Semua Bab Miss Villain and the Protagonist: Bab 151 - Bab 160
163 Bab
Chapter 149 — Pemimpin Prajurit Bayaran X Si Genius Berpedang
Perbedaan jumlah yang ada memang sangat mempengaruhi, pasukan Hyacinth terus-terusan mengalami kemunduran, kalau terus begini, hanya tinggal menghitung waktu mereka akan mengalami kekalahan.Hyacinth terluka berat, luka tusuk yang diterimanya sungguh berakibat fatal.Tinggal menghitung waktu, pada detik-detik terakhir, ketika matahari tak lagi menampakkan cahayanya sedikitpun, muncul dua orang yang bergerak secepat kilat menebas semua musuh yang ada, disertai dengan pasukan mereka yang saking banyaknya dapat mengimbangi jumlah pasukan istana.Mereka pasti utusan Revel. Kalau begini, Hyacinth dapat beristirahat dengan tenang.Woosh! Hanya dengan beberapa entakan, musuh itu tumbang semua.Bahkan, saking cepatnya, mereka yang menjadi serangan sasaran itupun tak mampu melihat siapa yang menyerangnya, hal terakhir yang mereka lihat hanyalah bola mata semerah darah yang terasa dingin dan menusuk.Woosh! Dari arah berlawanan, pria berambut merah menumbangkan banyak prajurit dalam waktu yang
Baca selengkapnya
Chapter 150 — Pertempuran di Gerbang Utara : Mike VS San
“Selamat malam, Tuan Mike.” Suara sapaan yang terdengar layaknya bisikan itu membuat Mike seketika membulatkan matanya. Ini suara yang terdengar familiar. “Kita berjumpa lagi.” “K- kau!” Sosok yang saking cepat gerakannya hingga terlihat seperti sekelebat bayangan hitam ternyata merupakan salah satu kenalannya di masa lalu. “S- San?!” Tak ada waktu untuk terus terkejut, Mike segera bersiap, mengerahkan seluruh kekuatannya karena ia tahu lawan yang harus ia hadapi bisa dikatakan setara dengan Xander. San, wanita pemimpin pasukan bayaran yang bermarkas di daerah perbatasan dan sempat beberapa kali terlibat perseteruan dengan Xander mendadak ada di sini, di tempat ini, di istana dan memihak pada orang-orang kekaisaran. “APA YANG KAU LAKUKAN DI SINI?!” Mike berteriak marah, menggunakan pedangnya untuk memberi serangan berarti dan mempraktekkan semua Teknik yang ia miliki. San menyeringai. “Itu sapaan yang agak agresif, Tuan Mike.” Bunyi yang terdengar ketika kedua pedang teradu ter
Baca selengkapnya
Chapter 151 — Baron Michael Valler
Gerbang Timur. Baron Michael mendapat tugas untuk menyapu bersih rute melalui gerbang ini. Dibantu dengan kekuatan militer miliknya, sejauh ini ia tak menemukan rintangan yang berarti. Suara pedang besi yang saling beradu terdengar begitu keras, berulang-ulang. Bugh! Kombinasi serangan itu diakhiri dengan tendangan telak yang tak dapat dihindari, Baron Michael hampir selesai membuka jalan. Suara ayunan pedang yang terkena tangkisan perisai besi yang terdengar memekakkan telinga, seruan dan teriakan para prajurit, darah yang mengalir, entah sejak kapan ia sudah terbiasa dengan hal-hal memuakkan ini. Kalau melihat ini semua, ia jadi teringat bertahun-tahun sebelumnya, masa di mana ia mengacungkan pedangnya demi melindungi istana, berkebalikan dengan hal yang sekarang dilakukannya. Elisha. Itulah nama yang membuatnya membulatkan tekad untuk melakukan ini. *** “Kali ini pun, pasukan yang dipimpin Tuan Michael berhasil membawa kemenangan.” “Bangsa Perister berhasil sepenuhnya dit
Baca selengkapnya
Chapter 152 — Gerbang Selatan : Yelena & Aquila
