All Chapters of Cinta Sekolah Menengah Pertama: Chapter 31 - Chapter 40
69 Chapters
Bab 31 Mempertahankan atau Melepaskan
“SUMPAH! GUE KESEL BANGET SAMA YANG NAMANYA IKO DAN EYANG POER!” seru Lisa saat Matari selesai menceritakan kejadian selama liburan di Anyer.“Gue nggak terlalu kebawa perasaan kan? Wajar nggak sih gue marah atau sekedar kecewa?” tanya Matari kemudian. “Soal Eyang gue, itu udah biasa sih. Kalo Iko….”“Wajar banget! Iko itu aneh ya, kalo nggak ada Raline kadang tuh sikapnya agak-agak perhatian sama lo. Kalau ada, kaya buta banget orang-orang di sekitarnya. Udah gitu sok-sok ngajarin soal free sex, tapi dia sendiri ngelanggar! Aneh banget!”“Sebenernya, gue agak nggak yakin sih sama yang terakhir beneran ngelakuin apa nggak.”“Mau adu naif sama gue, Ri? Ri, gue nih hidup di dunia di mana semua itu lumrah terjadi. Bahkan beberapa temen di agensi gue, udah sering ngelakuin itu sama entah pacarnya, entah sutradara, entah fotografer. Itulah kenapa gue dimanagerin langsung sam
Read more
Bab 32 Kelas 2
Matari memarkirkan sepedanya di sebelah sepeda Sandra. Sandra akhirnya memutuskan untuk membeli sepeda juga, agar tidak membebani Matari. Hari Senin tahun ajaran baru, parkiran sepeda tidak terlalu penuh. Memang yang membawa sepeda di SMP mereka tak lebih dari 20 anak.“Kalo nggak pake rok, gue kira lo cowok,” kata seseorang di sebelah mereka pada Sandra.Matari melihat badge nama di seragam anak laki-laki itu, namanya tertulis Lingga. Setahu Matari, dia sama-sama anak kelas 2. Matari tidak terlalu mengenalnya secara personal. Dulunya, Lingga adalah penghuni kelas 1 E. Kelas yang paling adem ayem. Mereka terpisah dalam satu kelompok besar, tidak pernah tergabung dengan kelas lain, terkecuali Indah tentunya karena berpacaran dengan Joan.Sandra melotot. “Lo ngatain gue?”Lingga hanya tertawa. “Habisnya potongan rambut lo cepak banget. Kaya anak laki! Hahahah!”Sandra menendang sepeda Lingga. “Nggak usah bawa
Read more
Bab 33 Teman Baru
Hari kedua, Matari menyadari bahwa dia tidak duduk sendiri lagi di deretan depan. Ada sebuah tas tergeletak di sampingnya. Dan saat ini sudah ada kursi di sampingnya, karena hari sebelumnya dia hanya duduk sendirian. Didatanginya Echa yang tampak sedang sibuk menyisir rambutnya.“Sebelah gue siapa?” tanya Matari pada Echa.Echa mengangkat bahu. “Coba tanya Eve, dia datang paling pagi biasanya.”Eve yang sedang duduk-duduk di depan kelas juga menjawab tidak tahu. “Mungkin anak baru, karena pas gue dateng, tas dia udah ada di sana,” jawab Eve yang disambut dengan anggukan Hanni.“Gue denger emang ada anak baru yang masuk hari ini. Tapi cowok,” kata Hanni kemudian. “Coba kita tanya ketua kelas kita, si Agam.”Agam yang baru datang mengiyakan. “Masih di ruang Tata Usaha, katanya ngambil seragam.”“Cowok, Gam?” tanya Hanni penasaran.“Iya, cowok. Pind
Read more
Bab 34 Close to You
