Semua Bab Gairah Cinta Berselimut Takdir: Bab 91 - Bab 100
194 Bab
Bba 89 Puzzle 3
Tescara memberi isyarat untuk menaikkan taruhannya. Kini, sepuluh tumpuk koin chip berwarna orange dipertaruhkan oleh pria itu. Sedangkan Bella menghela napas halus. Meskipun gadis itu telah mengetahui ronde pertama permainan mereka akan berakhir seperti apa jika melihat gelagat dari Tescara yang berani mempertaruhkan banyak koin, tetapi Bella tetap enggan mundur dari permainan.Bella memberi isyarat pada Emma yang berdiri di belakangnya untuk mengikuti alur permainan. Beruntung, di dalam kantung kain putih yang sejak awal Emma bawa terdapat banyak koin emas yang ia dapat dari jatah bulanan Duke Marthin. Kini, sepuluh tumpuk koin chip juga dipertaruhkan oleh Bella.Kemudian sang bandar menyajikan dua kartu berikutnya di atas meja dan membukanya, kartu As Sekop dan As Keriting. Bella seketika melempar dua kartu di tangannya."Full house!" ujar si bandar dengan suara meninggi saat melihat tiga kartu As dan dua kartu Keriting yang didapatkan oleh Bella.Deng
Baca selengkapnya
Bab 90 Puzzle 4
Bella memacu kuda hitamnya menyusuri hutan untuk kembali ke mansion kediaman Duke Marthin. Sedangkan Emma yang duduk di belakang Bella tidak ada hentinya untuk terkekeh kecil. Gadis mungil itu begitu merasa senang akan kemenangan Bella di Rodenbar sebelumnya. Namun, saat sedang sibuk tersenyum, Emma tiba-tiba mengernyitkan dahi. Ia seketika menoleh ke belakang karena merasa jika ada yang mengikuti mereka."Lady! Sepertinya ada yang mengikuti kita," bisik Emma pada Bella saat memacu kuda.Gadis berambut cokelat hazel itu justru tersenyum tipis, "Aku sudah mengetahuinya. Tentu saja mereka tidak akan membiarkan kita pergi begitu saja, Emma," desis Bella bersamaan dengan kedua tangannya yang menghentakkan tali kekang kuda. Bella berusaha mengecoh seorang penguntit yang diam-diam mengikutinya dari belakang.Hingga akhirnya, Bella dan Emma yang tengah menunggang Horsie kini bersembunyi di balik pohon besar. Seorang pria bertubuh kekar yang menunggang kuda
Baca selengkapnya
Bab 91 Puzzle 5
Bella melangkah masuk ke dalam sebuah kamar bergaya Eropa klasik dengan nuansa yang lebih didominasi warna putih. Terlihat berbagai ukiran seni Romawi yang ada di bagian langit-langit kamar, lukisan-lukisan indah yang juga berbingkai putih, serta sebuah dipan yang dihiasi dengan tiang tinggi di bagian sudut-sudutnya. Kamar itu terkesan elegan dan mewah.Di dalam kamar itu, juga terdapat seorang wanita cantik yang sedang terbaring di atas dipan dengan balutan gaun tidur berwarna putih tulang. Bella segera mendudukkan tubuh di pinggiran dipan tersebut. Sebelah tangan Bella kemudian menggenggam erat tangan wanita yang terbaring di sampingnya dengan sudut bibir terangkat ke atas, mengulas senyum. Wanita itu adalah Liliana, Ibu kandung Bella."Apakah ada sesuatu yang terjadi denganmu, Sayang?" ujar Liliana dengan lembut yang entah mengapa begitu peka.Bella mengernyit, "Memang apa yang sedang terjadi denganku, Ibu? Tidak ada yang terjadi denganku. Apa kau tidak melih
Baca selengkapnya
Bab 92 Puzzle 6
"Apakah ada orang di sana?"Tidak ada jawaban. Bella dan Emma hanya saling melemparkan pandangan dengan bola mata membeliak. Raut wajah menegang seketika terlukis di wajah cantik keduanya. Terdengar suara langkah kaki Dorothy yang sedang berjalan mendekat, membuat Bella dan Emma kian bergidik ngeri. Tentu saja sebuah hukuman dari Duke Marthin telah siap menanti jika Dorothy sampai melapor.Namun, sepertinya Dewi Fortuna sedang berada di sisi dua gadis itu. Tiba-tiba terdengar suara pekikan yang memanggil Dorothy sambil berlari, "Kepala pelayan!" Seorang wanita pelayan bawahan Dhoroty berlari menghampiri sembari menjinjing bawahan seragam pelayannya yang berwarna hitam putih dengan kedua tangan."Ada apa?" Dorothy menajamkan mata.Dengan napas terengah-engah, wanita pelayan itu membungkuk dengan kedua tangan yang bertengger di kedua lutut, kelelahan. Menegakkan tubuh, pelayan tersebut justru mendekatkan bibirnya untuk berbisik lirih pada Dorothy. 
