Semua Bab Cinta Sekolah Menengah Pertama: Bab 41 - Bab 50
69 Bab
Bab 41 Tentang Davi
Deru mobil jeep tua terdengar berhenti dengan halus. Suara langkah kakak perempuannya yang selalu kasar dengan sepatu hak tinggi favoritnya berhenti di depan pintu utama. Davi hanya melirik sekilas dan kembali menonton tv di ruang keluarga. “Cklek,” terdengar suara pintu utama dibuka kemudian beberapa detik kemudian ditutup kembali. “Waduuuuh, enaknya santai depan tv sambil tiduran!” seru Kak Erika, kakak perempuan Davi, sambil duduk di sebelah kaki adiknya. “Udah kerjain PR belom lo?” “Males, entar aja!” tandas Davi cuek. “Eh, lo kudu rajin kerjain PR tahu!” timpal Kak Erika sambil menaikkan kakinya. “Ih suka-suka gue, udah sono, mandi, bauk tau!” “Eh, gue kasih tahu ya, seenggaknya kalau udah takdir muka lo jelek, minimal lo pinteran dikitlah!” “Anjiiiirrrrr, ngatain gue lo?” “HAHAHAHA!” “Ada apa sih ini ribut-r
Baca selengkapnya
Bab 42 Sorry not Sorry part 1
“Oke, ini nomornya Abdi 542XXXX, gue nggak tahu nomor rumahnya si Davi. Lo nanya Abdi aja dah,” kata Lisa di telepon.“Matari, jangan lama-lama!” seru Eyang Putri keras dari lantai bawah.“Makasih ya, Lis,” kata Matari.“Sama-sama. Semoga cepet kelar masalahnya. Baru tahu gue Davi ngambekan. Hahahah, ya udah sana!” sahut Lisa kemudian menutup telepon.Matari mengambil salah satu LKSnya dengan asal-asalan dari dalam kamarnya, kemudian turun ke bawah dengan cepat.“Yang, aku mau fotokopi di sebelah dulu, bentar ya!” seru Matari dan berjalan ke arah pintu.“Oke, ada uangnya nggak?” tanya Eyang Putri sambil melipat koran yang sedang dibacanya.Matari mendapat ide. Meskipun licik, tambahan uang fotokopi dari Eyang bisa membantunya untuk menambah biaya ongkos menelepon Davi di wartel (warung telepon*
Baca selengkapnya
Bab 43 Sorry not Sorry part 2
Namun, sampai hari Senin menjelang ekskul tambahan untuk panahan, Matari tidak melihat Davi. Entah karena dia menghindar, tapi Matari sama sekali tidak melihat anak laki-laki itu di manapun. Matari pun akhirnya tetap berkonsentrasi pada kegiatan memanahnya.“Cowok lo tuh!” bisik Echa pada Matari.Matari menoleh pada arah yang ditunjuk Echa. Tampak Davi duduk di tepi gedung serbaguna. Tampak mematung dalam diam sambil mendengarkan lagu dari headset-nya. Davi tampak berusaha tetap memegang ucapannya untuk menemani Matari selesai pulang ekskul. Rasa hangat menjalar di hati Matari. Ingin rasanya buru-buru ke sana dan mengobrol dengannya.“Yah, oke. Saya rasa cukup untuk hari ini. Memang ini masih bulan September, tapi hari akan cepat berlalu dan nggak akan terasa tiba-tiba bulan Maret 2002 datang. Lomba kejuaraan tingkat DKI akan dibuka. Saya akan kirim 3 orang kali ini. Matari, Echa dan Lilo. Lilo
Baca selengkapnya
Bab 44 Kisah Tentang Sandra
Sandra memang menyukai ekskul Pramuka melebihi apapun. Pokoknya bertualang dengan alam adalah favoritnya. Itulah kenapa dia sangat suka pada Lia. Lia memiliki kakak laki-laki yang bernama Bram yang aktif di kegiatan pecinta alam di kampusnya. Meskipun bandel, Bram sangat suka membagi pengalaman-pengalamannya saat naik gunung. Hampir separuh gunung di Indonesia telah didakinya selama bertahun-tahun ini. Makanya di SMP nya yang dulu, Sandra tergabung dengan ekskul Pramuka, karena untuk tingkat SMP masih belum ada ekskul pecinta alam. Saat ini pun, ketika dia pindah ke sekolah Matari, Sandra memilih ekskul pramuka dan langsung tergabung menjadi senior pengampu karena keberanian dan ketangkasannya.Sebagai senior, Sandra telah dipilih mewakili SMP untuk mengikuti perlombaan pramuka antar SMP se-DKI Jakarta serta mengikuti Jambore Nasional nantinya. Ketertarikannya pada aktivitas outdoor membuatnya se
Baca selengkapnya
Bab 45 14 Oktober 2001
 “Ciyeee, yang udah satu bulan jadian, makin mesra aja!” tandas Lisa saat melihat Matari dan Davi saling pukul-pukulan dan meledek satu sama lain di kantin.“Hehehehe, jadiiiii, kapan mulai ngapelin? Udah satu bulan loh!” ledek Abdi sambil membawa mangkok soto ayamnya yang penuh dengan nasi.“Gila lo, Di! Masih pagi udah makan segitu banyak?” tanya Thea saat melihat mangkok soto ayam milik Abdi.“Gue nggak sarapan, terus tadi ulangan IPS Sejarah. Laperrrr gue!” jawab Abdi sambil memberikan sambal banyak-banyak pada mangkok soto ayamnya.“Eh bocoran soal dong, gue masih besok!” kata Matari. “Lo kapan San?”Sandra mengangkat bahu. “Harusnya kemarin, tapi Bu Anita datang kesiangan, ada masalah sama kereta atau gimana gitu, nggak ngerti gue. Jadi masih minggu depan. Heheheh, iya dong, bocoran dong!&rdq
