All Chapters of Mendadak Dinikahi CEO Tampan: Chapter 71 - Chapter 80
154 Chapters
Bab 70. Menyusul Zeca!
Gisa dan Danisha masuk kedalam ruangan mereka, setelah Danisha dapat menormalkan kembali ekspresinya dari keterkejutan. Siapa yang tidak terkejut, jika ternyata teman magang yang merupakan juniornya, adalah istri dari pemilik perusahaan tempat dia mencari nafkah. Gisa dan Danisha menempati tempatnya masing-masing. Gisa mulai mengerja kan apa yang menjadi tugasnya. Ini adalah Minggu terakhir Gisa bekerja sebagai anak magang dan tinggal menunggu pemberitahuan tentang diterima atau tidaknya Gisa sebagai karyawan tetap di perusahaan Ganendra Group. Saat mereka semua tengah fokus pada pekerjaannya masing-masing, tiba-tiba ... BRAK ... Seseorang menggebrak meja dengan cukup keras, sehingga mengagetkan semua orang yang ada di ruangan tersebut. Gisa memegang dadanya sambil terjengkat karena kaget. Sementara Danisha dan Milea, latah dengan menyebutkan hal-hal yang menggelikan. "Derina!" bentak Danisha. Ya! Yang menggebrak meja a
Read more
Bab 71. Senjata Makan Tuan.
"ZEZE!!" bentak Abhi refleks sambil menarik tangan Zeca untuk menjauh dari pria tersebut. Semua orang yang hadir memfokuskan perhatiannya pada Abhi, termasuk Tuan Arsenio. Zeca membulatkan matanya tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. "Kak Abhi!" pekik Zeca dengan kedua tangan yang terangkat menutup mulutnya. "Baby, dia siapa?" tanya seorang pria yang tadi Zeca cium pipinya. "Baby? Baby, kamu bilang? Ch!" Abhi berdecih sambil tersenyum sumbang. Kedua tangan Abhi terlipat pada pinggang nya. "Abhi!" bentak Zeca. Abhi melebarkan matanya tidak percaya kalau Zeca berani membentaknya demi membela pria tersebut. "Jadi pernikahan ini didasari atas suka sama suka? Bukan karena perjodohan? Begitu?" tanya Abhi menggebu. Zeca mengerutkan keningnya. "Kenapa Kak Abhi marah? Kalau pun saya menikah, apa hubungannya dengan, Kak Abhi?" tanya Zeca bingung. Abhi tertawa sumbang mendengar pertanyaan dari Zeca. Memang benar, kena
Read more
Bab 72. Membenci Stroberi!
Catra selalu pulang larut malam. Abhi yang belum kembali ke tanah air, membuat Catra menyelesaikan segala pekerjaannya seorang diri. Seperti malam ini. Jam sudah menunjukan pukul 9 malam, namun Catra masih berada di dalam ruangannya. Setelan jas nya pun, sudah Catra tanggalkan. Dia berganti pakaian dengan kaos polo shirt navy, yang ada di dalam lemari ruang kerjanya. Catra tengah fokus mengecek laporan dan menandatangani beberapa dokumen penting. Dia juga sudah beberapa kali meregangkan tubuhnya yang lelah. "Abhi! Jangan harap kamu mendapatkan gaji untuk bulan ini!" ancam Catra yang masih fokus pada pekerjaannya. Catra terperanjat kaget, saat tiba-tiba sebuah tangan melingkar pada lehernya. Selain sebuah pelukan, Catra juga dikejutkan dengan kecupan yang mendarat pada pipinya. Catra menyingkirkan tangan tersebut, kemudian memundurkan kursinya. Sebuah senyuman terpatri dari bibir Catra, saat mengetahui siapa orang yang dengan lancang masuk kedalam ruan
Read more
Bab 73. Undangan Makan Malam.
