Semua Bab SANG KAPTEN: Bab 31 - Bab 40
144 Bab
Bab 31. TIDUR PANJANGNYA ARBIA
Sudah hampir 24 jam pasca operasi besar itu. Namun tidak ada tanda-tanda Arbia akan terbangun dari tidur. Semua orang panik dan ketakutan. Terutama Arka, Axelle dan sang ayah, Zakaria Lawalata. Berita Arbia menjadi korban para debt collector  demi menyelamatkan Lukman ayah dari sahabat karibnya yang tega mengambil kekasihnya, kapten Axelle menjadi trending topik hari ini. Di segala media menerbitkan berita besar itu. Banyak nyinyiran netizen yang mengecam tindakan Celine. "Kok, tega, ya. Mereka, kan bersahabat?" "Apa doktet Celine nggak bisa tidak egois seperti itu?" "Padahal ayahnya sudah diselamatkan sama Arbia lho, yang reporter itu." "Kalau Aku, jadi kapten Axelle, memang sudah seharusnya ninggalin cewek egois seperti itu." "Nggak nyangka, ya, kapten Axelle nyakiti mbak Arbi!" Mulut netizen berkicau bak burung beo. Banyak yang memojokkan Celine. Mereka menyalahkan sifat egois Celine yang tidak bisa melihat keba
Baca selengkapnya
Bab 32. KRITIS KE DUA
Axelle kaget setengah mati, melihat kondisi Arbia yang tiba-tiba menakutkan. Matanya terbelalak lebar tanpa menutup lagi, bahkan badannya bergetar hebat seperti kejang-kejang. Kepanikan itu membuat Axelle sesaat bingung harus melakukan apa. Dan ketika diingetnya alarm pengingat gawat darurat, langsung di pencetnya berulang-ulang supaya dokter dan perawat segera datang. Sekitar 5 menit dokter datang bersama rombongannya. Axelle yang masih dilanda kepanikan mengalami thremor di bagian tangannya. Sedang Arka dan ayahnya memperlihatkan kecemasan yang luar biasa. "Dokter, tolong selamatkan anak, Saya," ucap Zakaria memohon pada dokter itu. "Kami akan berusaha, semaksimal mungkin, ya, Pak. Tolong bantu dengan doa. Dan sekarang diharapkan seluruh anggota keluarga ke luar dulu dari ruangan pasien, supaya kami bisa bekerja secara efisien." Setelah itu dokter menutup ruang VIP itu. Di luar ruangan Axelle sudah bisa mengatasi kegugupan dan kepanikannya.
Baca selengkapnya
Bab 33. SISI LAIN DOKTER CELINE
"Kita kecolongan Axelle!" Arka mengepalkan tangannya dengan kesal setelah mengucapkan kata-kata itu. Sedang Axelle tampak membusungkan dadanya menahan sesuatu. Rasa marah yang memuncak. Sebenarnya sudah dari Arbia kritis tadi siang, dia merasa instingnya sudah nggak enak. Dan ternyata ini yang terjadi. "Keluarga pasien Arbia Siquilla!"  Tiba-tiba dari arah pintu ruangan Arbia, dokter ahli bedah saraf sudah berdiri dengan pandangan yang angkuh dan dingin. "Saya, Dok!" Berbarengan mereka menyahut dan mendatangi dokter tersebut. "Saya butuh tanda tangan dari keluarga pasien untuk melakukan operasi secepatnya." "Apa yang terjadi dengan adik Saya, Dokter? Kenapa harus di operasi?" suara Arka terdengar panik. "Ada penyumbatan darah di rongga kepalanya akibat terputusnya infus yang Saya rasa ada seseorang dengan sengaja ingin melenyapkan nyawa adik, Anda, Pak Arka. Tolong ini digaris bawahi! Nanti pihak rumah sakit akan Saya peri
Baca selengkapnya
Bab 34. MERINDUMU