Sssttt.Hanya dengan satu jari yang diarahkan dekat ke bibir, Aquila sudah mengerti apa maksudnya.Iluka memberi pertanda, tak jauh dari tempat mereka berdiri, ada beberapa kesatria yang sedang berjaga. “Kalian lanjutkan perjalanan tanpa aku, biar aku yang mengurus mereka.”“Kalau melalui jalan ini, kalian akan segera sampai ke tempat Tuan Alken, setelahnya ia yang akan menunjukkan tempat penyegelan itu. Aku akan berusaha menahan mereka di sini.” Lanjut Iluka.Sebagai respons, Aquila mengangguk tegas. Kali ini, Yelena sepenuhnya menjadi tanggung jawabnya.Tak ingin membuang waktu, mereka segera bergegas.***“Apa benar ini tempatnya?” Yelena menatap sangsi, sedikit meragukan Aquila yang kini menjadi penunjuk jalan. Yelena tahu, Aquila sempat menetap di istana untuk beberapa waktu ketika ia masih menjadi calon putri mahkota, tapi, istana tempat Aquila menetap kala itu berbeda dengan tempat yang sekarang sedang mereka lalui.“Seharusnya lewat sini.” Aquila tetap memaksimalkan tingkat ke
Baca selengkapnya
Chapter 153 — Bala Bantuan
“Apa?”Kabar yang baru saja disampaikan oleh salah satu pelayannya ini membuat Duke Charles membulatkan matanya.“Terjadi penyerangan pada istana?” ia bertanya, memastikan.Kalau kabar ini sampai ke telinga bangsawan lain, mereka pasti berpikir kalau kelompok penyembah kekuatan itu lah yang menjadi dalang dalam kasus ini. Tapi tidak dengan Duke Charles, pria itu tau dengan jelas siapa saja yang akan bertanggung jawab dalam hal ini.Termasuk putra dan putrinya.Sebenarnya Duke Charles tidak terkejut atas keterlibatan anak-anaknya, mudah baginya untuk mengendus rencana mereka semenjak kedatangan Grand Duke Alucio untuk makan malam bersama, ditambah lagi, kedekatan antara putrinya dengan pria itu. Tapi, yang membuatnya terkejut adalah ia tak menyangka kalau ini akan terjadi secepat ini.Timing-nya benar-benar pas dengan kabar pemberontak dari kelompok penyembah kekuatan. Hal ini sudah direncanakan dengan sangat matang.“Kumpulkan pasukan, kita akan mengirim bala bantuan untuk menyerang i
Baca selengkapnya
Chapter 154 — Monster Yang Lepas Dari Segel
“Satu-satunya yang bisa menemukan akses masuk itu hanyalah Nona Yelena.” Ucapnya. “Sebagai seorang penyihir, Nona Yelena dapat merasakan aliran mana di sini. Gunakan kemampuan anda, rasakan mana yang ada, jika terasa semakin kuat, bisa saja itu tandanya kita semakin dekat dengan akses masuk itu.” Ini penjelasan yang paling memungkinkan, hanya Yelena yang dapat melakukannya. "T- tapi, bagaimana kalau ternyata aku gagal dan kita hanya semakin membuang waktu?” sorot keraguan terpampang jelas dari matanya. “Kami percaya padamu, aku tahu kau bisa melakukannya.” Aquila menggenggam tangan Yelena. “Apa kau ingat saat di mana para prajurit tadi berhasil mengepungku? Aku kira nasibku akan berakhir saat itu, tapi tiba-tiba kau menggunakan kekuatanmu untuk membuat mereka melayang. Itu kau yang melakukannya, kan? Aku yakin kau menyimpan potensi yang sangat besar hanya saja kau belum menyadarinya.” Alken mengangguk kecil. “Kau bisa melakukannya.” Ia menambahkan, meyakinkan. *** Yelena memejam
Baca selengkapnya
Chapter 155 — Kartu As Kaisar : Subjek Venatici
Berkat monster yang dilepaskan Yelena, beserta bala bantuan dari keluarga Charles dan Varen, prajurit istana berhasil dipukul mundur. Pertumpahan darah terjadi, waktu berjalan begitu cepat, tak disangka kekuatan istana dapat disudutkan.Di detik-detik kelumpuhannya, Kaisar mengeluarkan kartu as terakhirnya, yakni dengan melepaskan ‘Subjek Venatici’ yaitu kumpulan manusia yang telah dicuci otaknya sehingga rela melakukan apa saja demi melindungi sang kaisar, termasuk menyerahkan nyawanya sendiri. Singkatnya, mereka adalah anjing kaisar.‘Subjek Venatici’ berkaitan erat dengan negara-negara jajahan. Kaisar memerintahkan untuk menginvasi desa-desa miskin, membunuh para orang tua maupun semua penduduk, menculik anak-anak mereka dan mengumpulkannya menjadi satu. Setelahnya, Kaisar mengurung mereka, melakukan pencucian otak agar selalu tunduk pada kehendaknya dan agar mereka dapat mempersembahkan nyawa untuknya.Mereka menjalani kehidupan yang keras, saling membunuh satu sama lain untuk mem