Gisa tengah mematut dirinya didepan cermin ruang walk-in closet nya. Malam ini, Gisa mendapat undangan makan malam dari adik iparnya. Kayanna mengundang Gisa dan keluarganya untuk makan malam dirumah utama keluarga Ganendra, sebagai perpisahan sebelum Kayanna berangkat besok siang menuju Singapura untuk satu bulan kedepan. Kayanna berencana mempertemukan Ayumma dengan keluarga besar dari Kaisara, suaminya. "Mommy, masih belum selesai?" tanya suara serak dan berat yang baru saja masuk kedalam ruangan yang sama dengan yang Gisa tempati. Gisa belum siap. Dia masih memakai bathrobe nya, dan hanya bagian wajahnya saja yang sudah siap. Gisa hanya memakai make-up tipis dengan rambut yang dia gerai dan dia ikat bagian atasnya saja. "Kebiasaan banget, ngagetin orang!" gerutu Gisa masih dengan posisi Gisa membelakangi Catra. Gisa tengah memilih pakaian yang akan dikenakannya. Catra maju, kemudian menempelkan tubuhnya untuk memeluk Gisa dari bela
Read more
Bab 74. Pertanyaan Julid Fazzura.
'Wah, lihatlah penampilannya! Seperti akan menghadiri award!' batin Gisa saat melihat penampilan Fazzura yang memakai bodycon dress yang memperlihatkan lekuk tubuh, serta bagian dada yang tercetak jelas. 'Oh, Baby! Mata suci kamu, ternoda gara-gara penampilan Tante kamu yang tidak bisa menyesuaikan tempat. Dia kira ini di luar negeri apa?' batin Gisa bermonolog sendiri. Fazzura berdiri kemudian berjalan menghampiri Catra. Catra sendiri posisinya masih berdiri dengan tangan yang memeluk bahu Gisa. Gisa memanfaatkan kesempatan itu, untuk memanas-manasi Fazzura, dengan melilitkan tangannya secara posesif pada pinggang Catra. Fazzura maju untuk memeluk tubuh Catra, namun Gisa menghalanginya dengan langsung maju dan memeluk tubuh Fazzura sambil cipika cipiki dan memberikan senyum ramah yang dipalsukan nya. 'Sial!' batin Fazzura memaki. Fazzura mencoba kembali, namun saat ini bukan Gisa yang menghalanginya. Melainkan Dean yang berdiri dihadapan Catr
Read more
Bab 75. Bau Parfum.
Gisa dan Catra, saat ini tengah berada di dalam kamar pribadi Catra yang ada di lantai dua rumah utama keluarga Ganendra. Kamar bernuansa hitam dan abu itu, masih dalam keadaan rapih dan terawat meski sudah sangat lama tidak Catra tempati. Saat Catra pamit pulang, Kayanna menahannya dan meminta Catra untuk menginap di sana. Selain permintaan dari adiknya, sang anak pun merengek tidak mau pulang. Pada akhirnya Catra mengalah dan memilih untuk menginap malam ini. Dean sendiri tidur di kamar Kayanna bersama Kaisara dan Ayumma. Kayanna sengaja mengajak Ayumma dan Dean tidur di atas kasur yang sama, sebelum besok memisahkan mereka untuk satu bulan kedepan. Didalam kamarnya, seperti biasa Catra tengah mengutak atik notebook miliknya. Catra selalau mengecek ulang pekerjaannya sebelum tidur. Saat ini, Gisa tengah mengganti pakaiannya diruang ganti kamar Catra. Di dalam ruangan yang luas itu, Gisa menurunkan dress yang tadi dipakainya sambil berdiri di
Read more
Bab 76. Ikut ...
Setelah di rasa sudah membaik, Gisa dan Catra kembali menuju lantai dua, dan masuk kedalam kamarnya. Catra membaringkan tubuhnya diatas kasur, dengan tangan yang dia lilitkan pada pinggang Gisa dan kepala yang di simpan diatas paha istrinya itu. Catra merasa lebih baik setelah mencium aroma istrinya. Catra bahkan memejamkan matanya menikmati setiap wangi tubuh istrinya yang masuk melalui indera penciumannya. "Daddy, kenapa?" tanya Gisa khawatir. Ini kali pertama Gisa melihat Catra kepayahan. Catra tipikal orang yang jarang sakit dan jarang mengeluh. Jadi, Gisa cukup heran saat melihat sisi lain suaminya yang tidak berdaya. Catra hanya menggeleng, menjawab pertanyaan dari istrinya. "Apa mungkin, Daddy masuk angin?" tanya Gisa kembali, dengan kedua tangan yang terus mengurut kepala Catra. "Sebentar Mommy bawa ob__" "Gak! Mommy tetap diam! Daddy terlanjur nyaman." sergah Catra yang semakin melesakan kepalanya masuk kedalam perut,
Read more
Bab 77. Keputusan Yang Gisa Pilih.
