All Chapters of Cinta Sekolah Menengah Pertama: Chapter 21 - Chapter 30
69 Chapters
Bab 21 Tanpa Kata
Hari Senin, hari pertama liburan, Matari mulai membuka LKS*) yang sudah ditandainya dengan post note beberapa hari yang lalu. LKS yang dibukanya pertama adalah IPS Sejarah. Dia mendongak menatap jam dinding di kamarnya yang menunjukkan pukul setengah 10 pagi. Sandra telah pergi sejak pukul sembilan ke rumah Lia untuk mengerjakan tugas bersama. Kakaknya, tidak libur, karena ujian nasional untuk setingkat SMA akan diadakan di bulan Mei.Matari menatap beberapa list PRnya dengan enggan. Ingin dikerjakan namun tak ada semangat. Akhirnya dia beranjak ke halaman belakang, di mana Mbok Kalis berada sedang membersihkan rumput.Mbok Kalis berusia lebih tua sedikit daripada Ayahnya. Ikut berkerja di rumah Eyang Putri saat masih seusia dirinya. Sudah pernah menikah tiga kali, dua kali bercerai, yang terakhir suaminya meninggal terlebih dulu. Mbok Kalis sudah punya banyak cucu. Mungkin sekitar 5 atau 6 orang dari ketiga anak-anaknya yan
Read more
Bab 22 Perpindahan Kamar
Matari membantu Ayahnya menurunkan sisa-sisa furniture yang ringan. Furniture lama itu tampak bersih. Sepertinya sebelum di bawa, orang suruhan Ayah sudah membersihkannya secara detail. Dia memakai furniture bekas di kamar kakaknya dulu di rumah lama mereka. Sedangkan Bulan masih bertahan di lantai bawah, hanya mengeluarkan barang-barang milik Matari dan Sandra, kemudian pergi ke sekolah seperti biasanya.Sandra tampak bergantian membantu Matari dan Ayahnya yang sengaja ambil cuti untuk kepindahan kamar anak keduanya. Saat itu hari Jumat di penghujung liburan Ujian Nasional. Wajah Sandra tampak berseri-seri dengan adanya kamar baru miliknya. Matari pun tampak senang dengan keadaan itu. Dia merasa memiliki dunianya sendiri yang tanpa perlu berbagi dengan orang lain.Tante Dina yang ternyata juga cuti setengah hari di kantornya untuk mengurus perpanjangan kabel telepon dan membaginya dengan cara parallel
Read more
Bab 23 Persiapan Pensi 2001
“Kayanya lagu kedua mesti diganti deh. Nggak cocok banget sama suara Matari, tahu nggak?” tanya Lisa akhirnya. “Kecuali, lo bikinnya akustik. Suara Matari tuh cocoknya di lagu slow gitu loh.” Saat itu liburan Ujian Nasional sudah sepenuhnya usai. Masih tersisa beberapa hari menjelang pensi dan sekaligus pesta perpisahan anak kelas 3. Gilang menatap teman-temannya di ruang studio band milik Lisa. Hampir semuanya merasa sepakat dengan ucapan Lisa barusan. Gilang mengecek materi lagunya yang kedua. Lagu kedua yang direncanakan oleh mereka adalah My Sacrifice dari Creed, namun jelas itu tak cocok dengan tipe suara Matari. Si kembar hanya berbisik-bisik di dekat Reza, drummer dari kelas mereka. “Kenapa bisik-bisik?” tanya Gilang kesal. “Menurut gue, coba lo tanya sama Matari aja, dia mau lagu apa. Nanti buat materinya, kita sama-sama cari. Kalau Matari suka, dia akan enjoy
Read more
Bab 24 Pensi tahun 2001
