Semua Bab Sexiest Journalist: Bab 21 - Bab 30
107 Bab
Langsung Eksekusi
“Did something happen?” tanya Lee ketika dirinya dan Gemi tengah makan siang bersama. Terlihat kegusaran di wajah Gemi, semenjak wanita itu menginjakkan kaki di restoran. Siang ini, Lee tidak menjemput Gemi di kantornya, karena Gemi masih berada di lapangan untuk wawancara dengan narasumber. Jadi, mereka hanya berjanji untuk bertemu di restoran. Gemi menggeleng tanpa minat sama sekali. Memaksakan senyumnya pada Lee kemudian berujar, “Lagi capek aja, sih, Mas. Kayaknya enak banget kalau pijet.” “Mungkin, sudah waktunya tubuhmu itu untuk istirahat, inget umur,” ledek Lee dengan mencebikkan bibir bawahnya. “Mending, di rumah aja ngurusin aku, pasti aku pijetin tiap hari kalau pulang kerja.” Gemi membalas Lee dengan cebikan yang sama sembari menahan senyumnya. “Gak kebalik, ada juga aku yang mijetin, Mas, kalau pulang kerja.” Lee menundukkan wajahnya dan berbicara pelan di telinga Gemi yang duduk di sebelahnya. “Semua bisa diatur, kita bisa pijet memijet
Baca selengkapnya
Gelap
Mewah dan berkelas.  Dua kata itulah yang mampu mewakili resepsi pernikahan Lee dan Gemi pada malam ini. Penuh dengan rekan dari kalangan media, serta para pejabat yang juga menyempatkan datang di pesta tersebut. Raja dan ratu sehari itu, tidak lepas memasang senyum bahagia mereka sedikit pun. Menyalami para undangan yang datang dari berbagai kalangan tanpa kenal lelah. Kedua mempelai pun merasa sangat terhormat, dengan kedatangan orang nomor satu di ibukota. Raja dan keluarga besarnya ternyata ikut menyempatkan hadir, dalam momen bahagia Lee dan Gemi. "Selamat, Lee!" seru Raja sangat bersemangat disertai senyum lebarnya saat menjabat tangan Lee. Sang gubernur tersebut juga sempat melakukan pelukan singkat sebelum akhirnya mereka mengabadikan moment bahagia itu bersama. “Makasih, Pak,” balas Gemi serta Lee secara bergantian. Tidak lupa juga, ucapan yang sama keduanya berikan kepada Aida yang selalu setia berada di samping Raja, di mana pu
Baca selengkapnya
Sebulan yang Lalu
Jarum jam sudah menunjukkan hampir tengah malam. Lee yang tampak panik karena melihat tubuh sang istri terkulai lemas di lantai ubin, akhirnya memutuskan menelepon dokter. Tidak mungkin rasanya kalau Lee membawa Gemi ke rumah sakit, atau, menelepon pihak hotel. Ada sebuah nama baik yang harus di jaga oleh Lee di sini, dan tidak ingin masalahnya menjadi bahan gosip karyawan hotel tempat dirinya menginap.Beruntung, rumah Yahya berada tidak jauh dari hotel. Jadi, ketika Lee menelepon pria itu untuk meminta bantuan, Yahya dan istrinya sudah berada di kamar hotel tidak sampai 20 menit kemudian.“Kalau main itu yang pelan, Lee!” ujar Yahya sudah duduk di samping Gemi dan sedang memeriksa tekanan darahnya. Sementara itu, Lee hanya bisa meringis karena candaan temannya itu.“Tekanan darahnya rendah,” lanjut Yahya kemudian memasang stetoskop di telinganya untuk memeriksa keadaan paru-paru, jantung serta pernapasan.Sejurus kem
Baca selengkapnya
Sandiwara
