All Chapters of SANG KAPTEN: Chapter 21 - Chapter 30
144 Chapters
Bab 21. ANTARA ARBIA DAN ARKA
Semenjak terbongkarnya rahasia besar itu, Arka Abianta menghilang seperti ditelan bumi. Mungkin bagi Zakaria Lawalata itu sudah biasa. Tapi ini kondisinya sudah lain.  Bagi Arbi kehilangan Arka untuk yang ke dua kalinya sangat menyakitkan. Lebih menyakitkan lagi bagi Arka. Ternyata wanita yang sangat dicintainya itu adalah adik angkatnya. Karena tidak bisa menerima kenyataan itu dia pergi menghilang tanpa meninggalkan jejak sedikitpun. Berkali-kali Arbia menghubungi ponsel genggam Arka tapi ponsel tidak aktif. Ada rasa yang sangat tidak nyaman di hatinya. Mengingat Arka pergi dengan membawa sakit hati dan luka yang hebat. Sampai sekarang pun, Arbia menolak untuk hidup satu rumah dengan Zakaria yang tak lain ayah kandungnya itu. Selain tidak nyaman, dia juga menghargai Arka sebagai teman semasa kecilnya. Tidak mungkin dia mengambil apa yang menjadi hak Arka selama puluhan tahun. Arbia lebih nyaman tinggal di rumah peninggalan neneknya. Setelah dia
Read more
Bab 22. SAD HEART
"Arbia masih seperti mimpi mendengar kabar dari ayah kandungnya itu. Tubuhnya di topang oleh kekasihnya. Dibimbingnya tubuh yang tiba-tiba lunglai itu menuju sofa.  Zakaria Lawalata mendekati putri kandungnya dan mengelus lembut pundaknya. Memberi kekuatan penuh agar bisa menerima kenyataan ini. Kapten Axelle datang dengan membawa teh hangat yang ia bikin beberapa menit yang lalu. Meyodorkannya pada kekasih untuk diminum. "Aku mau ke TKP." ucap Arbia gemetar. Ada sendat tangis di sana.  "Tapi- Belum sempat Zakaria melanjutkan ucapannya, terdengar dering ponsel genggam kapten Axelle. Pria tampan itu mengangguk hormat pada laki-laki tua itu, meminta izin mengangkat telpon. Setelah, mendapatkan balasan anggukan dari Zakaria, Axelle meninggalkan ruang tamu itu untuk menerima telpon. Tak selang beberapa lama, dia sudah kembali lagi. "Arbi, kalau mau ikut ke TKP, kita bersama saja. Kebetulan Aku dan timku ditugaskan
Read more
Bab 23. KEMBALINYA SANG MANTAN
Masih dengan tatapan menyelidik dan pandangan curiga, dokter Celine menatap Arbia, bergantian denga Zakaria Lawalata yang tepat berada di samping gadis muda itu. Sungguh, Celine, sahabat kental sewaktu SMP dulu, tidak memahami apa yang sebenarnya sudah terjadi. Puluhan tahun mereka tidak bertemu sama sekali, bahkan hilang kontak hingga tidak tahu bagaimana kabar dan kondisi masing-masing.  Yang Celine ketahui, bahwa Arbia selama ini adalahj anak yatim piatu. Dari semenjak umur 8 tahun dia sudah mengalami tragedi maut yang menghilangkan nyawa ayah dan ibunya. Kenapa sekarang tiba-tiba, Arbia menyebut bahwa laki-laki yang ada di sampingnya ini adalah ayah kandungnya? Akh-!  Perasaan hati dokter muda itu bingung. Mungkin akan lebih baik kalau nanti dia minta penjelasan sama gadis malang itu. "Nanti, kita bertemu empat mata, ok!" ucap Arbia sambil mengedipkan mata. Namun itu tak mengurangi mata sedihnya yang selalu keliatan berka
Read more
Bab 24. DILEMA
