All Chapters of Own Crowning: Reinkarnasi Menjadi Ratu: Chapter 21 - Chapter 30
35 Chapters
Disangka kabur?!
Meira kembali ke istana dengan pikiran yang penuh. Bagaimana ini? ia sulit mencerna semuanya. Ia pulang dengan gontai. Ia masuk istana dengan semua tenaganya. Belum lagi pemeriksaan ketat dari penjaga istana. Untung saja Meira sudah di kenal oleh mereka."Tak disangka orang yang kita bicarakan datang juga. Kau mau kabur kemana, huh!??"  Belum lagi Meira sempat beristirahat ia sudah disuguhkan pemandangan yang tak enak. Menghabiskan waktunya saja."Menungguku, huh?" Meira menatap Sarah remeh. Sengaja ia ingin melancarkan rencananya. Kesempatan yang bagus untuk mempermalukan Sarah. Ada Vartan, Tera, Risa dan para dayang."Kau lupa ingatan? apa kepalamu terbentur karang?" sindir Sarah.Dengan wajah menantang, Sarah maju. Ia percaya bahwa banyak yang  akan mendukung argumen darinya. Hanya saja ia merasa harga dirinya ciut setelah melihat ekspresi Meira yang setenang mungkin."Ada apa? kenapa kau marah padaku? aku baru saja kembali dan kalian
Read more
Terima ini!
Pagi yang sangat indah. Indah bagi Meira yang sedang mengalami kemenangan. Bagaimana rasanya? Yah, rasanya bagaikan memenangkan lotre!Meira bangun. Bukan karena terpaan sinar matahari ataupun kicauan burung. Ia terbangun karena ingin bangun. Hebat bukan?Suara pintu terbuka. Rodiah datang membawa nampan yang berisi roti dan susu. Rodiah pun meletakannya di Meja."Susu yang segar. Apa ini baru diperah?" Tanya Meira sekedar basa basi.Rodiah duduk setelah Meira duduk. Bukan sifat Rodiah yang tak sopan, hanya saja Meira tidak ingin diperlakukan dengan embel embel ratu. Ia juga sudah tau dia ratunya disini."Aku tidak tau Nona Meira. Nanti aku tanyakan," Jawab Rodiah."Ah, kau ini! aku hanya bercanda!" Meira menepuk pelan bahu Rodiah. Hal ini sangat canggung. Karena memang jarang terjadi diantara ratu dan dayang."Kalau begitu, bawa aku berkeliling kota. oh, ya...sepertinya aku mau ke pasar!" Meira membuka lemarinya. Walau dia masih di i
Read more
Cemburu
Bug...satu tinjuan berlabuh.pak...satu tamparan melayang.bug..pak..bug..pak..Tinjuan dan tamparan bersatu.Kini mereka menjadi pusat perhatian pasar. Awalnya rakyat sedang menonton Vartan dan sarah memanah. Namun, berakhir mempertontonkan Meira dan pria bangsawan."Berani sekali wanita itu," seorang anak muda berbisik pada temannya."kalau aku akan sadar diri untuk tidak melawan,"Bisik bisik terdengar. Mereka yang tidak mengenal Meira akan menganggap Meira rakyat kelas bawah dengan pakaiannya. Mereka yang mengenal Meira hanya diam ketakutan."Hey, wanita! kau terlalu berani, ya?!" Pria itu menjambak Meira kasar. Namun, Meira meraih tangan pria itu dan memelintirkannya ke belakang. Meira pun menyeret paksa pria itu kehadapan orang banyak dengan keadaan tangan pria itu yang masih terpelintir."Kalian mau di perbudak oleh bangsawan ini?!!" setelah menghempas kasar pria itu Meira tanpa segan menunjuk pria
Read more
Ola dan Harry