Wajah Gemi benar-benar pusat pasi kali ini. Menatap pria yang sudah sah menjadi suaminya dengan perasaan kacau dan terombang ambing.“I-itu … A-aku dije—”“Gemini Kamaniya!” bentak Lee memotong ucapan Gemi yang terbata was-was, penuh dengan kekhawatiran. “Kamu tidur dengan mantan pacarmu, kan?” desak Lee yang sudah berpikiran pasti, kalau istrinya saat ini tengah hamil.Dengan kepala yang masih berdenyut nyeri, Gemi menyingkap cepat selimutnya dan hendak menghampiri Lee.Pria itu pun reflek memudurkan langkah untuk menjaga jarak. Tatapan Lee pun berubah, seolah benar-benar meremehkan Gemi, memandang jijik. Kecewa dengan sebuah fakta yang didapatkan di malam pertama pernikahan mereka. Dan mengapa harus malam ini, Lee mengetahui semuanya. Kenapa bukan kemarin-kemarin hingga ia bisa membatalkan pernikahan mereka.Gemi menghentikan langkahnya ketika menyadari Lee tidak ingin berdekatan dengannya. “
Baca selengkapnya
Jaga Jarak
Malam itu, adalah malam kedua Gemi menjadi istri Lee, dan akan menjadi malam pertama, keduanya akan tinggal dalam satu atap.Pagi tadi, Lee membatalkan janji temu dengan Lyra di klinik wanita itu. Meskipun mendapat privilege di hari libur dan langsung ditangani oleh Lyra. Namun, Lee memiliki berbagai alasan agar tidak berada bersama dalam pemeriksaan kandungan Gemi.Lee hanya tidak mau mendengar langsung, kalau Gemi ternyata benar-benar hamil. Meskipun, di benak Lee hal itu sudah pasti terjadi, karena melihat dari tanda-tanda yang ditunjukkan oleh Gemi.Tidak hanya membatalkan pemeriksaan di dokter kandungan. Lee juga membatalkan perjalan bulan madu mereka ke Pulau Derawan. Menurutnya, hal tersebut tidak ada gunanya sama sekali. Menikah dan berbulan madu dengan istri yang sudah mengkhianatinya, sungguh hanya membuang-buang waktu saja. Lebih baik, ia kembali bekerja dan meneruskan hidup seperti biasa hingga saat perceraian itu tiba.“Setelah Chandie
Baca selengkapnya
Jangan Pernah
Gemi merebahkan diri di atas ranjang unit apartemennya. Menghela panjang seraya menatap sudut langit-langit dengan hampa. Menggenggam erat dua buah tespek yang menunjukkan dua buah garis merah yang ketara.Positif!Hasil yang didapatkan Gemi setelah melakukan tes mandiri, ternyata benar-benar seperti yang dibayangkan. Sekarang, Gemi benar-benar tengah mengandung, dan bisa dipastikan itu adalah anak Aries.Gemi terkekeh miris seorang diri, lalu meringkuk sambil mengusap perutnya yang masih rata. Tergugu dan terisak pilu meratapi nasib diri.  Memejamkan mata, meskipun derai bulir bening itu, terus melesak dan tumpah melalui sudut mata.Kehamilan, harusnya menjadi kabar bahagia, bagi seorang wanita yang sudah memiliki suami. Namun, tidak untuk Gemi. Wanita itu justru tidak mengerti, bagaimana bentuk perasaannya saat ini. Sampai akhirnya, Gemi lagi-lagi tertidur dalam tangis, dengan seluruh sesak yang menggeroti perasaannya.--Gemi tidak t
Baca selengkapnya
Mengambil Keputusan
“Papa …”Gadis kecil itu berceletuk manja, di tengah makan malam yang tampak lengang.“Ya, Sayang,” jawab Lee menghentikan sejenak suapannya untuk melihat Chandie.“Aku boleh tidur di kamar Papa malam ini? Tidur bertiga sama Mama?” tanya Chandie dengan tatapan harap.Gemi memelankan kunyahannya, mengarahkan tatapan pada Chandie yang duduk di sebelahnya dengan tersenyum kecil. Tanpa mau menunggu jawaban dari Lee, wanita itu lebih dulu berujar, “Kalau Mama yang temeni Chandie tidur di kamar gimana? Mama temeni sampai pagi, dan janji nggak akan balik ke kamar lagi.”Chandie menggeleng, membuat ujung kepang duanya berayun mengenai wajah mungil itu. Bibir mungil yang berwarna merah muda itu pun mengerucut kecil. “Aku mau tidur sama Mama, sama Papa. Temen-temenku kadang tidur bareng mama papanya juga, kok.”“Boleh, tapi nggak sering-sering, ya,” jawab Lee dengan tatapan