Matari menatap lapangan sekolahnya yang telah disulap menjadi panggung pensi sekaligus perpisahan kelas 3. Saat itu begitu ramai. Runtutan acara berulang-ulang ditayangkan di layar proyektor yang dipasang di tengah panggung, dan beberapa titik yang cukup terjangkau untuk dapat dibaca oleh pengunjung. Acara belum mulai sepenuhnya. Sambutan pembukaan dari wakil wali kelas 3 telah berlalu satu jam yang lalu. Band Element masih bersiap di ruang VIP dadakan, yang terletak di dekat ruang Kepala Sekolah. Rencananya, Element hanya menyanyikan 3 buah lagu hitsnya. Sesuai yang sudah direncanakan panitia.Kali ini panitia dibantu EO besar, karena jika hanya mengandalkan panitia dari lingkungan sekolah tentu SDMnya tidak memadai. Apalagi memanggil band besar seperti Element. Keamanan harus diperhatikan. Mengingat acara dibuka untuk umum meskipun dikenakan HTM (Harga Tiket Masuk) yang murah dan terjangkau di kalangan pelajar SMP.“Nyokap lo dateng kan?” tanya Matari pad
Read more
Bab 25 Kenaikan Kelas
Matari mengerjakan ujian demi ujian kenaikan kelas dengan baik, kecuali ujian IPS Akuntansi dan Matematika. Namun atas bantuan dari Mia, yang duduk di sebelahnya sesuai abjad, dia bisa mengerjakannya dengan baik. Sebagai gantinya, Matari memberikan jawaban Bahasa Inggris agar Mia dapat mengerjakannya dengan baik pula. Mia adalah rangking pertama di kelas. Disusul oleh Haidar, kemudian Matari. Mia dan Haidar sama-sama pintar namun Mia orangnya lebih serius. Selisih poin rangking mereka hanya 1 poin semester lalu. Poin matari berselang agak jauh sekitar 5 poin, namun tetap membuatnya ada di peringkat ketiga di antara teman-temannya.Saat ujian berakhir di hari Sabtu, secara mengagetkan, Bu Anita memanggilnya dan teman-temannya yang tergabung dalam satu band perwakilan kelas mereka kemarin.“Maaf, Ibu sibuk sekali sampai tidak tahu kalian membentuk band kelas yang penampilannya bagus untuk penutupan acara. Lagu-lagu kalian yang tidak terlalu keras dan mudah dipahami
Read more
Bab 26 Ajakan Iko
Selama 13 tahun hidupnya, Matari bisa menghitung berapa kali dia pergi berlibur bersama keluarganya. Dulu, saat Ibunya masih ada, liburan akan diisi Matari dan Bulan secara bergantian di antar pergi ke Jakarta ke tempat Eyang atau ke tempat keluarga Ibu yang jauh di daerah Semarang. Namun itu pun hanya sesekali, karena berpergian ke Semarang membutuhkan biaya yang cukup lumayan. Paling sering dia akan menghabiskan waktu liburan di rumah Eyang saja. Sedangkan Kak Bulan akan berjalan-jalan sendiri tanpa dirinya keliling Jakarta bersama teman-teman barunya entah darimana. Bulan bisa dengan mudah mendapatkan teman di perpustakaan nasional, museum atau tempat-tempat seru lainnya. Berbeda dengan Matari, dia hanya akan bermain bersama Sandra jika sepupunya itu ikut datang juga. Sekarang, meskipun semuanya sudah berubah, Matari tetap sama. Akan menghabiskan waktu di kamar, menyewa buku novel dan komik sebanyak mungkin. Menghabiskan waktu liburannya hanya dengan membaca.
