All Chapters of Mencintai Kakak Ipar: Chapter 11 - Chapter 20
56 Chapters
Bagian 11 : Kesabaran
***Putri merebahkan dirinya di ranjang. Jam 5 sore barulah bisa istirahat. Itupun setelah menyapu, mengepel, buang sampah dan cuci piring.Gadis itu menyeka air matanya. Kemudian menghela napas berulang-ulang. Hari ini sungguh melelahkan, menguras kesabaran juga. Tubuhnya terasa lemas dengan hati yang sepertinya hanya tersisa sepotong saja. Sepotong lainnya telah hancur akibat bersabar dari hinaan.Tadi, Bukan hanya disuruh duduk sembari menunduk dan membantu menyiapkan makanan, gadis itu juga disuruh jalan kaki menuju mini market yang letakkan cukup jauh. Bukan hanya sekali, tetapi 5x. Membeli kacang kulit, minuman kaleng, kacang kulit lagi, minuman kaleng lagi dan terakhir membeli permen dengan harga 5000 rupiah. Harus di tempat yang ditentukan Dina, sebagai bukti, wanita itu meminta struk pembayaran.Bukan hanya malu karena bolak-balik, Putri juga malu karena menjadi pusat perhatian di jalan maupun di
Read more
Bagian 12 : Insiden Makan Malam
***Radit membuka mata tepat jam 8 malam. Ia segera mandi dan keluar kamar. Tidak berniat membangunkan istrinya yang terlihat sangat nyenyak."Dir, ngga ada makanan?" tanya Radit setelah berkunjung ke dapur. Pria itu kembali menghampiri adik iparnya yang berada di sofa ruang tamu. Kemudian bertanya."Ngga ada, Mas. Kan biasanya kak Dina yang nyiapin semua. Ini ... aku juga udah laper banget. Kak Dina ngapain, sih?" tanyanya. Dira menaruh ponsel di pahanya dan memegang perutnya yang sebenarnya tidak lapar sama sekali. Gadis itu baru saja balik dari makan warung di depan gang. Namun, mengompori dengan maksud lain."Dina lagi tidur. Kecapean. Ya udah, mending kamu masak. Ada bahan kan di dapur?"Dira membulatkan mata. Apa? Masak? Itu adalah hal yang tidak pernah ia lakukan."Aku ngga bisa, Mas. Terlalu lemes, ngga bisa banyak gerak," ucapnya beralasan.Radit
Read more
Bagian 13 : Hasutan
***"Aunty senang ngga tinggal di sini?"Pertanyaan itu membuat Putri menghentikan aktifitas menyelimuti tubuh merek berdua. Gadis itu pun menatap keponakannya dengan senyum yang terpaksa. Tadi, setelah selesai makan malam, mereka sempat nonton bersama di ruang keluarga, tetapi saat Radit berpamitan masuk kamar, Diana pun meminta masuk ke kamar."Senang."Jawaban palsu Putri sukses membuat Diana tersenyum manis. Gadis kecil itu langsung memeluk Putri yang tidur terlentang. Ia bahkan tidur di lengan Auntynya."Diana juga senang ada Aunty di rumah ini.""Kenapa senang?""Ada teman main.""Emang suka main sama Aunty Putri?"Tanya jawab pun terjadi."Suka banget. Aunty itu baik, perhatian lagi. Coba Aunty itu mama aku, pasti senang banget."Baik dan perhatian, kapan? Sepertinya ia di rumah ini
Read more
Bagian 14 : Tekanan
***"Sudah bangun, Yang?" tanya Radit. Pria itu tengah memakai pakaian kantor.Dina beranjak duduk. Tidak menjawab pertanyaan suaminya. Ia malah membuka topik baru. Berucap sembari menatap kesal pada Radit."Mas, kenapa menu makan malam kita berbeda?"Radit menoleh, menatap wajah istrinya yang tetap cantik walau baru bangun tidur. Kemudian menjawab dengan santai, "Hanya ingin menu yang berbeda." Setelah berucap, ia kembali menatap cermin sembari mengancing kemeja warna biru navi.Hati Dina mengondok. Jawaban suaminya adalah pembelaan buat Putri. Jelas-jelas Dira bilang kalau adik tirinya yang meminta menu itu. Dengan kekesalan mendalam, wanita itu berjalan cepat ke kamar mandi.Radit mengambil sepatu di rak pojok kamar, duduk di tepi kasur dan memakai alas kaki itu.Dina keluar dari kamar mandi. Mukanya semakin masam. Ia berjalan ke lemari, mengeluarkan pa
Read more
Bagian 15 : Kekesalan
***Putri keluar kamar setelah mendengar deru mesin mobil menjauh dari rumah. Langkahnya menuju ke dapur. Perutnya keroncongan, butuh diisi. Tadi, setelah selesai menjemur baju, ia berjalan ke kamar, Radit yang melihatnya memanggil untuk sarapan bersama, tetapi tatapan tajam Dina dan Dira membuatnya harus menggeleng dan masuk kamar tanpa menjawab.Putri menghela napas setelah melihat piring bekas sarapan masih berantakan berada di meja. Dua Kakaknya memang benar-benar tidak ingin ia tinggal dengan nyaman dan gratis di rumah ini, makanya selalu membuatnya bekerja, bekerja dan bekerja.Putri mencuci piring dulu, mengelap meja. Kemudian mencari makanan. Mengerjakan pekerjaan rumah sungguh menguras tenaga dan dengan makan tenaga itu akan pulih, sayangnya ia tidak mendapatkan menu apapun. Sepertinya makanan sisa yang Dira janjikan palsu. Gadis itu duduk di kursi. Lemas.Dreet!Ponsel dalam saku
Read more
Bagian 16 : Terciduk