Mereka sama-sama menoleh, ke arah asal suara. Keterkejutan mutlak itu terlihat jelas dari raut muka dokter muda yang cantik itu ketika berbalik arah dan menemukan sosok yang sudah tak asing lagi baginya. Terlebih lagi kapten Axelle, dia hanya termangu, melihat tamu yang ada di rumah kekasihnya. Kakinya terasa seperti ditindihi batu bertonton-ton. Dia hanya diam terpaku di tempatnya. Sedangkan Arbia sudah menghambur, menubruk ke dalam pelukan sang kekasih. Tidak ada pergerakan sama sekali dari kapten Axelle, bahkan tubuh mungil Arbia pun urung di dekapnya.  Arbia sedikit heran melihat sikap kekasihnya yang tak acuh. Dia merenggangkan pelukannya dan mengurai senyum termanis untuk Axelle. "Oh, ya! Sayang, perkenalkan ini, dokter Celine. Celine Fazah Arufiah, teman SMP-Ku dulu." ucapnya membuat Axelle terkejut dan sedikit thremor di seluruh tubuhnya. Sedang Celine, dokter muda cantik itu mendekati mereka dengan tatapan yang begitu tajam. Soro
Read more
Bab 25. DIA KEMBALI
"Celine ...!" Teriakan itu seketika membuat langkah dokter muda itu berhenti.  Di depan pagar ke luar rumah Arbia, Axelle mengejar langkah Celine yang masih resmi tunangannya. Sedang Arbia yang masih mendengar teriakan itu hanya memandang mereka lewat pintu kaca jendela. Tidak ada yang bisa dilakukannya kecuali membiarkan mereka tetap berjalan bersama meneruskan hubungan yang semula terputus atau lebih tepatnya tertunda. Hal yang tidak mungkin baginya menjadi duri dalam hubungan orang lain, apa lagi itu hubungan sahabatnya sendiri. Tapi, ini salah siapa? Bukan salah dia, kan bilamana dia jatuh cinta pada kapten muda itu. Secara, dari awal tidak ada ultimatum kalau kapten itu mempunyai hubungan khusus dengan seseorang. Yang pasti ini salah kapten sendiri. Kenapa dari awal dia nggak ngomong kalau sudah punya tunangan. Nggak mungkin, secara, kalau dia sudah punya tunangan, seorang Arbia membiarkan dirinya jatuh terperosok ke dalam pesona Axelle Narendra. Da
Read more
Bab 26. BAHAGIA
Arbia mengucek-ngucek matanya, seolah tak petcaya dengan penglihatanya. Seolah-olah dia sedang bermimpi di siang bolong. Malah beberapa kalj dia sengaja mencubit pipinya. Memang nggak bermimpi. Ini nyata. Sangat nyata. Sebelum panggilan terdengar panggilan 2x, dia sudah menghambur ke dalam pelukan, sosok yang tadi memanggilnya. Dihantamkannya tubuh kecilnga ke dalam pelukan tubuh laki-laki kekar yang sudah mendekapnya penuh dengan kerinduan. Ada isak tangis yang tiba-tiba pecah dan menghambur keluar air mata itu. Diguncang-guncangkannya dada laki-laki itu dengan tangan kecilnya. Namun laki-laki tampan itu hanya merangkum segala tangis dan air mata orang yang teramat disayanginya itu hanya dengan satu pelukan hangat. Arbia lunglai di dalam dekapan pria muda itu. Dia menangis sejadi-jadinya hingga punggung rapuhnya terguncang hebat. Di seberang jalan, ada sorot mata tajam yang melihat adegan pelukan mesra itu hanya mengetatkan giginya, hingga te
Read more
Bab 27. SAHABAT JADI MUSUH
"Arbi! Keruanganku!" Tut ... Mata lelah Arbi mengerjap perih. Di belalakannya mata yang sudah tak kuat menahan rasa kantuk itu. Dilihatnya jam beker yang berada di atas nakas sudah pukul 02:00 dini hari. Mulutnya juga berhenti menguap. Drttt ... drttt  Gadis itu hanya melirik sebentar ponselnya yang bergetar sedari tadi. Dengan gontai dia melangkahkan kakinya ke ruang sebelah. Dan tanpa mengetuk pintu dia langsung ngeloyor aja ke sofa yang ada di ruang tersebut. Di bantingnya tubuh ringkih itu ke sofa empuk itu. "Laporannya, mana?" Kembali Arbi mengerjapkan matanya tanda kaget. "Laporan apa?" tanyanya seperti orang bodoh. Akh- Arka berdiri dari tempat duduknya lantas berjalan ke ruang sebelah, mengambil berkas yang diminta tadi. Dikerjainnya sebentar, lalu pemuda tampan itu menghampiri gadis yang sedang tertidur dengan pulasnya. Ada senyum simpul di sudut bibir simetrisnya. Entah sampai sekarang, Ar