Baca selengkapnya
Bab 93 Puzzle 7
"B-baik kami akan melakukan apa saja. M-memang apa yang harus kami lakukan, Lady?"Bella berdesis lirih, "Mudah saja, kalian cukup merahasiakan tentang kedatanganku ke mari. Anggap semua pembicaraan kita tadi tidak pernah terjadi.""I-itu saja?!" Tampak raut wajah terkesiap di kedua wajah si penjaga. Tentu saja mereka akan melakukannya dengan senang hati. Itu adalah syarat paling mudah yang pernah mereka dengar jika berurusan dengan seorang bangsawan.Bella mengangguk elegan kemudian melewati mereka begitu saja, diikuti Emma yang berjalan di belakangnya dengan menatap tajam kedua si penjaga. Ya, gadis bersurai cokelat itu memang telah memperkirakan semuanya. Ia sengaja membawa tanda pengenal. Di sisi lain, Bella juga tidak ingin membuat keributan karena ia juga keluar dari mansion Duke Marthin secara diam-diam. Gadis itu hanya ingin menakut-nakuti dua penjaga menyebalkan itu dan memastikan kedatangannya di tempat ini aman, tidak diketahui.Ki
Baca selengkapnya
Bab 94 Puzzle 8
Benito membawa Bella melewati sebuah lorong rahasia yang ada di lantai dua Mylos. Pencahayaan temaram menyergap lorong tersebut. Sumber cahaya hanya berasal dari lilin-lilin yang terletak di tempat lilin kuno berwarna kuning keemasan bercabang tiga yang ada di sepanjang lorong.Benito yang berjalan di depan Bella kemudian membuka sebuah pintu, "Silakan masuk, Lady," ujar pria paruh baya tersebut dengan senyuman ramah pada Bella yang sedang menatapnya. Bella mengangguk dan tersenyum dengan sopan. Langkahnya mulai masuk ke dalam ruangan seraya mengedarkan pandangan. Sementara Benito menutup pintu ruangan itu dan melenggang pergi. Kembali menoleh ke depan, Bella justru melihat ruangan yang dipenuhi dengan buku-buku kuno yang tertata rapi di dalam rak-rak buku yang berjejer dan menjulang tinggi. Ruangan itu justru tampak seperti sebuah perpustakaan. Di ujung ruangan tersebut, terdapat sebuah meja dengan dua kursi kayu mahoni yang saling berh
Baca selengkapnya
Bab 95 Puzzle 9
Meletakkan kembali sebatang cerutu di atas asbak, pria itu kemudian menegakkan tubuh. Ya, ia sedikit terkejut dengan pertanyaan Bella. Sebab, sesungguhnya dia memang Tescara—sebuah nama samaran yang terkenal di wilayah Carpania dan juga Rodenbar Casino. Bahkan, bangsawan yang sering mendatangi Mylos juga tidak ada yang mengetahui indentitas sebenarnya dari pria berjubah hitam tersebut. "Ternyata kau lebih menarik dari dugaanku. Gadis bangsawan sepertimu pernah memasuki tempat seperti Rodenbar." Bella mengangkat sebelah alis, "Apakah itu begitu penting? Kuyakin kau adalah Tescara. Apakah tebakanku benar?" Pria itu tersenyum menyeringai, "Dan apakah jawabanku juga begitu penting untukmu, Lady? Aku tidak menyangka jika kau menaruh perhatian pada seorang rendahan sepertiku." "Perhatian?" Bella membeliak, "Kurasa kepercayaan dirimu terlalu tinggi, Tuan. Bagaimana mungkin aku menaruh perhatian pada pria yang sangat menyebalkan dan arogan bahkan di awal pert
Baca selengkapnya
Bab 96 Puzzle 10