Axelle dan Lukman bergegas mengejar dokter dan suster yang membawa  jenazah itu namun sudah terlambat. Mereka sudah masuk ke ruang lift.  Axelle bergegas ke ruang operasi, barang kali masih ada yang tinggal di sana. Dia menyapukan matanya ke seluruh koridor rumah sakit, namun tetap tidak ada orang. Arka dan ayahnya sudah pergi. Sesaat Axelle panik, bingung harus berbuat apa. Ada air yang mengembun di kelopak matanya. Tak bisa dipungkiri, kalau Arbia benar-benar tidak bisa diselamatkan tidak tidak akan tinggal diam. Dia akan mencari Celine yang sudah hampir seharian ini menghilang. Setelah sedikit tenang, dia teringat ponselnya. Ya! Poselnya. Kenapa nggak kepikiran dari tadi untuk menelpon Arka. Dicobanya untuk menyambungkan line telponnya dengan kontak Arka. Namun line telpon itu tidak aktif. Hah! Hentakan di kaki Axelle adalah expresi dari kegundahan perasaannya saat ini. Dengan tiba-tiba dia menuju lift. Ternyata Lukman pun sudah meninggal
Baca selengkapnya
Bab 35. KEMBALI KE RUMAH
Lagi-lagi, Arbia harus merelakan dirinya berinteraksi terus dengan rumah sakit. Dari umur 8 tahun, dia sudah tinggal di sebuah rumah sakit yang mengharuskan dia disana, karena amanat dari neneknya. Dan bukan itu saja, Arbia tidak punya siapa-siapa waktu itu. Sekarang kehidupannya berbanding terbalik. Dengan segala kemewahan yang ada sekarang. Siapa yang sangka kalau ayah kandungnya bukan orang yang merawatnya dari kecil. Dan tidak diduga juga orang yang selama ini dia tuduh sebagai pembunuh ayahnya adalah ayah kandungnya.  Semua sudah terungkap. Pantaslah hidup Arbia sekarang lebih bahagia. Ada seorang kandung dan ibu sambung serta kakak angkat yang begitu sangat menyayanginya. Tidak ketinggalan sang pujaan hati, sang kapten. Bukan hanya kapten buat kehidupannya tapi juga buat kehidupan masyarakat luas. Hanya saja ada yang mengganjal di hati Arbia. Sahabat terkasihnya, Celine Fazah Arufiah. Di mana keberadaannya sekarang. Dia menghilang t
Baca selengkapnya
Bab 36. GAIRAH MEMBARA
Arbia melengkungkan tubuhnya berkali-kali ketika lidah sang kapten menari-nari di daerah terlarangnya. Desahannya meresahkan siapapun yang mendengar. Puncak klimaksnya sebentar lagi sampai.  Namun sang kapten tak ingin menyudahinya begitu saja. Tubuh jantannya menindih badan kecil Arbia dan mulai membenamkan juniornya dengan tajam. "Akh--!" suara parau Axelle semakin membuatnya menari dengan exotisnya dibawah tubuh sang kekasih. Rasa rindu yang mendalam itu menyatu begitu saja. Axelle begitu menikmati rasa yang ia berikan untuk kekasihnya. Rasa sayang yang berlebihan itu membuatnya semakin bergemuruh, menekan tubuh Arbia. Terdengar napas yang tersengal diiringi lenguhan dan desahan mereka berdua. Puncak dada Arbia tak luput dari lidah Axelle. Di lahapnya gunung kembar itu dengan gairah membara. "Sayang ... oh ... Aku mau ...akh --" Tak lagi bisa melanjutkan ucapannya, Axelle menjerit sekuatnya di iringi teriakan Arbia yang erotis. Bibirny
Baca selengkapnya
Bab 37. MUSUH DARI MASA LALU
Tidak membutuhkan waktu lama, Axelle dan Arbia sudah sampai di TKP. Satuan tugas yang dipimpin oleh kapten Axelle masih kejar-kejaran dengan sekelompok begal yang ternyata membawa seorang sandera, kabur dari tempat kejadian. Axelle segera turun ke lapangan setelah berpamitan pada kekasihnya. Arbia sendiri lsngsung bergabung dengan komunitas reporter yang lain setelah sebelumnya menghubungi sang kakak, Arka Abianta untuk segera datang ke tempat kejadian. Sementara di tempat yang sudah lumayan jauh, terjadi kejar-kejaran antara tim anggota satuan polisi yang dipimpin Axelle dengan sekelompok begal yang berhasil membawa seorang sandera yang belum jelas jenis kelaminnya. Bahkan sekarang pengejaran sekelompok begal itu harus melibatkan senjata tajam. "Tes-tes-tes, monitor, satu-dua! Ada yang bawa motor, nggak? Cepat menepi di garis depan, tukar tempat." Suara Axelle memperbarui informasi di ht-nya. Beberapa anak buahnya segera menepi dan melaksanak