Read more
Bab 28. YOUR SECRET
"Katakan padaku, kalau ini nggak benar, kalau Kamu nggak benar-benar melakukan ini, kan?" Arbia seperti bermimpi dengan apa yang dilihatnya. Sama sekali, dirinya nggak menyangka akan melihat kenyataan yang menyakitkan ini. Sebuah fakta yang membuat dirinya lemas seketika.  Arbia hanya terpana ditempat dengan kondisi bergeming menyaksikan sesuatu yang tak sepantasnya dia lihat. Ada detak jantung yang begitu kuat merejam dadanya. Ingin  sekali dia menolak kenyataan, tapi ini dia sedang tidak bermimpi, dan ini adalah fakta. Sedang seseorang itu hanya menatap Arbia dengan sorot tajam penuh kebencian. Seolah-olah apa yang dilakukannya ini adalah vonis dari kesalahan Arbia yang menyakitinya. Wajah yang biasanya lembut dan kalem penuh dengan kata anggun itu, sekarang seperti wajah sinis, bengis dan kejam bak penjahat yang baru saja membunuh korbannya. Seolah-olah Arbia nggak pernah mengenal sosok ini. Sosok yang teramat disayanginya dan sel
Read more
Bab 29. MASIH ADA RASA
Ke dua manusia berbeda jenis kelamin itu sama-sama membisu. Bahkan jarak pun mereka renggangkan.  Masih dengan kerterdiaman, Arbia berdiri menjauh dari tempat duduknya Axelle. Laki-laki itu tampak canggung. Seakan-akan nggak pernah saling mengenal.  Sudah hampir 15 menit mereka lewatkan hanya dengan membuang muka satu sama lain. Entah, apa yang sebenarnya berkecamuk dalam dada mereka. Tanpa kata Arbia, mendekati orang yang sudah menggoreskan luka di hatinya itu.  "Kapten Axelle," panggilan itu sangat lunak. Dan terlihat Arbia lebih kuat dan mandiri. "Aku mengajakmu ketemu di sini bukan untuk membicarakan masalah pribadi. Tapi ini masalah Celine." Kapten Axelle tertegun sesaat. Diamatinya wajah yang akhir-akhir ini terlihat sendu itu. Wajah yang sudah memperlihatkan luka yang maha hebat, yang ia ciptakan secara nggak sengaja. "Apa, Kamu paham, bagaimana akhir-akhir ini kehidupan finansial Celine?" Axelle m
Read more
Bab 30. SANG PENYELAMAT
"Dor-- dor--" "Akh! Sial! Rutuknya sambil memegangi pinggangnya yang sudah merembes darah. "Kapten!" Lindungi Aku, Kai!" Setengah tersengal Axelle mencoba bangkit dari persembunyiannya. "Tidak! Kapten tidak boleh menyerang! Biar Saya saja!" Sergah Kai, tangan kanan kapten Axelle, langsung mengambil alih kendali. "Monitor, satu, dua! Butuh pertolongan pertama, Kapten Axelle tertembak!" Kai mendekatkan ht-nya ke mulutnya untuk mengisyaratkan butuh pertolongan. Sedang kapten Axelle, masih meringis menahan sakit, darah masih saja keluar tepat di pinggang kirinya. Satu peluru berhasil menembus kulit pinggangnya yang six-pack. Sementara beberapa orang berteriak sebelum diamankan oleh anggota polisi karena ada kerusuhan sekelompok debtcolector dengan seorang laki-laki yang banyak hutangnya. Laki-laki yang berumur sekitar 50 tahun itu, berlari menuju ke salah satu supermarket di pinggir jalan. Dan masuk dengan gaya khas seperti
Read more
PREV
123456
...
15
DMCA.com Protection Status