Tiga hari setelahnya. Beberapa putri bangsawan kini tengah terduduk di sebuah meja bulat berukuran cukup besar yang berlapis taplak putih berenda yang ada di taman kediaman Duke Marthin. Berbagai macam camilan yang terdiri dari kue-kue kering seperti muffin, cookies, potongan tart strawberry beserta teko dan cangkir putih tertata rapi di atas meja tersebut. Mereka sedang menikmati pesta minum teh di taman yang ditumbuhi ratusan bunga mawar, di dekat air mancur. Bunga mawar yang ada di taman itu memang identik dengan simbol keluarga Duke Marthin yang juga melambangkan bunga mawar. Para keluarga bangsawan memiliki simbol tersendiri untuk melambangkan keluarga mereka. Sedangkan istana kerajaan Aldovia berlambangkan mahkota emas."Anda semakin hari semakin terlihat cantik, Lady. Bahkan, gaun merah yang Anda kenakan saat ini membuat Anda terlihat seperti bunga mawar yang elegan," ujar seorang putri bangsawan bernama Anne pada Bella yang duduk di sebelahny
Baca selengkapnya
Bab 97 Puzzle 11
"Ayah ...." Bella terkesiap sebelum akhirnya tersenyum kikuk, "Sedang apa Ayah di sini?" tanya Bella mengalihkan pembicaraan."Aku hanya sedang berjalan-jalan," jawab Duke Marthin dengan wajah datar. "Dan kau sendiri? Bukankah sekarang sedang ada jamuan teh di taman?"Bella kembali membeliak sembari menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, "A-aku ... hanya sedang tidak enak badan dan ingin berjalan-jalan sebentar untuk mencari udara segar, Ayah."Duke Marthin menukikkan sebelah alis, masih berhiaskan dengan wajah datar. Pria paruh baya yang tampak berwibawa dan ditemani oleh seorang Ksatria di belakangnya itu memperlihatkan ekspresi sedikit curiga, "Bukankah jika tidak enak badan lebih baik kau gunakan untuk beristirahat di kamarmu, Bella?" Bella menghela napas panjang. Sepertinya kali ini ia tidak bisa bersenang-senang dengan Emma karena tertangkap basah oleh ayahnya. "Emm ... ya, sepertinya kau benar, Ayah. Lebih baik aku pergi ke kamarku untuk beri
Baca selengkapnya
Bab 98 Puzzle 12
"Kurasa kita tidak cukup dekat untuk saling bercerita tentang hal itu, Aurora," jawab Bella lempeng berhiaskan dengan wajah datar."Emm ... aku hanya penasaran saja tentang perasaanmu yang akan bertunangan dengan seorang Pangeran Neraka. Percayalah! Aku benar-benar turut berbahagia atas pertunanganmu dengannya, Bella. Kuharap kau berbahagia." Aurora tersenyum miring dan terlihat begitu menyebalkan.Bella menghela napas jengah dan tetap menampilkan seraut wajah datar. Gadis itu benar-benar tidak ingin berdebat dengan wanita laknat di hadapannya. Sedangkan Aurora terus menerbitkan senyuman miring di bibirnya. Gadis bersurai pirang kemerahan itu merasa senang jika melihat Bella menderita.Hingga akhirnya, kereta kuda yang membawa mereka telah sampai pada tujuan, yaitu istana Kekaisaran Aldovia. Kereta kuda itu sedang memasuki halaman istana yang cukup luas dan tampak sangat indah. Meskipun di malam hari, lampu-lampu kuning di sepanjang jalan halaman istana tetap ma
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
89101112
...
20
DMCA.com Protection Status