Dengan menahan Marah, Meira kembali untuk pulang. Namun, ditengah jalan ia bertemu sosok yang tak disangka akan ditemuinya disaat seperti ini."Ola...Harry... Sumpah, aku merindukan kalian!!" Meira pun berhambur memeluk 2 orang itu. Mereka yang dipeluk akhirnya memberikan peluk juga."Ah, Meira. Kau kemana saja. Kau pergi tak meninggalkan jejak sedikit pun. Oh, Ya! siapa wanita yang ada bersamamu?" Harry sedari tadi penasaran dengan wanita yang mengikuti Meira. Daripada ia mengurung rasa penasarannya, lebih baik ia bertanya."Oh, iya. Ini sahabat baikku. Perkenalkan Namanya Rodiah. Ayo Rodiah perkenalkan dirimu,""Nama saya Rodiah,""Saya Ola dan ini Harry,"Setelah berkenalan, mereka mengobrol ringan di tempat yang sejuk. Mereka bercerita tentang hal yang menurut mereka lucu. Sekali lagi, Meira tak menceritakan identitasnya. Hmm, sebagai ratu."Yang Mulia, kami mencari Yang Mulia kesegala tempat. Namun, kami menemukan Yang Mulia disi
Read more
Rutinitas
Afroja. Yah, tempat dimana Meira bertahta. Dengan mahkotanya, sebagai identitas bahwa ia adalah pemimpin. Mahkota yang penuh kilau itu dipakainya. Jangan lupakan rompi kebesarannya. Ia berjalan menuju singasana dan duduk disana."Deas! Apa ada masalah disini selama aku tak ada?" Tanya Meira.Dengan berkeringat dingin, Deas berdiri dihadapan Yang Mulia. Bibirnya tergigit olehnya. Ia ingin berkata, tapi takut. Begitulah."sejauh ini tidak ada, Yang Mulia." Deas masih dengan posisi berjongkoknya. Ia masih was was dengan pertanyaan selanjutnya yang akan dilontarkan Meira."Aku tak yakin dengan itu. Sudah berapa kepala yang kau sikat?"Akhirnya pertanyaan itu keluar. Deas jelas sedang menahan tangis. Jika ia mati sekarang, siapa yang akan memberi makan anaknya?"T-tidak ada Yang Mulia. Negeri aman." Jawab Deas dengan gugup."Kalau begitu pergilah! Kau pikir aku bodoh! Lain kali jangan ulangi. Kau tau kan apa yang kau dapat jika melanggar p
Read more
Penginapan
Setelah mereka lama berkuda mencari penginapan, Akhirnya mereka menemukannya juga. Penginapan yang sangat mewah. Tapi, tunggu! Mengapa ada penginapan mewah di tengah hutan yang membara?Tanpa berpikir lagi, Meira memutuskan untuk masuk saja. Karena, sudah 5 jam mereka mengembara. Rodiah dan para pengikut lainnya ikut masuk setelah perintah Meira."Disana ada kamar yang Mewah, Yang Mulia. Apa kau mau beristirahat disana?" Tanya Rodiah"Aku dikamar biasa saja. Kita disini bukan untuk berlibur. Kamar kalian harus ada disebelahku. Aku hanya ingin menghindari bahaya buruk yang akan mengenaiku,""Rodiah, kau satu kamar denganku! bukankah kita sahabat?"Dengan tak enak hati, Rodiah akhirnya menuruti saja kemauan Meira. Daripada kepalanya yang menjadi sasaran?"Oh, ya. Rombongan Naomi dan dayang lainnya bagaimana?" Tanya Meira sebelum ia melanjutkan perjalanannya memesan kamar."Mereka menyusul, Yang Mulia. Merrka akan membawa tambahan barang
Read more
Bocah Berkucir Dua
"Ayo, berbaris ya anak anak! yang rapi. Kalau nggak rapi, Ratu gak bakal ngasih roti enaknya!!" perintah Meira pada anak anak yang kumuh."Yey..." anak anak itu berbaris dengan rapi. Mereka terlihat ingin memakan roti yang dibawakan Meira.Meira pun membagikannya kesatu persaru anak yang ada. Tak lupa ia memberikan belaian pada anak anak itu."Terimakasih ratu cantik. Semangat bekerja, ya!" Anak berkucir 2 itu memeluk Meira. Meira yang merasa ketinggian pun berjongkok untuk mensejajarkan tingginya."Pasti," Meira memberikan permen pada anak itu dan meletakan salah satu jarinya di bibir."ssssttt, jangan beritahu siapa siapa! ini rahasia kita okee!" Meira memberikan kedipan di mata kirinya pada anak itu sementara anak itu membalasnya dengan mengedipkan semua matanya. Mungkin, ia tak bisa berkedip."Ratu! Jangan sering menyimpan sesuatu untuk sendiri! Berbagilah! Mungkin sangat sulit namun kita akan lega setelah melakukannya!" .Setelah
