Semua Bab My Husband Your Husband: Bab 21 - Bab 30
109 Bab
Ibu Sakit
Kutepis desiran aneh yang mengusik hatiku. Senyuman manis itu seolah berhasil mengoyahkan rasaku pada wanita itu. 'Bagas, ingat dia bukan gadis impianmu.' Aku segera menyadarkan diriku dari rasa aneh itu. Kulangkahkan kakiku meninggalkan Yasmin. Aku harus segera sampai di Bojonegoro sebelum jam pelajaran sekolah dimulai agar dapat bertemu dengan kekasih hatiku. Setelah perjalanan hampir dua jam lebih lima belas menit, akhirnya aku sampai juga di depan pintu gerbang sekolah menengah pertama tempat Reza mengajar. Pagi masih buta, udara pagi yang berkabut membuat hawa dingin semakin menusuk ke dalam tulang-tulangku. Meskipun kini aku sudah menggunakan pakaian yang cukup tebal. 'Dek, dek kalau bukan karena kamu, Mas tidak mau disuruh ke sini pagi-pagi seperti ini.' Kugosok kedua telapak tanganku, agar tubuh ini ti
Baca selengkapnya
Benda Kenyal
Ku seret kakiku masuk kedalam rumah. Sudah menjadi hal biasa bagiku melihat Reza yang sering merajuk kepadaku. Hampir saja aku bosan dengan tingkah gadis cantik itu. Tapi sayangnya rasa cintaku lebih besar dari pada kekesalanku.   "Mas!"   Sambut Yasmin yang duduk di ruang tamu dengan wajah gusar. Gadis itu segera bangkit dari duduknya setelah melihatku membuka pintu rumah.   "Mas kehujanan, sebentar aku ambilkan handuk ya!" Ucapnya menyentuh bahuku yang mengigil kedinginan. Nampaknya dia begitu cemas melihatku yang datang dalam keadaan basah kuyup.   "Ngak usah!" Ku tepis tangan kecilnya. membuat gadis itu memundurkan kakinya beberapa langkah dariku.   Aku berjalan ke kamar untuk berganti baju, rasanya tubuhku seperti hampir mati membeku manahan air hujan yang terus mengguyurku sepanjang jalan.
Baca selengkapnya
Reza Lulus Tes
'Aku tidak akan pernah merubah apa yang telah terpatri dalam hatiku, sekeras Yasmin mencoba meruntuhkan kekuatan cintaku kepada Reza, itu hanyalah percikan kecil yang tidak akan pernah menimbulkan api cintaku kepadanya.' Aku memilih menghindari Yasmin. Membuatnya agar semakin membenciku. Dalam setiap perbuatanku, selalu kuselipkan sikap dingin dan beku pada gadis itu. Namun, gadis lugu itu sama sekali tidak pernah berubah. Dia melayaniku seperti layaknya seorang istri kepada suaminya. Menyiapkan segala keperluanku dan dengan sabar melayani ibuku yang mulai sakit-sakitan. Meskipun hampir satu tahun kita menikah aku sama sekali belum pernah menyentuhnya sekalipun. Tidak ada yang berubah, kami tetap tertidur di tempat yang berbeda. Mengurusi kehidupan kami masing-masing. Aku yang sibuk dengan pengangkatanku sebagai mandor perhutani dan Yasmin yang mulai menunjukan kemajuan dalam usahanya berjualan baju, hingga rencananya dalam
Baca selengkapnya
Malam Pertama Untuk Yasmin
Setelan membaca deretan huruf yang Yasmin kirimkan kepadaku, aku kembali memasukkan ponselku ke dalam saku celana. Karena mengejar Reza saat ini jauh lebih penting untukku. Gadis itu terus mempercepat langkahnya dengan tangan satu yang mengusap lembut pipinya. Bahunya berguncang naik turun dengan suara isakan yang terdengar jelas dari tempatku berada. "Dek!" Kuraih pergelangan tangan Reza, membuat langkah kakinya terhenti seketika. Gadis itu tak langsung menatapku, ia memalingkan wajah sembabnya dari tatapanku. "Apalagi!" ucapnya terisak, sepertinya hatinya benar-benar kecewa dengan kenyataan yang telah kuceritakan kepadanya. "Dek, sabarlah sebentar. Paling tahun depan rumah impian kita pasti akan terwujud, toh sekarang kan  Mas sudah menjadi mandor di perhutani, apa perlu Mas nikahi kamu sekarang juga biar kamu percaya?" cetusku berusaha menyakinkan Reza.
