All Chapters of SANG KAPTEN: Chapter 11 - Chapter 20
144 Chapters
Bab 11. TERNYATA DIA
"Arbi! Tolong, Headline nya, Please ...! Suara itu terdengar dijaringan line telpon yang tersambung di meja kerja Arbia Siquilla. Suara yang terdengar menyentak dengan nada marah mutlak. Arbia hanya menarik nafas kesal. Bukannya dia nggak mau mengerjakan Headline itu dengan cepat, tapi dia sengaja mengulur waktu untuk mengumpulkan bukti-bukti yang akurat, setelahnya baru dia akan meluncurkan Headline itu ke seluruh media surat kabar lengkap dengan bukti beserta orang-orang yang tersandung di dalamnya. "Dikejar deadline ya,Kak?" sapa OB yang sudah berada di sampingnya, menaruh segelas minuman dingin dan sekotak kecil dissert pesanannya. "Eh, Virza, makasih ya," sambil tangannya merogoh kantung sakunya dan menyelipkan selembar uang kertas berwarna merah ke tangan anak muda itu. Pemuda itu terkesiap dengan muka terkejut, tapi akhirnya tersenyum kalem. "Makasih ya, Kak." balasnya. Arbia hanya tersenyum tanpa menoleh, matanya fokus ke layar laptop yang ada
Read more
Bab 12. HILANG
 Hai ini jadwal Headline yang Arbia kerjakan akan diluncurkan. Gadis itu sudah bersiap dari pagi untuk menerbitkan Headlinenya.  5 menit yang lalu, dia mendapat telpon langsung dari sang kekasih, tidak bisa mengantar karena ada tugas mendadak di luar kota. Agak nyesek juga mendengar sang kapten meninggalkannya ke luar kota, meski nanti malam pun kalau tugasnya selesai juga bisa pulang ke rumah. Kapten Axelle, hari ini bertugas menangkap peneror disalah satu rumah petinggi negara yang masih berkaitan dengan kepemilikan senjata tajam dan kasus uang  negara. Peneror itu anak dari pejabat itu adalah anak dibawah umur yang masih berusia 8 tahun, dan peristiwa ini sama persis yang dialami Arbia tatkala dia berumur segitu. "Drtttt ..." "Arbi! Apa kamu siap menerbitkan Headline kita hari ini?" "Siap, Pak! Tapi mungkin, Saya sedikit terlambat berhubung kendaraan Saya ada masalah!" seru Arbi menjawab telpon dari bosnya. Dia meliha
Read more
Bab 13. PENCARIAN
"Mama!" Teriak Arka sambil berlari menubruk wanita yang dia panggil mama itu. Pria muda itu mengguncang badan wanita separuh baya yang sedang berbaring di tempat tidur. Ada dokter dan perawat di sekelilingnya. Ada juga asisten rumah tangga yang sudah mengabdi lama di rumahnya. "Bi ...! Mama, kenapa? Kenapa Mama ada di tempat ini?" tanyanya pada asisten rumah tangga mamanya dengan panik. "Iya Den, nyonya sakit. Biar pak dokter saja yang menjelaskannya." jawab wanita yang sudah berumur sekita 50 tahunan itu. "Dok, ada apa dengan Mama, Saya?" Masih dengan kepanikan maksimal, Arka bertanya sama dokter yang entah kapan datangnya di situ, di rumah lamanya. "Nyonya Syailla, mengalami syok ringan, beliau pingsan. Tapi, jangan khawatir untuk sementara kita tunggu kesadaran." jelas dokter itu. "Syok ringan, Dok? Tapi mama, Saya dalam keadaan tidak sadar diri, bahkan kondisinya begitu lemah. Apa iya, cuma syok ringan?" Arka semakin garang melihat sikap d
Read more
Bab 14. JATUH KE JURANG