Read more
Vartan
Meira menempis tangan Vartan lembut. Vartan pun memberikan tatapan bertanya. Seolah Meira paham, ia pun memberikan jawaban."Aku takut,""Aku takut, suatu hari nanti kau seperti Hesa. Dia bilang akan menikahiku, tapi ia lebih memilih menikah dengan Tera,""Walaupun gagal juga, tapi hatiku tetap sakit!" Jelas Meira.Sebenarnya, ia tak mengenal Hesa. Namun, ia harus paham kondisi agar tak ketahuan kalau ia adalah reinkarnasi. Tapi, keadaan Meira dan Clarissa benar benar sama. Sehingga rasa sakitnya pun sama rasanya."Aku tak akan pernah sama dengannya," ucap Vartan."Aku tahu. Tapi untuk menghilangkan rasa sakit itu perlu waktu untuk membuka hati lagi," Meira berdiri untuk mengambil apel yang sedari tadi menarik perhatiannya. Sejenak, ia memakannya sebelum melanjutkan pembicaraan ini."Aku mengerti, tapi sampai kapan? jujur aku ingin menyerah. Aku lebih banyak berjuang. Mencarimu ke penjuru negeri, mengikutimu  kemanapun pergi, mel
Read more
Seperti Aku
  Gerimis dari semalam belum usai. Pagi yang sedikit gelap. Dedaunan yang tertiup angin pun bisa terdengar. Gerimis tapi angin kencang. Suara petir pun juga turut andil dalam kekacauan kecil di pagi hari.  Seorang wanita masih meringkuk di balik selimut. Udara yang dingin tak mendukungnya untuk bangkit dari tempat tidur. Tok..tok..tok..  Dayang masuk untuk menyediakan perlengkapan mandi Ratu mereka. Tak hanya itu, mereka juga menyediakan sarapan, karena mereka yakin Meira tak akan makan di ruang makan.  "Selamat pagi, nona. Pagi sudah menyongsong. Apakah nona tak mau bangkit untuk sekedar minum teh?" Rodiah masih berdiri menunggu Meira bangun. Tak  butuh waktu lama , Meira akhirnya bangkit juga. Ia meregangkan badannya agar tidak lemas. Matanya masih sulit dibuka.  "Letakan saja. Kalian tunggu di luar. Aku akan mandi setelah memakan sarapan ini,"   "kalian bersiaplah kita akan pergi mengelil
Read more
Perpisahan
  Sesampainya mereka ke istana. Meira menyediakan perlengkapan untuk Lais. Seperti kamar, pakaian, mainan dan makanan karena kebetulan mereka baru pulang dari perjalanan.   "Wah, bangunannya besar sekali. Dimana rumah kita, bu?" Tanya Lais penasaran. Sedari tadi yang ia lihat hanyalah bangunan besar dan megah dengan halaman yang luas.   "Bu, kita tidak boleh masuk sembarangan. Ini adalah rumah ratu!" Pinta Lais dengan polos.Meira yang mendengar itu tersenyum kecil. Anak itu sangat ketakutan masuk ke wilayah istana. Namun, Meira tetap saja menuntun Lais masuk.   "Tak apa apa! Kita masuk saja. Ratu tak akan marah karena dia orang baik," Lais mengangguk mendengar tuturan Meira. Ia semakin mengeratkan genggamannya pada ibu barunya. Semoga hal ini adalah awal yang positif.    "Rodiah, Naomi!"    "Ada apa, Yang Mulia?" 
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status