Read more
Bab 27 Anyer
Mobil van besar yang disewa Tante Indira dan suaminya, Om Baskara, sekaligus membawa sopir pribadinya kali ini. Kata Iko, biasanya, Om Baskara yang menyetir jika hanya sekitar Anyer, Bandung atau Bogor. Namun, karena ingin benar-benar bersantai, Om Baskara pun akhirnya mengajak Pak Raden, sopir pribadi mereka, ikut serta. Tak lupa Kang Udin, salah satu ART laki-laki di rumah Om Baskara ikut menemani. Kang Udin dibawa karena mereka berencana untuk mengadakan pesta BBQ di malam terakhir di resort terbesar di kawasan Anyer tersebut.Matari sejujurnya malas satu kamar dengan Raline. Dia masih kurang cocok dengan gadis cantik itu karena berhasil menjadi pacar Iko. Walaupun sekarang Matari sudah tidak menyukai Iko seperti dulu, namun tetap ada yang mengganjal di hatinya.Raline sendiri tampak tak terlalu perduli dengan kehadiran Matari. Meskipun satu kamar, Raline lebih sering menelepon dengan handphone-nya. Raline yang dulu pertama kali dike
Read more
Bab 28 Saran Abdi
Matari membuka matanya lagi. Saat dilihatnya jam tangannya, sudah pukul 7 pagi. Dia ketiduran lagi. Samar-samar terdengar suara Iko dan Raline dari arah area dapur. Matari mendongakkan kepalanya. Tampak olehnya Iko dan Raline tengah memasak mie instan bersama sambil bersenda gurau. Matari menarik napas lega. Entah pikiran jelek apa yang merasukinya tadi pagi-pagi buta, namun dia senang melihat Iko dan Raline berada di sana.“Good morning, putri tidur. Enak bobo di sofa?” sapa Iko saat melihat Matari terbangun dan memperhatikan dirinya.“Hehehe. Maaf ketiduran…,” kata Matari sambil mengucek-ucek matanya.“Sorry ya, semalam mau bangunin elo tu nggak enak, ya udah gue biarin aja di situ. Udah nyenyak banget kayanya,” sahut Iko sambil mengambil mangkok yang memang disediakan oleh fasilitas hotel. “Mau mie nggak? Sarapan baru dianter ke kamar sekitar jam 9 nan. Soalnya s
Read more
Bab 29 Penjelasan Kamal
Malamnya, yang berarti malam kedua bagi Matari, setelah makan malam di restoran seafood dekat hotel, Matari kembali ke kamarnya bersama Dian. Matari cukup merasa beruntung ada Dian di sampingnya. Meski dia tak banyak mengobrol, setidaknya Matari merasa senasib dengan gadis kecil itu. Menumpang liburan dengan keluarga lain. Hal yang baru disadarinya, ternyata menumpang liburan, meski dengan hotel sebagus apapun, tidak terlalu membuatnya nyaman.Padahal, Tante Indira dan Om Baskara tidak terlalu ikut campur dengan urusan anak-anak yang ikut dengan mereka. Mereka benar-benar menikmati liburan dengan caranya sendiri. Anak-anak yang sudah dianggap lebih besar dan bisa bertanggungjawab, sama sekali tidak terlalu diatur ini-itu. Hal itu tentu berbeda dengan cara Eyang Putri atau Ayah Matari di rumah. Jika mereka ada di sini, pasti akan ada aturan-aturan tidak tertulis yang harus ditepati.Banyak hal yang dilakukan Matari bersa
Read more
Bab 30 Dalam Diam Matari
Matari membuka matanya dan langsung merasa bersyukur. Dia benar-benar berada di dalam kamarnya sendiri sekarang. Liburan 4 hari 3 malam di Anyer terasa bagaikan mimpi. Dia masih agak linglung dan lelah setelah perjalanan jauh yang beberapa kali tersendat macet karena ada kecelakaan besar di tengah perjalanan pulang mereka kembali ke rumah. Sesampainya di rumah pun, Matari tak banyak bicara dan langsung tertidur di kamarnya hingga menjelang maghrib.“Neng, saya masuk ya?” suara Mbok Kalis mengagetkan lamunannya.Pintu kamarnya yang baru disadarinya tidak tertutup sepenuhnya, memperlihatkan siluet Mbok Kalis membawa nampan.“Iya, Mbok. Masuk aja. Aku udah bangun, kok!” sahut Matari.“Ini ada teh dicampur madu sama lemon. Kata Eyang Putri buat Neng. Soalnya tadi pas turun mobilnya Bu Indira mukanya pucet banget dan pandangan matanya kosong. Takutnya Eyang, ada yang nempel. Hehehe…,” sahut Mbok Kalis sambil tertawa k
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status