Baca selengkapnya
Bab 46 Dua Anak Baru
 “Matari!!! Sandra!” seru Pak Narto, wali kelas Matari di kelas 2 A.“Bentar, Pak, kita parkir sepeda dulu,” sahut Sandra setengah berteriak.Dengan buru-buru, Matari dan Sandra segera mendekati Pak Narto.“Hari ini, ada dua anak baru. Agak telat masuk memang, namun keduanya berbarengan masuk pindah ke sekolah kita. Salah satunya, yang perempuan, namanya Narita, dari Kediri. Kemudian yang kedua, laki-laki, namanya Rio, pindahan dari Bandung. Narita akan masuk ke kelas Matari dan Rio akan masuk ke kelas Sandra. Masing-masing dari kalian harap menemani mereka masuk kelas ya,” kata Pak Narto. “Mereka berdua sepertinya sudah datang dan menunggu di depan ruang kepala sekolah. Harap ditemani. Nanti perkenalan resmi akan dilakukan oleh masing-masing guru jam pelajaran pertama kalian. Oke?”Matari dan Sandra pun mengiyakan permintaan Pak Nart
Baca selengkapnya
Bab 47 Davi vs Rocky
Beberapa hari kemudian, saat Matari harus latihan untuk kejuaraan memanah di hari Jumat, Matari menyadari bahwa Davi telah tiba di sekolah terlebih dahulu dibanding dirinya sore itu. Kejuaraan dadakan sepakbola akan dimainkan oleh tim sepakbola cadangan, bukan tim inti, mengingat tim inti harus bermain untuk kejuaraan yang lebih besar, kejuaraan sepakbola tingkat SMP Se-Jabodetabek. Matari menikmati memperhatikan Davi dari pinggir lapangan saat Rocky mendekat.“Belum masuk?” tanya Rocky.Matari tersenyum tipis. Sejak informasi Lisa tempo hari, membuat Matari berusaha susah payah bersikap biasa saja, meskipun terasa susah terhadap Rocky. Di samping Rocky tampak Ricko berdiri mematung sambil mendengarkan walkm*n miliknya sendiri.“Kalian sendiri?” balas Matari.“Ekskul teater lagi libur. Sebagai gantinya kita harus hapalin naskah buat pementasan na
Baca selengkapnya
Bab 48 Narita
Bagi Matari, mendapatkan teman perempuan baru di kelas 2 A ini adalah hal yang menyenangkan. Paling tidak, kelas yang tadinya jumlah perempuannya ganjil menjadi genap. Dan paling enggak, Matari jadi punya teman satu kelas perempuan yang bisa diajak berpasangan jika pelajaran olahraga. Biasanya, sebelum kedatangan Narita, Matari akan berpasangan dengan Ibu Fitria, guru olahraga di kelas dua yang kebetulan perempuan juga. Berpapasan dengan Ibu Fitria selalu terasa canggung, karena selain galak, beliau juga terlalu perfeksionis dalam hal gerakan olahraga tertentu. Jika Matari tidak sesuai, dia akan disindir-sindir sepanjang sisa kelas olahraga.“Jadi, lo nggak punya sneakers?” tanya Matari suatu hari saat menyadari Narita tampak mengikuti pelajaran olahraga hanya dengan sepatu flat biasa berwarna hitam, warna wajib sepatu di sekolah mereka.“Beneran nggak ada kalo warna hitam. Makanya gue sementara pakai
Baca selengkapnya
Bab 49 Foto Davi
 “Apaan sih, Lis?” tanya Matari kesal saat dengan sedikit kasar, Lisa menariknya ke kamar mandi murid perempuan bersama Thea. “Lo juga, ketua Osis, masa diem aja ada murid diginin?”“Sorry, gue nggak ikutan, hahahah!” kata Thea sambil tertawa.“Sini, ini rahasia. Gue nyolong dan toloooong banget yaaaa, disimpen baik-baik, karena gue udah berbaik hati nyolongin buat lo,” kata Lisa sambil merogoh saku seragam SMP-nya.Matari tampak bingung, kemudian Lisa menyerahkan sesuatu di tangan Matari. Matari menatap foto berukuran 3 x 4 itu. Ternyata itu adalah foto Davi.“Kan anak-anak ekskul sepakbola disuruh ngumpulin pas foto 3 x 4 buat pendaftaran kejuaraan, nah pas mereka tadi ngisi formular, gue iseng diem-diem colongin satu foto Davi buat lo. Gimana? Seneng nggak?” tanya Lisa.“Ya ampun. Nanti kalau
Baca selengkapnya
Bab 50 Kesibukkan
  Matari menatap Davi yang masih bermain di lapangan sepakbola. Saat itu semburat senja mulai terlihat, jam telah menunjukkan pukul 5 lewat, namun Davi tampaknya tak ada tanda-tanda akan selesai. “Ri, aku kayanya masih lama deh. Kamu pulang duluan aja, gimana?” tanya Davi saat istirahat lima menit diinstruksikan oleh Pak Halim, guru olahraga yang melatih mereka hari itu. “Oh, gitu, ya udah pas banget. Aku capek. Pengen buru-buru mandi terus rebahan,” jawab Matari kemudian beranjak dari tempatnya duduk sejak tadi. “Iya, dua bulan lagi ada kejuaraan ya? Ya udah kamu pulang duluan aja ya,” kata Davi sambil mengelus rambut Matari dengan lembut. Meskipun mereka sudah berpacaran, sentuhan-sentuhan lembut Davi selalu berhasil membuat Matari berdegup kencang. Tidak terlalu berlebihan namun cukup membuatnya berbunga-bunga. “Ya udah, aku balik dulu y
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status