Baca selengkapnya
Sabar Sebentar
Setelah mengambil piyama tidurnya, Gemi kembali mengunci pintu lemari dan meletakkan kuncinya di atas lemari. Ketika Gemi baru membuka pintu kamar untuk mengganti baju di kamar tamu, sudah ada Chandie yang berdiri dengan memberi senyum lebar kepadanya.Gadis kecil itu memandang heran pada piyama yang dibawa Gemi. “Mama mau ke mana bawa piyama?”“Ah …” Gemi berpikir cepat untuk beralasan, seraya berjongkok di depan gadis kecil itu. “Mau ke kamar Chandie, mau ganti baju di sana sekalian nemeni cantiknya Mama siapin tas buat sekolah besok.”“Udah beres semua!” Chandie maju selangkah untuk memeluk Gemi lalu berbisik. “Gendong,” pinta gadis kecil itu dengan terkikik.Tawa geli Chandie itu pun spontan menular pada Gemi. Wanita itu mengalungkan tangannya pada tubuh Chandie lalu berdiri. Ketika berbalik, tatapan Gemi bersirobok dengan Lee yang baru keluar dari kamar mandi.“Chandie &h
Baca selengkapnya
Saya Hamil
Sudah sepuluh menit Gemi duduk tegak dan membisu. Pria yang masih sibuk menandatangani berkas di meja itu pun, masih setia untuk menyelesaikan pekerjaannya. Sama sekali tidak mengajak Gemi berbicara, meskipun hanya berbasa-basi. Pria itu hanya mempersilahkannya duduk, dan setelah itu tidak lagi berbicara dengannya.Gemi jadi berpikir, bagaimana kehidupan sang istri di rumah, selama menikah dengan pria seperti itu. Tapi sudahlah, untuk apa Gemi memikirkan rumah tangga orang lain, sedangkan, kehidupan pernikahannya saja sudah tidak berbentuk lagi.Akhirnya, pria itu berdehem. Gemi melirik, dan mendapati Pras beranjak dari kursi kebesarannya. Dengan wajah datar nan arogan itu, Pras duduk pada arm chair yang berada di samping Gemi, menatap ke arahnya.“Jadi, apa yang mau kamu sampaikan, Gemini Kamaniya?”Gemi memutar sedikit tubuhnya untuk menatap Pras. “Tawaran Bapak waktu itu, apa masih berlaku? Apa, Pak Pras sudah dapat penggantinya?&rdqu
Baca selengkapnya
Masalah Cinta
“Saya hamil.”Pras kembali mengetuk-ngetuk lengan kursinya untuk beberapa saat. Merangkai beberapa kejadian dan dugaan sementara yang tercipta dalam kepalanya. Gemi hamil, padahal usia pernikahannya baru beberapa hari berjalan. Serta, Gemi tidak ragu untuk pergi jauh ke Surabaya untuk menerima tawaran dari Pras.Itu berarti … Pras tidak ingin memuntahkan praduga tidak bersalahnya. Namun, tebakan kalau Gemi saat ini tengah hamil anak orang lain, sudah tersusun di benak Pras. Kalau tidak, mana mungkin Gemi berani mengambil tawarannya untuk pergi ke Surabaya. Pasti, ada sebuah kesepakatan yang dilakukan oleh Lee dan Gemi.Menarik!“Dan anak itu, bukan anak Lee.”Sungguh, Pras bukan seorang pria yang bisa berbasa basi. Pria itu langsung saja menebaknya di depan Gemi, tanpa mau repot-repot memedulikan perasaan wanita tersebut.Seketika tubuh Gemi menegang pias. Tidak pernah menduga kalau Pras akan menodongnya langsu
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
11
DMCA.com Protection Status