Matari hendak memejamkan matanya ketika teleponnya berdering beberapa kali. Menyadari bahwa tak ada seorangpun yang mau mengangkat telepon, akhirnya Matari beranjak keluar kamar. Anggota keluarga di rumah Eyang Putri sudah hapal jadwal telepon Davi, bahkan suaranya. Karena memang hanya satu-satunya anak laki-laki yang menelepon ke rumah dan mencari Matari hanya dia. Eyang Putri tak keberatan, karena bukan dirinya yang membayar tarif telepon Davi. Meskipun awalnya beliau sering menegur, namun lama-kelamaan beliau sudah merasa lelah menegur berulang-ulang yang mana bukan dirinya sebagai pihak yang dirugikan.“Halo….,” sahut Matari malas, karena siang itu dia cukup mengantuk.Matari pun sudah beradaptasi untuk tidak mengucapkan "Assalamualaikum" dengan seenaknya, karena dia tahu Davi yang menelepon.“Hai, Ri. Lagi apa? Lemes banget suaranya,” jawab Davi.“Iya Dav, ngantuk. Hoaaahmmm….!”“Oh, mau
Read more
Bab 35 Rumah Davi
“Ri, temenin gue dong. Plis, plis, plis. Gue udah bawain lo majalah nih. Gue males kerja kelompok di rumah Abdi tanpa lo!” seru Lisa saat istirahat di hari Kamis minggu berikutnya, yang telah memasuki bulan September.“Heiiii, gue ekskul panahan, kan udah mulai masuk nih,” sahut Matari. “Banyak anak baru dan gue diminta untuk nunjukin latihan dasar buat mereka.”Lisa merengut.“Emang Thea ke mana? Nggak sekelompok?” tanya Matari sambil meneguk es jeruknya tanpa sedotan, karena sedotan sedang habis.“Enggak. Kan ini kelompoknya dipilihin sama Bu Anisa, guru mapel Bahasa Inggris. Bener-bener acak. Yang lain gue nggak gitu kenal, makanya gue males ajak ke rumah gue buat ngerjain. Lagian Thea hari ini mantau penghitungan suara Osis. Besok Jumat bakalan diumumin kandidat pemenang kan. Jadi kayanya dia mau nebeng nama doang, atau maksimal besok abis kelar sekolah ngerjain bareng-bareng kelompoknya. Tapi mepe
Read more
Bab 36 Rencana Davi
Lisa hendak memanggul tasnya saat Davi menghentikan langkahnya.“Wah, kenapa, Dav? Gue ada pemotretan nih!” seru Lisa sambil memberi isyarat pada Thea agar tidak pergi keluar kelas duluan.“Gue pengen tanya sesuatu sama lo. Mungkin kalo Thea nggak keberatan, dia boleh gabung!” jawab Davi saat melihat Thea mendekat ke arah mereka.Abdi menyelimpangkan tasnya. “Guys, dia mau nembak Matari. Gimana menurut lo semua?”Thea mengangkat bahu sambil berkata, “Terserah aja gue sih. Yakin nih?”“Kata Lisa, Matari ada perasaan juga sama gue. Ya kan Lis?” timpal Davi.Lisa mengangguk kemudian berkata, “Gue yakin sih. Menurut lo gimana The? Sepemahaman nggak sama gue?”Thea terdiam sejenak dan menyahut dengan cepat, “Iya, kayaknya gitu. Btw, nanti gue diceritain aja ya, gue harus cabut duluan, ada rapat Osis.”“Siap, Bu Ketua. Sem
Read more
Bab 37 Pak Guru Haikal
Matari tiba di rumahnya sore itu dan mendapati sebuah motor H*nda seri terbaru di tahun 2001, terparkir dengan rapi di pekarangan rumahnya. Dan dari luar, dia bisa mendengar suara Ayahnya tertawa bersama seseorang. Itu masih hari Selasa, Matari tak menyangka, Ayahnya datang lagi setelah kembali ke kotanya bekerja hari Minggu sore. Apalagi motor tuanya tak tampak di mana-mana.“Assalamualaikum!” seru Matari sambil melepas sepatunya di depan pintu.Di ruang tamu tampak Ayahnya duduk santai dengan seorang laki-laki yang berusia tak jauh dari Ayahnya dan tampak asing. Setidaknya Matari baru pertama bertemu saat itu.“Waalaikumsalam. Ini dia anak gua yang kedua, Matari, yang kebetulan salah satu murid di SMP negeri yang lo mau masuk besok. Matari, sini salam, ini namanya Pak Haikal, dia calon guru pelajaran Tata Busana di sekolah kamu,” kata Ayah dengan nada semangat.Matari menyalami dengan sopan dan menatap Pak Haikal dengan baik-baik
