All Chapters of Mendadak Dinikahi CEO Tampan: Chapter 81 - Chapter 90
154 Chapters
Bab 80. Panggilan Tengah Malam.
Gisa, Zeca dan Dean saat ini sudah kembali ke kediaman mewahnya. Setelah menunggu kakek yang Dean tolong ada yang menjemput, Gisa kembali melanjutkan niat awalnya untuk menemui sang bunda di tempat peristirahatan terakhirnya. Gisa memborong bunga dari toko bunga langganannya itu, sebagai bentuk terima kasih Gisa pada pemiliknya yang sudah berbaik hati mengijinkan dia bersama Zeca memeriksa CCTV yang ada di tokonya. Bu Bertha menyambut kedatangan Gisa, Zeca dan sang tuan muda di depan pintu masuk kediaman Catra. Bu Bertha langsung mengambil alih Dean dari gendongan sang nyonya. "Bu maaf, Dean nya di mandikan dulu sebelum dia tidur siang." pinta Gisa pada pengasuh anaknya itu. "Dia cukup lama di luar ruangan. Kalau langsung tidur takutnya malah gak nyenyak. Saya mau siapkan dulu makan siangnya!" lanjut Gisa sopan. "Baik, Bu!" jawab Bu Bertha tak kalah sopan. Gisa mengecup pipi Dean sebelum dia dibawa masuk kedalam lift untuk selanjutnya
Read more
Bab 81. Foto Kiriman Fazzura.
Gisa bangun pagi seperti biasanya. Gisa juga memulai paginya dengan segala kesibukannya sebagai ibu rumah tangga seperti ibu-ibu lainnya. "Selamat pagi, Bibi!" sapanya pada maid yang tengah mempersiapkan bahan makanan untuk Gisa olah. "Pagi, Bu!" jawab maid tersebut dengan tangan yang terus bekerja. Gisa belum sadar kalau suaminya tidak ada di rumah pagi ini. Gisa pikir Catra tengah berolahraga di lantai tiga rumahnya, seperti pagi-pagi biasanya. Gisa memakai celemek, dan mulai berkutat dengan alat-alat perangnya. Pagi ini Gisa memasak sedikit lebih banyak. Rencananya dia akan mengirim makanan tersebut pada sang bibi yang saat ini tinggal bersama satu orang yang menemaninya di rumah. Suster yang Catra tempatkan di rumah Bik Serra sendiri, sudah kembali karena kondisi Bik Serra yang sudah sangat membaik dan tinggal pemulihan saja. Setelah selesai membuat sarapan, Gisa seperti biasanya menyiapkan jus buah yang akan di minum sang suami sa
Read more
Bab 82. Gisa yang Sensitif.
Gisa dan Catra pamit pulang pada Fazzura. Fazzura memberengut. Dia tidak mau di tinggalkan sendirian di dalam kamar tempat sang ibu terbaring koma. Tangan kekar berotot itu, membelit pinggang ramping Gisa secara posesif. Mereka berjalan menuju pintu keluar kamar Melisa. "Abang .... " panggil Fazzura mendayu. Fazzura berjalan mendekati Gisa dan Catra. Namun saat beberapa langkah lagi sampai di belakang Catra, "Stop Zurra!" ucap Catra sambil menutup hidungnya. Indera penciumannya dapat mengendus bau Fazzura, sehingga rasa mual itu datang kembali. "Abang kenapa sih? Yang lain baik-baik saja dekat sama, Zura!" rengek Fazzura dengan nada kesalnya. Seakan tau dengan maksud Fazzura menghentikan kepergiannya, Catra maju beberapa langkah kemudian membalikan tubuhnya untuk menatap Fazzura. "Abang sudah meminta beberapa suster untuk menjaga Tante Melisa dan menemani kamu disini! Jadi, kamu bisa langsung meminta tolong seandainya ada sesua
Read more
Bab 83. Jocelyn Kalah Telak!