Baca selengkapnya
Keputusan Yasmin
 POV YASMIN  Namaku Yasmin, hanya Yasmin tidak ada tambahan atau akhiran dari nama itu. Yasmin yang berarti adalah bunga melati. Ibuku berharap agar  aku kelak tumbuh menjadi gadis yang baik hati yang mampu mengharumkan nama kedua orang tuaku yang sudah tidak ada. Ayahku meninggal ketika aku masih berada di dalam kandungan ibuku. Ayah meninggal karena kecelakaan tunggal. Sementara ibuku meninggal disaat melahirkan aku kedunia ini.  Hanya paman Solehlah satu-satunya orang tua yang aku miliki, dia adalah adik kandung dari ibuku. Pria yang rela tidak menikah demi membesarkanku. Pernah suatu ketika paman hendak meminang seorang gadis dari kampung sebelah. Namun karena mengetahui paman memilikiku, gadis itu menolak mentah-mentah pinangan paman Soleh. Semenjak itu paman tidak pernah sekalipun melamar wanita manapun. Dia hanya berfok
Baca selengkapnya
Mengakhiri Pernikahan
  POV Yasmin Pria itu selalu bersikap dingin kepadaku. Bahkan dia tidak segan berkata kasar. Namun tak lantas aku harus membalas sikap buruknya itu dengan keburukan. Aku tetap melayaninya layaknya seorang istri kepada suami. Meskipun hampir satu tahun kami menikah, Mas Bagas belum pernah sekalipun menyentuhku. Bahkan pria itu tega memintaku untuk tidur di kasur tipis di atas lantai keramik yang sangat dingin sekali. Beruntungnya, Mas Bagas hanya pulang ke rumah disaat akhir pekan, sehingga setiap hari Senin hingga jumat aku bisa tidur nyenyak di atas kasur empuknya.  Aku tau, selama ini ibu mertuaku selalu berusaha keras agar Mas Bagas bisa mencintaiku seperti halnya mencintai gadis pujaan hatinya itu. Tapi, Mas Bagas tetap sama, sepertinya cinta untuk gadis pujaan hatinya itu sudah mengakar di dalam hatinya tanpa bisa digoyahkan lagi. 
Baca selengkapnya
Kecewa
 'Biarlah aku memelukmu sebentar saja agar aku bisa menimbang cinta mana yang harus ku pilih.' MAS BAGAS.  POV Yasmin Mas Bagas duduk di tepi ranjang, mengikat tali sepatu kerjanya dan telah siap dengan seragam hijau khas mandor perhutani. Aku meletakan kopi susu pesanan Mas Bagas di atas nakas samping ranjang. Kemudian menghampiri Mas Bagas dan bergelayut manja di bahu kekarnya. Seminggu bersamanya membuatku semakin jatuh cinta kembali kepadanya.  Rasa kecewa dan dendam melebur menjadi satu hilang bersama cinta yang justru semakin tumbuh subur di dalam hatiku. Mataku menatap rahang kekar pria yang telah sibuk dengan sepatu yang sedang ia kenakan. Tampan! Tapi aku takut kehilangannya. Terbesit rasa takut jika Mas Bagas ternyata masih bersama dengan gadis yang pernah menolak lamarannya dulu. Lalu, apa artinya dengan semua y
Baca selengkapnya
Garis Dua
 POV Yasmin Sebelum berangkat berkerja, aku mampir ke sebuah apotik untuk membeli tes pack. Segera aku masukan alat pendeteksi kehamilan itu ke dalam tas setelah seorang karyawan apotik memberikannya kepadaku. Aku telah tiba di toko bajuku, yang masih tahap renovasi. Rencananya tokoku ini akan di sulap menjadi dua lantai. Lantai bawah akan aku gunakan untuk berjualan dan lantai atas bisa aku gunakan untuk tempat tinggal jika nanti aku sudah berpisah dengan Mas Bagas. Sesampainya di toko, aku segara meraih tes pack dari dalam tasku dan membawanya ke kamar mandi. Tidak lupa aku membaca petunjuk penggunaannya sebelum aku memakainya. Semua aturan telah aku lakukan sesuai prosedur. Kini tinggal menunggu hasilnya. Mataku menatap tajam pada alat kecil ajaib dalam genggamanku. Jantungku berdebar kencang, berharap yang muncul pada al
Baca selengkapnya
Pengakuan Bagas
 POV Mas Bagas. Hari ini aku memutuskan untuk pulang ke Purwodadi. Aku akan mengatakan kepada Yasmin, jika secepatnya aku akan menceraikannya. Keputusanku sudah final, hanya Reza yang pantas untuk menjadi pendamping hidupku. Bukan gadis biasa seperti Yasmin. Biarlah desiran ini aku buang jauh-jauh dari dalam hatiku. Toh lambat laun aku akan terbiasa tanpa Yasmin dan hidupku pun akan kembali indah seperti dulu bersama Reza. Subuh buta aku sudah memacu motorku menembus dinginnya udara pagi. Kabut tebal yang menyelimuti sepertinya tidak bisa diajak kompromi. Aku harus memelankan laju motorku untuk menjaga keamanan. Kerena jarak pandang yang sangat minim, hanya beberapa meter. Waktu tempuh dua jam kini molor menjadi tiga jam lebih. Ah, sial! Harusnya aku bisa sampai di rumah sebelum Yasmin pergi ke toko. Jika seperti ini, pasti
Baca selengkapnya
Melahirkan
Bab sebelumnya "Tidak Yas, tidak. Aku benar-benar mencintaimu lebih dari Reza." Kulepaskan Cengkramanku. Segera kulingkarankan tanganku di perut ramping Yasmin.  "Terimakasih telah mengandung anakku!" lirihku berurai air mata. "Jangan tinggalkan aku Yas!" pintaku seraya memohon dengan mengusap lembut perut Yasmin yang masih rata. Next part Yasmin hanya terisak. Tidak ada jawaban yang keluar dari bibirnya. Sesaat kubiarkan gadis itu tenggelam dalam benaknya. Namun, balasan cintaku tak kunjung keluar dari bibir Yasmin dan hal itu membuatku semakin takut. Kuputar tubuh Yasmin menghadapku, tanganku masih melingkar di pinggangnya. Sementara tangan Yasmin berganti melingkar pada leherku. Wajahnya masih tersimpan rapi tanpa berani melihat padaku. "Katakan Yasmi
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
11
DMCA.com Protection Status