Gisa baru sampai di kantor tempatnya bekerja. Seperti biasa, dia berhenti di tempat yang sepi dari lalu lalang karyawan Ganendra Group. Saat akan masuk kedalam lift, Gisa berpapasan dengan suaminya. Dia membungkukkan tubuhnya bersama karyawan lain yang juga ada di tempat yang sama dengan Gisa. Catra tidak menghiraukannya. Dia terus berjalan menerobos barisan orang-orang yang tengah menunggu lift terbuka. Kepalanya sedikit menunduk, dengan tangan yang Catra simpan diatas mulut dan hidungnya. Catra segera masuk kedalam lift eksekutif yang dirancang khusus untuknya. Karyawan menatap Catra dengan tatapan heran. Pasalnya tidak seperti biasanya Catra berjalan dengan terburu-buru dan menunduk seperti barusan. Biasanya Catra akan berjalan tegap, dengan wajah yang menatap lurus ke depan. Ekspresinya akan sedingin es, dengan mata yang setajam mata elang. "Pak Catra kenapa?" tanya karyawan yang ada di sana. "Iya, tidak seperti biasanya Pak Catra
Read more
Bab 78. Dean Menghilang!
Ini pagi pertama Gisa berperan sebagai ibu rumah tangga seutuhnya. Gisa cukup bahagia menjalaninya. Dia tidak perlu berburu dengan waktu untuk dia bergegas mandi dan bersiap agar tidak terlambat berangkat ke kantor. Seperti sekarang, waktu sudah menunjukan pukul setengah tujuh pagi. Tapi Gisa masih santai dengan pakaian rumahannya. Dia bergerak kesana kemari menyelesaikan semua pekerjaan yang biasa dia kerjakan setiap paginya. Bedanya hari ini dengan hari-hari yang lain adalah, Gisa dapat memandikan dan menyuapi anaknya, dengan tangannya sendiri dan bisa melayani sang suami secara maksimal. Gisa menyiapkan jus yang sebentar lagi akan Catra minum saat turun dari lantai tiga. Gisa pun menyiapkan vitamin dan segala kebutuhan suaminya. Mulai dari hal kecil sampai hal terpenting sekalipun. Seperti dugaannya, Catra turun dengan handuk yang dia sampirkan di atas bahunya. Keringat mengucur hampir di seluruh tubuhnya. Pakaian yang Catra pakai pun menya
Read more
Bab 79. Ketemu!
Hallo, Mom!" "Dad!" lirih Gisa pelan. "Kenapa, Mom?" panik Catra saat mendengar suara lirih istrinya. "De-Dean ... " lirihnya pelan. "Iya, Dean kenapa?" tanya Catra tidak sabar. "Dean, Dad!" lirih Gisa dengan tangis yang mulai pecah. "Mommy ngomong! Dean kenapa?" tanya Catra dengan nada yang sedikit meninggi. "Dean, hilang!" ucap Gisa lirih disela tangisnya. "Apa kamu bilang???!!!" bentak Catra saat mendengar kabar kalau anaknya hilang. Terdengar suara tangis Gisa yang semakin kencang saat dengan tidak sadarnya, Catra sudah membentaknya. Catra mengusap wajahnya kasar, dengan tangan sebelah kirinya yang bertolak pinggang. Catra mencoba meraih kewarasannya kembali. "Daddy pulang sekarang! Mommy cari dulu disekitar sana. Daddy juga akan kirim seseorang untuk mencari, Dean!" Saat panggilan berakhir, Gisa bangkit dari atas tanah, kemudian mengusap air mata menggunakan punggung tangannya. 'Ya,
Read more
PREV
1
...
678910
...
16
DMCA.com Protection Status