***"Put, mbok yo sekali-sekali dilawan gitu loh. Aku dengernya aja gedek banget, masa kamu yang ngerasain 'B' aja," ucap Mita yang menasehati Putri sembari memperhatikan sahabatnya itu makan mie instan buatannya. Tadi, Putri menelepon, menyuruh menjemput di depan gang dan di sinilah gadis itu, berada di kosan. Sedikit menceritakan tentang kesialan yang dialami pagi ini, tetapi membuat banyak emosi Mita yang keluar."Mit, niat aku mau balas budi, bukan buat masalah, nambah masalah dan bermasalah." Putri menyeka keringatnya. Kuah mie yang panas, bercampur dengan rasa pedas berkat irisan cabai, makan tanpa gangguan, kenyang makan bukan tekanan, membuatnya merasa hidup kembali."Ya sekali-sekali dilawan. Aku tau kamu ngga bodoh-bodoh amat buat membalas mereka, hanya kamu terikat dengan kata balas budi. Jadinya kamu itu pasrah pada penderitaan tanpa mau memperjuangkan kebahagiaan. Tulul tau ngga." Mita berucap sambil mengambil
Read more
Bagian 17 : Hasutan lagi
***"Akhirnya pulang juga." Dira langsung berdiri dari sofa teras dan menatap manis mobil yang baru datang. Ia sengaja membantu membuka pagar dan menutupnya. Kemudian menghampiri Dina yang keluar dari mobil."Tumben," ucap Dina. "Hehehe, ada yang mau gue omongin sama Kakak." Sengaja ia menunggu supaya tidak didahului Putri dan Diana atau ia akan dalam masalah besar. "Apa?" Dina menjawab sembari berjalan ke teras, duduk di sofa. Senderan, mencari posisi enak.Dira duduk di sisi Dina. Menarik napas dulu sebelum berbicara."Kenapa? Tegang banget tuh muka," ucap Dina sembari tersenyum tipis."Diana kenapa pulang sama Putri?" tanyanya."Karena kamu ngga mau jemput. Kakak sibuk jadi nyuruh dia," jawab Dina santai. "Emang kenapa? Apa dia melalukan kesalahan fatal pada Diana?""Bukannya Kakak semalam bilang jangan dekati anak dan suami Kakak? Kenapa sekarang malah bikin dia kembali dekat dengan Diana?" Dira merasa ke
Read more
Bagian 18: Janji Radit
***Dira menatap iri saat Radit menghampiri mereka ke meja makan. Menghadiahi kecupan hangat penuh kasih sayang ke puncak kepala Dina dan Diana. Gadis itu menghela napas karena merasa menjadi obat nyamuk di keluarga bahagia ini. Pikirannya penuh dengan berbagai pertanyaan, kenapa bukan dia yang berada di posisi Kakaknya? Kapan dia menjadi penganti Kakaknya? Dan cara apa sekiranya biar bisa merebut perhatian bahkan hati kakak iparnya?"Woe! Melamun aja!" Dina menoyor kepala Dira membuat lamunan gadis itu buyar. Walaupun hatinya dongkol, ia tetap tersenyum."Kakak, ih!" ucapnya sembari merapikan rambut pirang sebahunya. Dira selalu mengikuti model rambut, merk skincare yang kakaknya pakai, berharap kecantikannya akan menular."Habisnya melamun sambil liatin kakak. Kenapa? Apa kakak tambah cantik?" Dina tersenyum lebar. Dira mendengkus. Kemudian mengangguk. "Makasih." Dina merasa tersanjung. Anggukan adiknya itu pujian yang tidak ak
Read more
Bagian 19 : Insiden Saat Hujan
***Dina keluar kamar. Menghampiri Dira yang duduk sendirian di sofa."Mana Diana?" tanyanya.Bukannya menjawab, Dira malah memperhatikan wajah Kakaknya sampai ke leher dan bekas merah di area itu membuatnya mencebik."We, di mana Diana?" Dina menoyor kepala adiknya."Di kamarnya. Mas Radit mana?" tanyanya balik dengan wajah manyun."Di kamar. Lagi tidur. Kelelahan." Dina tersenyum manis. "Kakak mau makan dulu.""Panasin dulu, udah dingin sayur dan lauknya. Gue tutup di atas meja. Kelamaan, sih, di kamar.""Dir, kamu ngga tau enaknya di kamar bersama suami, sih. Apalagi hujan-hujan kayak gini. Kakak aja kalau bisa, pengen di kamar terus. Mainnya mah udah kelar dari tadi, tapi mau melepas pelukan mas Radit itu ngga tega. Ya, karena udah laper, jadi nekat. Ya udah, kakak mau nyuruh Putri beli bakso dulu. Pengen makan yang panas-panas." Dina
Read more
Bagian 20 : Gagal Interview
***Pagi ini Putri bangun lebih pagi. Ia sangat bersemangat mengerjakan pekerjaan rumah. Bukan karena semalam dapat perhatian dari Radit, tetapi semalam membaca chat dari nomer baru yang menyuruhnya besok datang ke Mall tempatnya menaruh surat lamaran, buat interview."Kamu udah siap?" tanya Putri pada Mita lewat telepon."Siap.""Aku juga. Langsung ke tempatmu aku, ya. Berangkat bareng.""Oke.""Assalamualaikum, gemuk.""Waalaikumsalam, langsing."Sebelum mengakhiri panggilan, 2 sahabat itu saling adu tawa. Perasaan bahagia membuat hati berbunga-bunga dan tertawa adalah buktinya.Putri memasukkan ponsel dalam tas selempangnya. Ia kembali menatap diri di cermin. Celana jeans hitam, sweater rajut warna pink gambar hello kitty bagian depannya, make up naturan, model rambut diikat satu, tinggi, memakai sneakers warna pink mem
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status