Disinilah mereka sekarang. Didalam sebuah kereta, persis seperti permintaan Gisa saat pulang dari rumah sakit tadi pagi. Catra mengabulkan keinginan Gisa untuk memakan Bakpia asli Jogjakarta secara langsung dari tempatnya. Catra menghubungi Abhi dan meminta dia menyewa satu gerbong untuk dinaikinya bersama istri dan anaknya. Bahkan Catra berniat membeli kereta tersebut kalau saja tidak di cegah oleh Gisa. Untuk menyewa satu gerbong pun, dia harus berdebat terlebih dahulu dengan sang istri. Pasalnya Gisa memaksa Catra untuk naik kereta biasa dan berbaur bersama orang-orang. Namun dengan alasan Catra selalu mual kalau mencium aroma parfum orang lain selain wangi parfum istrinya, Gisa pun mengalah dan memilih menaiki kereta yang sudah suaminya sewa. Yang penting, Gisa bisa naik kereta api. Pikir Gisa masih bersyukur karena suaminya dengan mudah mengabulkan permintaan diluar kebiasaannya itu. Abhi tertawa terbahak-bahak, saat di hubungi Ca
Read more
Bab 84. Ancaman Jocelyn!
Setelah membongkar identitasnya di depan Jocelyn, Catra pergi begitu saja meninggalkan Jocelyn yang saat ini masih shock setelah mengetahui fakta tentang anak tirinya. Dia duduk sambil terkulai lemas di atas lantai depan meja resepsionis. Orang-orang yang kebetulan lewat, menatap Jocelyn dengan tatapan aneh. Pria muda yang datang bersamanya tadi pun, pergi begitu saja meninggalkan Jocelyn seorang diri. Pria muda itu lebih memilih menyelamatkan masa depannya dan menghindari berurusan dengan orang-orang dari Ganendra Group yang memiliki pengaruh besar terhadap perekonomian orang-orang seperti dirinya. "Nirwana, kenapa kita begitu bodoh?! Kenapa kita tidak menyadari sebelumnya, kalau pria yang menghamili anak sialan itu adalah pewaris Ganendra Group?" sesal Jocelyn masih dengan posisi bersimpuh nya. "Bukankah anak haram itu juga sering wara wiri di sosial media? Kenapa kita begitu bodoh dengan tidak mengenalinya!" ucapnya kembali sambil memukul-mukul kep
Read more
Bab 85. Abhi dan Zeca.
I got u!" ucap Zeca saat matanya menangkap sosok Abhi yang tengah duduk di depan meja bar, bersama seorang perempuan diatas pangkuannya. Zeca tersenyum sinis, "Kita lihat seperti apa selera seorang, Abhinav!" ucapnya tersenyum sinis. Setelah mengetahui posisi suaminya, Zeca turun menuju lantai disco dan mulai berbaur bersama para lelaki yang mulai mendekatinya. Zeca tidak menghawatirkan keselamatannya sama sekali. Berurusan dengan pria-pria mabuk, merupakan hal sepele baginya. Zeca sudah dibekali ilmu bela diri sejak dia masih remaja. Kalaupun ada yang ingin macam-macam, tentu saja Zeca tidak akan membiarkannya. Zeca mulai berlenggak lenggok menggerakkan badannya mengikuti irama musik yang menggema di dalam sana. Rencananya untuk menjadi pusat perhatian, berhasil. Saat ini, semua mata tertuju pada Zeca yang dengan luwes menikmati setiap alunan musik yang di sajikan oleh disc jockey. Zeca tengah di kelilingi para pria yang bereb
Read more
Bab 86. Mengunjungi Sahabat Mommy.
Gisa berjalan dengan anggun memasuki gedung Ganendra Group. Pak Darto mengikutinya dari belakang dengan menenteng beberapa paper bag. Gisa sendiri berjalan sambil menggenggam tangan Dean yang hari ini ikut bersamanya mengunjungi perusahaan sang Daddy. Mata para karyawan membulat tidak mempercayai dengan apa yang mereka lihat. Bagaimana bisa anak bos nya itu datang bersama Gisa yang merupakan musuh dari ayahnya sendiri? Pikir para karyawan. "Ah, mungkin dia di pecat dari perusahaan dan sengaja di jadikan baby sister oleh Pak Catra!" celetuk seorang karyawan yang masih sibuk memperhatikan Gisa dan Dean. "Sadar gak sih, kalau anak itu mirip si Gisa?" tanya karyawan lain. "Ngarang, Lo! Terus Lo mau bilang kalau Pak Catra suaminya si Gisa gitu?" "Gak masuk akal sih, masa iya dia mau jadi anak magang di perusahaan suaminya sendiri!" Percakapan antara karyawan itu pun berakhir karena satu persatu dari mereka mulai pergi untuk makan siang.
