkin Cerise akan marah, jika ia mengetahui ini. Untuk kali ini saja, Ravi akan kembali bertemu dengan Vanilla. Ia berjanji ini terakhir kalinya ia bertemu, dem
Baca selengkapnya
24. Semua semakin terbiasa, namun ...
Vanilla menelan obat maag kesekian kalinya. Sakit lambung yang ia rasakan pun reda kembali. Vanilla menatap obat itu. Sungguh luar biasa khasiat obat ini, gumamnya.Sepanjang hari, ia hanya memakan makanan kafetaria di sekolah. Jika perutnya sakit, ia akan meminum obat itu. Pada hari sabtu-minggu pun ia terkadang tidak makan sama sekali. Hal ini demi membayar uang sekolahnya.Setelah ia membersihkan diri di kamar mandi kolam renang, ia menuju loker untuk menyimpan peralatan mandi itu. Seluruh mata tertuju padanya. Vanilla pun mencoba untuk tidak peduli.Hanya 1,5 tahun lagi untuk lulus. Biarkan saja mereka, gumamnya memantapkan diri. Ia pun berjalan menuju kelas tanpa memperdulikan siapapun.Setelah jam istirahat berbunyi, ia merasa semua mata tertuju padanya. Mereka hanya diam dan menatapnya. Jika Vanilla menatapnya balik, mereka langsung mengalihkan pandangannya. Sungguh aneh.Akhirnya jam makan siang ia tunggu-tunggu. Dirinya s
Baca selengkapnya
25. Susah untuk tidak jatuh hati
Ravi yang melihat ke jendela, melihat Vanilla mengejar pria sambil memegang baju pria tersebut. Meski jam pelajaran sedang berlangsung, ia pun langsung izin pergi ke toilet untuk mengetahui apa yang sedang terjadi.Mereka jalan dengan cukup cepat dengan Vanilla yang terlihat terus memegang pria itu. Setelah Ravi berlari untuk mendekat, ia baru menyadari bahwa Vanilla sedang memegang jaket pemberiannya dan sedang dipakai oleh pria bernama Reivant itu.Ravi berlari untuk menyusul mereka berdua. Vanilla terlihat menarik jaket itu dengan paksa hingga jahitan pada jaket itu tertarik hingga longgar. Vanilla terlihat sangat marah pada Reivant karena memakai jaket itu.Reivant dan Vanilla terkejut dengan suara sobekan dan juga terkejut karena ada seseorang di belakang mereka. Reivant yang menyadari itu hanya tersenyum meremehkan pada Ravi yang terkenal karena prestasi, sekaligus mantan dari gadis bernama Vanilla tersebut.“Berikan jaket itu padanya,”
Baca selengkapnya
26. Kalimat perpisahan pun tidak bisa diucapkan
Ravi membawa Vanilla ke ruangan UKS. Ia membantu Vanilla dengan membersihkan lukanya dan memakaikan sebuah plester. Vanilla hanya terus terdiam. Ia tampak menyembunyikan sejuta rahasia darinya.“Tinggalkan aku sendiri.”Itu yang terucap setelah dirinya dengan lama diam. Ravi sungguh sangat bingung atas kemauan Vanilla. Dirinya pun hanya bisa menuruti keinginannya.“Baiklah... Jaga dirimu baik-baik,” ucap Ravi. Ia dengan berat hati meninggalkan ruangan UKS.Baru maju beberapa langkah, ia melihat Cerise yang juga tengah menatapnya. Ia lagi-lagi menatapnya dengan tatapan tak percaya. Cerise langsung lari meninggalkan Ravi setelah melihatnya berdua bersama Vanilla.Ravi sangat bingung atas apa yang ia perbuat. Ia hanya bisa memilih satu. Pilihan tersebut membuat Ravi benar-benar gila. Ia pun mencoba untuk menyusul ke mana Cerise pergi.Dalam pikirannya, ia masih bingung atas kebenaran rumor Vanilla yang beredar. Ia ingin
Baca selengkapnya
27. Awal yang baru dengan kesempatan baru
Setelah memberanikan diri, Vanilla mencoba untuk membuka map itu. Isinya sebuah kertas yang berisikan peringatan. Vanilla semakin bingung karena kertas itu berupa peringatan bahwa dirinya telah absen sekolah selama 5 hari tanpa keterangan.Bukankah ia otomatis didepak jika tidak membayar uang semesteran? Namun, kertas tersebut memang hanya berisikan hal itu.Untuk memastikan, Vanilla bersiap-siap untuk mendatangi SMA Hamyulyang. Rasanya seperti mimpi. Hal itu karena uang tabungannya masih utuh dan tidak membayar sepeserpun biaya sekolahnya.Meski sudah sangat siang, ia akhirnya berangkat karena penasaran. Mungkin ia akan mengundurkan diri secara resmi. Hal ini ia lakukan karena memang tidak mampu membayar uang sekolah itu.Setelah melewati gerbang, Vanilla langsung menuju ruang administrasi. Ia benar-benar sudah merasa meninggalkan sekolahnya. Setelah masalah selesai, mungkin ia akan segera pulang.“Hah? Lunas?”Vanilla terkejut
