All Chapters of Sexiest Journalist: Chapter 31 - Chapter 40
107 Chapters
Off The Record
Sejak bangun tidur, gadis kecil itu selalu saja menempel pada Gemi, yang tengah sibuk mereview kembali semua penugasan yang masuk ke e-mailnya. Mulai hari ini, Gemi sudah mulai kembali melakukan rutinitasnya sebagai seorang jurnalis. Masa cuti yang lebih banyak dihabiskannya di apartemen, membuat Gemi lebih bersemangat untuk kembali ke lapangan untuk mengais berita. Wanita itu sangat berharap, kalau kehamilannya saat ini tidak akan menghambat semua kegiatannya di lapangan nanti. Gemi juga berharap, kalau sebulan ini akan dilaluinya dengan cepat, hingga ia bisa segera mengajukan surat pengunduran diri kepada perusahaan. “Mama …” panggil Chandie yang sudah merasa bosan. Gadis kecil itu duduk di samping Gemi sambil meletakkan wajah cantiknya itu di meja makan. “Yes, Chantik?” tanya Gemi sembari menahan mual yang tengah mengaduk-aduk perutnya. Gemi bisa, dirinya pasti bisa melewati semua keluhan, di awal semester kehamilannya pertamanya ini. “Kenapa, Mama
Read more
Sampai Waktunya Tiba
“Beeeh, Nyonya Arkatama akhirnya muncul juga,” sindir Lily yang baru saja mematikan seluruh perangkat komputernya. “Kirain mau memperpanjang cuti, lo, Gem.” “Heem, bulan depan deh, mau cuti selamanya dari Radar, biar, elo puaas!” balas Gemi yang memang tidak akan pernah sungkan jika berbicara dengan sang sekred yang bawel itu. Wanita itu terus saja melangkah menuju meja kerjanya yang ada di sudut ruang. “Ciee, yang mau jadi ibu rumah tangga. Full time mommy buat Chan-chan,” kekeh Lily sudah menyampirkan tasnya dan bersiap untuk pulang. “Belajar masak dulu, Gem,” lanjutnya masih saja terkekeh. “Bisaalaah,” jawab Gemi separuh berteriak, lalu duduk di kursi yang sudah sepuluh hari tidak ia tempati. “Masak aer!” Beberapa orang yang berada di ruang redaksi itu hanya terkekeh pelan, sembari terus memandang layar monitor masing-masing. Arca, pria single berusia 32 tahun, yang sama-sama berstatus redaktur madya dengan Gemi itu pun mendekat. Meraih kur
Read more
Bulan Depan
Di hari pertamanya kerja, malamnya Gemi sengaja pulang larut, meskipun ia tidak memiliki piket untuk memegang halaman hari ini. Memasuki pelataran kediaman Lee yang lumayan luas, dan memakirkan motor kesayangannya di carport.Gemi melakukan hal tersebut untuk menghindari Lee, maupun Chandie. Ia berharap, ketika sampai di rumah, Gemi bisa langsung merebahkan diri di kamar tanpa harus menyapa atau menjelaskan hal apapun dengan pemilik rumah.Gemi melihat lampu yang masih saja menyala. Ada kemungkinan, kalau Lee masih terjaga dan belum tertidur.Dengan amat perlahan Gemi membuka pintu dan menutupnya kembali, Berjalan pelan sembari menahan kantuk, dan hanya ingin merebahkan tubuh lelahnya di atas ranjang.“Mamaaa …”Dengan separuh kesadaran yang masih tersisa itu, Gemi mengerjab. Tersadar kalau saat ini ada seorang gadis kecil yang sudah memeluk tubuhnya.“Chan—die belum tidur?” Gemi mengusap wajahnya berulan
Read more
Tidak Mengerti
Lee tercengung, hanya terdiam ketika Gemi melewatinya menuju kamar mandi. Ada sebuah dilema ketika Gemi mengatakan akan menceraikannya bulan depan. Bukan … bukannya Lee tidak ingin menceraikan Gemi, tapi …“Kamu yakin, Gem?” tanya Lee masih berdiri di posisi yang sama.Tangan Gemi yang sudah terangkat untuk menyentuh gagang pintu kamar mandi itu pun, membatu sejenak. Membuang napas panjang lalu menolehkan kepalanya. Melihat punggung Lee yang bahkan tidak membalik tubuh untuk menatapnya.“Tolong jelaskan, kenapa aku harus ragu?” Gemi memuntahkan pertanyaannya tanpa gentar sedikit pun. Menurunkan tangannya sebentar lalu bersedekap menatap Lee yang masih membelakanginya. “Aku perempuan yang menganut paham feminisme, Mas. Jadi, aku nggak mau kamu hina dan kamu injak terus-terusan. Karena pada dasarnya, kita itu sama.”“Sama?” Lee berbalik menatap Gemi. Berusaha mempertahankan kewarasannya, agar tid
Read more
Sifat Asli Lee?