Ternyata untuk sampai ke tempat di mana, ditemukan titik GPS ponsel Arbia Siquilla, tidaklah mudah. Kapten Axelle harus menempuh waktu yang panjang untuk mencari alamat tempat terpencil itu. Suasana malam yang sudah hampir larut semakin mempersulit pencarian alamatnya. Beberapa kali dia sempat salah jalan dan memutar arah lagi untuk kembali ke tempat semula. Jalan menuju alamat yang dituju harus melewati jalan yang berkelok-kelok seperti jalan kampung yang di penuhi batu terjal. Alangkah jauhnya penculik itu membawa kekasihnya. Apakah ini bertujuan untuk menghilangkan semua bukti yang sudah dikumpulkan Arbia.  Hari inipun Headline yang bertajuk Pembunuhan Berantai 15 Tahun Silam, itu batal diterbitkan. Seolah semua sudah direncanakan. Kasus 15 tahun silam ini, sengaja diulas kembali untuk mencari tahu siapa anak dari korban pembunuhan itu. Apakah ini ada hubungannya dengan pekerjaan Arbia? Tidak ada satupun yang tahu bahwa Arbia adalah anak dari korban p
Read more
Bab 15. MASA KRITIS
"Kapten-!! Teriakan itu melengking dari mulu Gerald Kailland, tangan kanan kepercayaan kapten Axelle. Bersamaan dengan menggelincirnya mobil sang kapten bersama kekasihnya. Semua anak buah sang kapten berteriak histerus di iringi dengan anak buah geng mafia yang langsung mencoba kabur dari tempat itu. Namun dengan sigap pasukan polisi itu menangkap sisa anak buah Zakaria Lawalata. Di malam yang hanya di sinari cahaya bulan itu, sang kapten bersama kekasihnya Arbia Siquilla terperosok ke dalam jurang yang dalam sekali. Suasana malam yang begitu pekat, tidak bisa memastukan apakah ke dua orang itu masih hidup. Komandan Li bersama pasukan tim inti segera bergerak meminta bantuan untuk melacak keberadaan mobil kapten Axelle  yang terperosok di jurang dengan ke dalaman yang tidak bisa di ukur lagi. Malam semakin larut namun usaha untuk mencari mobil beserta yang jatuh ke jurang belum juga mendapatkan hasil. Komandan Li mengerahkan semua pasuka
Read more
Bab 16. PENUH MISTERI
Di luar ruang unit gawat darurat, baik dari komandan Li dan anak buah kapten Axelle, juga ada keluarga besar dari keluarga kapten Axelle. Mereka menunggu operasi ke dua korban. Mirisnya, tak ada satupun keluarga dari Arbia Siquilla hadir. Entah, gadis muda itu punya keluarga atau tidak. Di dalam ruang operasi itu sudah hampir 2 jam dokter beserta timnya bekerja. Tapi belum ada tanda-tanda kalau pintu ruang operasi akan segera di buka.  Sesaat terdengar suara sepatu mendekati ruangan itu. Beberapa anak buah kapten Axelle bergerak cepat di pintu depan.  Komanda Li, selaku pimpinan memerintahkan kepada anak buahnya, untuk memperketat penjagaan untuk ke dua korban. Siapapun yang datang menjenguk kapten Axelle dan Arbia harus diperiksa terlebih dahulu. Suara sepatu itu berhenti tepat di depan penjaga. Di periksa sebentar lalu di perbolehkan masuk. Dua orang yang masuk itu adalah Arka dan Praditia. Dia berbicara sebentar dengan Kom
Read more
Bab 17. KAGUM
Mata Arbia semakin tajam menatap sosok yang sudah ada di depannya, setelah beberapa saat yang lalu mengerjap-ngerjap terkejut, melihat siapa yang menunggunya membuka mata. Hatinya terguncang, jantungnya berdegub kencang. Tidak menyangka secepat itu akan bertemu dengan orang yang selama ini di carinya. Namun mulut Arbia terkatup rapat, lidahnya seakan kelu. Bahkan matanya pun hanya bisa menatap tajam tanpa berkedip. Soepomo Hadiningrat, Tersenyum dengan wibawa yang maksimal. Memandang wajah Arbia yang pucat dengan senyum ramah. "Hallo, Arbia. Kamu sudah bangun?" tanyanya dengan suara khasnya yang begitu tenang, penuh dengan kasih sayang. Sesaat Arbia terhipnotis dengan suara dan penampilan orang tua itu. Bahkan untuk menyahut pun Arbia belum mampu membuka mulutnya. Lidahnya masih terkunci. Soepomo Hadiningrat yang lebih akrab disapa dengan pak Hadi, menarik kursinya untuk lebih dekat dengan gadis itu. Sekilas Hadi menatap Arbia