Read more
Bab 38 Rocky dan Gitarnya
Matari hendak melangkahkan kakinya menuju parkiran sepeda saat melihat Davi sudah berdiri di samping lorong yang akan membawa mereka menuju halaman parkir. Davi selalu ada di sana, menunggunya pulang. Tanpa disuruh. Meskipun mereka akan berpisah masing-masing di gerbang sekolah karena Matari harus mengayuh sepedanya bersama Sandra. Sandra hari itu harus pulang cepat karena akan ekskul pramuka. Sedangkan Abdi, tentu saja mempersiapkan kejuaraan sepakbola antar SMP sejabodetabek yang akan digelar bulan November hingga Desember nanti.“Ri, mau ke parkiran?” tanya Rocky sambil mensejajarkan langkahnya di samping Matari.“Iya nih…,” sahut Matari sambil berjalan semakin dekat ke arah Davi.Rocky melihat Davi di sana, menatapnya tanpa ekspresi apapun.“Hai, Dav!” sapa Rocky.“Yoook…..!” sahut Davi acuh.Matari menghentikan langkahnya di depan Davi. Rocky ikut mendekat. Akhirnya mereka be
Read more
Bab 39 Jumat, 14 September 2001
Matari menatap Echa dengan bingung.“Seriusan?” ulang Matari.“Iya, pengumuman lomba mading untuk kelas 1 kan yang lo maksud? Udah selesai ditempel kok. Kalau kelas 2 masih lama, diduluin kelas 3 yang lomba Mading, takut kalau kelas 3 belakangan, ngeganggu jadwal mereka bimbingan menjelang Ujian Nasional. Emang sih tahun ini lomba mading dibedain dari tahun lalu, biar nggak bosen. Dan tahun ini hadiahnya seperangkat komputer, dikasih hibah dari perusahaan Papanya Lisa. Sekolah kita dapat 10 unit komputer tapi 3 buah diperuntukkan lomba Mading. Jadi masing-masing Angkatan dapat 1 pemenang. Biar pada niat ikutan lomba,” kata Echa panjang lebar.Matari tentu tidak menyangsikan perkataan Echa barusan. Terlebih dia menjabat sebagai ketua, menggantikan Kak Seno.“Tapi, gue diminta Lisa buat bantuin dia pasang pengumuman lomba. Jadi gimana dong?” tanya Matari.Echa mengerutkan dahi. “Ya udah, nanti gue coba tanya
Read more
Bab 40 Ekskul
Matari menyandarkan sepedanya dengan asal di dekat rombongan ekskul panahan yang sedang briefing. Hari itu hampir seluruh anggota ekskul telah membawa peralatan memanahnya masing-masing. Di kejauhan, tampak Davi berlari tergopoh-gopoh menuju Gedung serbaguna. Davi melambaikan tangannya pada Matari dan berlari cepat menuju ekskul teater yang sudah mulai. Mereka berdua sama-sama terlambat karena setelah jadian tadi siang, Davi mentraktir mereka berlima makan mie ayam di depan sekolah sebagai selebrasi kecil-kecilan. Setelah itu dengan kecepatan ganda, Matari dan Davi sama-sama segera pulang ke rumah dan mempersiapkan ekskul selanjutnya. “Tumben, lo telat,” bisik Echa saat melihat Matari duduk di sebelahnya. “Ada urusan,” timpal Matari. Echa menghela napas. Matari tahu, Echa sepertinya tampak lelah sekali dengan keadaan yang mengharuskan mereka berlatih lebih sering da
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status