Baca selengkapnya
Chapter 156 — Dendam Seorang Anak Laki-laki
“Sebelumnya kau mengatakan kalau otak mereka telah dicuci dan mereka menjadikan kaisar sebagai dewa mereka, kan?” Xander bertanya, memastikan. Muncul sebuah ide gila di kepalanya. “Bagaimana jika cara tercepat untuk menghabisi mereka dalam satu entakan adalah dengan membunuh kaisar terlebih dahulu?” Bagi Xander, ini merupakan ide gila yang patut dicoba. Subjek Venatici menganggap kaisar sebagai dewa mereka, bagaimana jika Xander membunuh ‘dewa’ yang selalu ingin mereka lindungi itu? Pasti mereka akan merasakan perasaan putus asa yang begitu mendalam akibat gagal melindungi dewa. Setelah mendapat pukulan keras itu, seharusnya mereka melemah, kan? Tidak, tidak, lebih baik lagi jika mereka melakukan bunuh diri massal akibat perasaan bersalah yang mendalam. Seringaian menyeramkan mendadak timbul pada wajah Xander. Ia akan merealisasikan ide gila itu. Kesimpulannya, ia akan membunuh Kaisar terlebih dahulu. Revel yang mendengarnya seketika menoleh. “Itu… benar-benar ide nekat yang laya
Baca selengkapnya
Chapter 157 — Perpisahan
“Revel, Revel!” Seruan yang berasal dari Mike berhasil membuyarkan ingatan Revel atas masa kelamnya. “Kemarilah! Tuan Michael terluka parah!” Huh? Revel, diikuti yang lainnya bergegas menghampiri Mike dan Baron Michael yang terbaring lemah dengan luka yang memenuhi tubuhnya. Keadaannya jauh lebih buruk dari yang Revel pikirkan, sepertinya pria itu terkena tebasan senjata yang telah dilumuri racun, terlihat jelas dari bekas luka beserta warna kulit yang berubah kehijauan. “Michael, bertahanlah!” Seru Revel, yang bergerak cepat mengikatkan kain dengan erat agar racunnya tidak cepat menyebar. “Bertahanlah, aku akan segera mencarikan penawar.” “Berhenti.” Ketika Revel hendak bangkit, Baron Michael menggenggam tangannya. “Tidak perlu.” “A- apa?” Alis Revel bertaut, ia jelas tak mengerti mengapa Baron Michael menahannya. “Percuma saja, racunnya sudah menyebar sejak tadi.” “Apa yang kau bicarakan?! Kenapa kau menyerah seperti itu?!” Seru Revel, perasaannya kini tak menentu, kalimat y
Baca selengkapnya
Chapter 158 — Paman dan Keponakan
“Mustahil!” Kaisar Lius menarik rambutnya sendiri, rasanya ia telah menjadi gila, ia sulit membedakan mana yang mimpi mana yang bukan. “INI PASTI MIMPI! HAHAHA AKU PASTI SEDANG BERMIMPI!” ia menyeringai, tanda keterkejutan dan keputusasaannya. Ini mimpi yang begitu buruk, seseorang tolong bangunkan dirinya! “Ini bukan mimpi, Yang Mulia.” Muncul seseorang memasuki ruangannya. Secara dramatis, dari balik bayangan, perlahan Kaisar Lius mampu melihat wajahnya yang disinari cahaya bulan. “Salam saya, Yang Mulia.” Pria itu menyapa dengan senyum manis di wajahnya. R- Revel?! “DASAR ANAK TIDAK TAHU DIRI!” Kaisar Lius berteriak, meluapkan segala emosinya. Bagaimana bisa Revel masih bisa tersenyum manis di saat seperti ini?! Ah, tidak, itu merupakan senyum ejekan! Senyum yang mentertawakan posisinya saat ini. “Ah? Bagaimana menurut anda mengenai kejutan yang telah saya siapkan sepenuh hati seperti ini?” Tanya Revel, masih dengan senyum yang menghiasi wajahnya. “KAU PASTI SUDAH GILA!” “Sa
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
121314151617
DMCA.com Protection Status