Read more
Bab 18. TERBANGUN
Arbia Siquilla dengan tangan thremornya  memegang tepi kursi rodanya. Jantungnya berdebar kencang dengan perasaan cemas yang begitu kuat. Ada rasa takut menyeruak di hatinya. Berkali-kali di lihatnya ruang operasi itu. Lampunya masih menyala. Arka menggenggam tangan thremornya yang mulai berkeringat. Pria tampan itu memberi keyakinan pada gadis kecilnya, kalau di dalam sana sang kapten mampu melewati masa kritisnya. Axelle Narendra, mengalami pendarahan di otak dan harus kembali di operasi. Seluruh kelarga besarnya dan pasukan intinya sudah menunggu di ruang operasi. Mereka memanjatkan doa untuk kesembuhan sang kapten. Berharap ada mukzizat dari Tuhan.  Tragedi yang terjadi kemarin malam adalah peristiwa maut paling menyeramkan. Mobil kapten Axelle dan kekasihnya terperosok ke dalam jurang, setelah terjadi kejar-kejaran dengan geng mafia yang menculik Arbia. 45 menit sudah berlalu, lampu ruang operasi tiba-tiba padam. Semua orang yang ada di
Read more
Bab 19. RAHASIA YANG HAMPIR TERUNGKAP
"Jangan sembarangan bicara kau Hadi! Dari dulu kau selalu mengadu domba kami sampai kami terpecah belah!" Hadi terkekeh mendengar ucapan laki-laki yang berstatus narapidana itu. "Kenyataannya memang begitukan, Zakaria. Kamu dari kuliah memang sudah suka sama ibunya, sampai kamu bela-belain berkorban apa saja. Tapi dia lebih memilih sahabat kamu sendiri." "Cukup Hadi!" Zakaria Lawalata berdiri dan menghentakkan tangannya ke meja. Petugas yang ada di balik pintu masuk dan mencoba menenangkannya. "Semoga bukan karena itu kamu menghabisi mereka Zakaria, walau bagaimanapun kalau itu benar-benar anak kamu, kamu sudah sangat menyakitinya dan menyiksanya."  Sekali lagi ucapan Soepomo Hadiningrat mampu membuat laki-laki yang berstatus narapidana itu berapi-api matanya, pertanda ada amarah yang luar biasa. "Aku memaafkan perbuatanmu untuk anakku, Zakaria. Tapi aku nggak tahu apakan gadis itu memaafkanmu. Karena kamu sudah menyiksanya." Hadi
Read more
Bab 20. TERBONGKAR
Entah bagaimana caranya dan pakai pengacara model seperti apa, Zakaria Lawalata sudah keluar dari hotel prodeo. Pagi itu,  Dengan gayanya yang sebenarnya tidak sombong. Di sombong-sombongkannya mukanya, berjalan menuju rumah sakit di mana Arbia dan Axelle dirawat. Setelah memasuki lift yang menuju lantai 3 ruang VIP, Zakaria Lawalata keluar dan berbicara dengan seseorang. Tampak di ke dua ruang VIP terlihat penjagaan ketat oleh anggota tim khusus pasukan polisi di bawah perintah komandan Li. Ketika Zakaria dan anak buahnya menuju ruang VIP tersebut beberapa anggota polisi itu sudah menghadang. Hadi, selaku orang yang paling di tuakan di situ dan paling di hormati juga paling di segani, melambaikan tangan sebagai gesture tubuhnya mengizinkan Zakaria Lawalata untuk masuk. Sedang anak buahnya hanya di izinkan menunggu di luar penjagaan. Dengan tenang, Zakaria memasuki ruangan itu. Tanpa di suruh duduk pun dia sudah menghenyakkan tubuhnya di
Read more
PREV
123456
...
15
DMCA.com Protection Status