Baca selengkapnya
Bab 38. SEPERTI BIDADARI
Celine Fazah Arufiah, lagi-lagi bikin masalah baru. Baik Axelle ataupun Arbia menyayangkan hal itu. Mereka tak menyangka Celine akan nekad berbuat seperti ini. "Gama dan kamu!" Tangan itu persis menunjuk ke arah wanita yang sedang menunduk di hadapan Axelle. "Celine Fazah Arufiah," merasa dirinya dipanggil nama panjangnya yang lengkap. Celine memberanikan diri mendongak, menatap laki-laki yang kini resmi bukan tunangannya lagi itu. "Menyerahlah, Kalian! Agar hukuman kalian lebih ringan." Suara kapten Axelle menggema diantara puluhan orang termasuk para awak media yang ada di situ. Bergeming, sepi, dan hening. Kerumunan itu hanya menampakkan kesunyian yang berkepanjangan. Celine dengan tiba-tiba maju dan mengulurkan tangannya pada Axelle untuk menyerahkan diri. Sesaat Gama dan Axelle dibuat terpana dengan sikap sang dokter ini. "Celine!" Gama menarik tubuh gadis itu untuk kembali di sampingnya. Namun, gadis itu bersikukuh. "Aku yang ber
Baca selengkapnya
Bab 39. SALAH PAHAM
Baik Axelle da Arbia, berjalan masing-masing. Arbia ke rumah orang tuanya karena kakaknya, masih menggunakan rumah Zakaria sebagai kantor utamanya. Sedangkan di perusahaannya hanya sesekali saja dia datang. Masih nunggu pemulihan kondisi kesehatan Arbia. Kalau Arbia sudah sehat total barulah dia akan pindah kantor ke perusahaannya. Sementara, Axelle sebelum menuju ke gedung wali kota, di singgah ke kantornya dulu karena anak buahnya menunggu di sana. "Siapakan Pasulan Inti!" Dengan lantang Axelle memberi perintah kepada anak buahnya. "Siap laksanakan, Kapten!" Setentak pasulsn itu menjawab. Kapten Axelle memimpin pasukannya menuju gedung wali kota, untu penjagaan dan penyelamatan para pendemo yang sudah membludak di sana. Mereka mengiginkan Prabu Mangkunegara batal mencalonkan diri jadi wali kota yang srbentar lagi akan diadakan kampanye. Ini berhubungan dengan kasus tadi malam yang tiba-tiba mencuat ke media berita tentang munculnya sosok, Ga
Baca selengkapnya
Bab 40. PENYELAMATAN
"Monitor satu-dua, tolong kondisikan tempat demonstrasi. Dan bawa kendaraan ke jalan raya, Saya tunggu! Ganti." Demikian sekilas perintah Axelle pada anak buahnya yang dihubungkan lewat HT. Dan laki-laki dengan gelar kapten itu sudah melajukan mobilnya yang di ikuti oleh beberapa anak buahnya. Sebagian anak buahnya masih menjaga dan mengamankan tempat pendemo. Sebagian laki mengikuti perintahnya yang bergerak untuk menyelamatkan peculikan seorang Gama Pramudia. 10 menit yang lalu, Gama Pramudia diseret dan didorong masuk ke dalam sebuah mobil pribadi berwarna hitam dan di melaju meninggalkan tempat para demonstran di gedung wali kota. Mobil-mobil yang dikendarai para penculik dan para anggota polisi mampu mencuri perhatian seorang Praditia Wicaksana sebagai pemilik perusahaan penerbit itu, memicingkan matanya, karena mereka terlihat kebut-kebutan. "Ada apa itu? Siapa yang mau di selamatkan sama Axelle?" Praditia mengendikkan bahu sekilas. Meskipun dia
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
15
DMCA.com Protection Status