Read more
Bab 87. Bertemu Kakek Bram!
"Kakek Buyut ... " panggil Dean pada seorang kakek yang juga ada di restoran tersebut. Gisa menghentikan langkahnya mencari seseorang yang anaknya panggil kakek buyut tersebut. "Anda?" pekik Gisa tidak percaya. "Wah, kalian di sini juga?" tanya Kakek tersebut pada Gisa dan Dean yang saat ini berjalan ke arahnya. "Ya, kebetulan ini sudah jam makan siangnya, Dean!" jawab Gisa. Dean terus berjalan dan berhenti tepat di hadapan sang kakek. Dia menjulurkan tangannya kemudian muncium punggung tangan kakek tersebut. "Kakek makan siang juga?" tanya Gisa kembali. "Ya, Kakek baru mau memesan!" jawabnya sambil mengusap kepala Dean. "Apa Kakek mau gabung bersama kita?" tanya Gisa menawarkan. "Bolehkah?" "Tentu saja! Lihatlah Dean sudah memegang tangan kakek sejak tadi." ucap Gisa sambil menunjuk tangan kakek yang sedang Dean pegang erat. "Ha ... Ha ... Tau saja kalau kakek tua ini hanya makan sendirian!" ucapnya sam
Read more
Bab 88. Mencari Keberadaan Kakek Bram.
Tidak lama setelah mematikan panggilannya, Catra bergegas keluar dari perusahaannya dan pergi menuju restoran tempat anak dan istrinya berada. Catra tersenyum hangat, saat matanya menangkap sosok mungil yang tengah fokus menyantap makan siangnya. Dia bergegas mendekat dengan langkah lebarnya. "Mommy, Baby ... " panggil Catra dengan suara khasnya yang serak dan berat. Gisa dan Dean dengan kompak menengkok ke arah sumber suara. Sebuah senyum, terbit di kedua sudut bibir dari Gisa dan Dean saat mengetahui siapa orang yang memanggilnya. "Daddy!" panggil Gisa. Dia bangkit dan berjalan mendekat ke sisi suaminya. Gisa raih tangan sang suami untuk dia kecup. Setelahnya, giliran Catra yang memeluk, serta mencium kening, bibir, serta dagu istrinya. Sebuah kebiasaan yang selalu mereka lakukan setiap kali mereka bertemu ataupun saat akan berpisah untuk bekerja. Catra menghampiri anaknya, kemudian dia labuhkan bibirnya di atas kepala Dean. Dean men
Read more
Bab 89. Meliburkan Diri.
"Oh iya Bu, maaf sebelumnya. Ini ada titipan." kasir tersebut memberikan secarik kertas kepada Gisa. Walaupun Gisa bingung, dia tetap mengambilnya, "Terima kasih!" ucap Gisa tulus dengan senyum ramah yang selalu tersimpul dari bibir merah mudanya. Gisa, Catra dan Dean keluar dari dalam restoran dan menunggu Pak Darto datang. "Daddy bisa kembali, sebentar lagi Pak Darto datang!" perintah Gisa pada suaminya. "Daddy ikut sama Mommy saja!" jawab Catra dengan wajah datarnya. "Ini masih jam kerja, Daddyyyyyy!" gerutu Gisa. "Tenang saja, Mommy. Dengan Daddy meliburkan diri pun, perusahaan tidak akan bangkrut!" jawabnya sombong. "Bukan gituuuuu ... " kesal Gisa tidak habis pikir dengan jalan pikiran suaminya. "Daddy mau melanggar kebijakan yang Daddy buat sendiri?" lanjut Gisa mengingatkan, dengan kedua tangan yang dia lipat diatas pinggang. Bukannya takut, apa yang Gisa lakukan justru membuat Catra gemas. Ingin sekali
Read more
PREV
1
...
7891011
...
16
DMCA.com Protection Status