Baca selengkapnya
28. Bolehkah aku menerima semua ini?
Vanilla memukul-mukul kepalanya. Tak ia sangka bahwa ia sempat berpikir untuk menyetujui tawaran Reivant untuk menjadi pacarnya. Vanilla pun berusaha untuk fokus pelajaran dan melupakan apa yang terjadi bersama Reivant.Namun, rasa tidak enak menyelimuti hati Vanilla karena pria bernama Reivant tersebut sama saja telah memberinya uang dengan jumlah yang sangat fantastis. Ia semakin bingung keputusan mana yang harus ia ambil.Bel makan siang pun telah berdering.Vanilla dengan takut memasuki cafetaria. Semua terlihat cukup baru. Terdapat angkatan baru dan dia telah menduduki kelas 3 SMA sekarang. Nampaknya ia bisa memulai lembaran baru dengan tenang.Vanilla pun meraih tempat makan besi untuk mengambil makanan. Setelah selesai, ia hanya mencari meja kosong yang belum terisi. Ia makan sendirian. Hal ini juga kesalahannya karena baru memasuki sekolah di hari ke-6.Seseorang langsung menduduki tempat duduk di depannya. Orang itu tidak memakan makanan d
Baca selengkapnya
29. Ketenangan hati yang menipu
“Sabtu besok kau ada acara?” tanya Reivant memecah keheningan di antara mereka.“Tidak ada,” ucap Vanilla dengan jujur. Ia mulai percaya pada pria itu. Dengar-dengar kemarin Reivant juga benar mengikuti kelas tambahan. Kabar itu membuat geger satu sekolah.“Besok aku akan menjemputmu,” ucapnya sambil menyantap makanannya. Lagi-lagi Vanilla terpaksa menerima segala tawarannya itu. Apakah selamanya akan terus seperti ini? Ini tidak nyaman karena ia bukan orang yang selalu melihat materi. *** Di hari Sabtu, Vanilla terkejut melihat mobil merek Bugatti berhenti di depan rumahnya. Ia melihat Reivant sudah rapi dan tengah menunggunya. Vanilla pun buru-buru menghampiri agar tidak menjadi pusat perhatian.Mereka pun masuk dan berangkat ke tempat yang ingin Reivant kunjungi. Vanilla tidak mempunyai clue untuk menebak tempat apa yang ingin dikunjungi pria itu. Mereka selalu terdiam jika dalam pe
Baca selengkapnya
30. Penyebar rumor palsu
“Kak Reivant, bisakah kau membelikanku tas merk itu lagi? Aku sangat butuh kali ini,” ucap gadis itu sambil memainkan kerah kemeja Reivant. Pria itu di sana hanya terus minum alkoholnya. Ia seperti tidak mendengarkan gadis-gadis tersebut.“Kak Reivant, malam ini kau akan menginap di tempatku lagi 'kan?”Mendengar hal itu, bulu kuduk Vanilla merinding. Ia tidak ingin mendengar jawabannya meskipun yang dikatakannya itu ya atau tidak. Ia benar-benar tidak nyaman di sini. Vanilla ingin segera pergi dari sini.“Aku… ke toilet sebentar, ya,” ucap Vanilla dengan pelan. Ia tidak peduli ucapannya terdengar atau tidak. Vanilla keluar dari ruangan tersebut. Ia menuju toilet di tempat itu. Di dalam toilet pun, semuanya terlihat kacau. Vanilla bahkan memilih hanya untuk bercuci tangan di sana.Vanilla pun ragu untuk kembali. Ia tidak tahu apa yang akan dilakukan kedua gadis tersebut saat ia memasuki ruangannya lagi. Vanilla a
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status