Di tengah-tengah sarapan pagi yang berlangsung seperti biasa. Yakni hanya ada ocehan dua wanita yang mendominasi. Gemi tiba-tiba membisu dan menegang sejenak. Perutnya benar-benar terasa bergejolak hebat. Memundurkan kursi dan berlari cepat menuju wastafel. Wanita itu memuntahkan semua sarapan yang baru beberapa saat lalu bersemayam di perutnya. Sari yang kebetulan berada di dapur, langsung menghampiri Gemi untuk membantu memijat tengkuk wanita itu. Sari juga membuka air kran agar memudahkan Gemi membasuh mulut serta wajahnya setelah selesai. “Nggak enak badan, ya, Bu?” tanya Sari, tapi tersenyum simpul sembari terus memberi pijatan di belakang leher sang majikan. “He’eh, Bik,” jawab Gemi lalu kembali memuntahkan isi perutnya. “Pusing juga, Bu?” Gemi hanya bisa mengangguk, untuk menanggapi ucapan Sari. Setelah dirasa tidak ada lagi yang hendak dimuntahkan, Gemi kemudian membasuh mulut serta wajahnya sekalian. “Mbak Chandie mau
Read more
Rencana Gemi
Gemi membuang napas panjang, dengan pipi yang menggembung. Menatap sebuah gedung tiga lantai dengan tulisan Sagara Lexius Law Firm, dengan warna biru laut yang mendominasi.Minggu lalu, Lee sudah menyerahkan buku nikah kepada Gemi. Itu artinya, pria itu memang benar-benar ingin bercerai dari Gemi, tanpa ingin terkait sebuah rasa sama sekali. Meskipun, Gemi masih sering melihat pria itu, mencuri pandang padanya jika tengah berada di rumah.Sepertinya, di sinilah akhirnya. Gemi akan langsung menemui Lex dan hanya ingin semuanya terlaksana dengan singkat. Dari pada Gemi harus mengurus sendiri dan merepotkan diri, lebih baik memanfaatkan bantuan yang pernah ditawarkan Lex, atau lebih tepatnya bantuan dari Pras kala itu.Dengan memantapkan hati, Gemi berjalan tegap memasuki gedung tersebut. Berkali-kali membuang napas, untuk menetralkan degub jantung yang tiba-tiba berdetak cepat. Yah, Gemi gugup karena pada akhirnya keputusannya untuk menggugat cerai Lee sudah bulat
Read more
Supir Taksi On-line
Ruang yang tadinya hanya terisi dengan tangis dan rengekan Chandie, kini berubah heboh dengan para wanita yang bertanya tentang kehamilan Gemi. Siapa lagi kalau bukan sang ibu dan ipar Gemi, yang baru saja datang untuk melihat Chandie.Terlebih-lebih Chandie. Gadis kecil itu sungguh sangat senang ketika mengetahui Gemi benar-benar hamil. Chandie yang selalu merasa kesepian di rumah, akhirnya sudah berkhayal akan memiliki teman yang bisa diajak main nantinya."Sudah berapa minggu? Kenapa nggak ngomong-ngomong sama Ibu?" tuntut Audi seraya mencubit gemas pipi putrinya."Empat minggu," jawab Gemi lalu menatap Lex dan pandangan mereka bersitatap penuh maksud.Lex yang telah paham akan kondisi Gemi, karena sudah diberitahu Pras sebelumnya, hanya membisu. Memilih tidak ikut campur dalam hal yang menurutnya sangat merepotkan.Sementara Lee, yang sedari tadi melihat Gemi dan Lex saling tatap itu, langsung memberi deheman tidak suka. Merasa curiga, kalau ke
Read more
Please, Mas
Euforia bahagia tentang kehamilan Gemi, masih saja terbawa sampai ke rumah Lee. Keluarga yang tengah berkumpul untuk menjenguk Chandie, sekaligus mengucap selamat pada Lee dan Gemi atas kehamilan pertama ini. Diantara semua kebahagian tersebut, hanya Lee dan Gemilah yang merasakan hal berbeda. Sementara itu, Gemi terpaksa memundurkan rencana perceraian yang sudah jelas di depan mata. Setidaknya, sampai putri sambungnya itu benar-benar pulih. “Gemii!” seru Asri yang melihat Gemi hendak menaiki anak tangga. Yang dipanggil langsung menoleh dan menghentikan langkahnya. “Kenapa, Mbak?” “Jangan naik turun tangga, kalau bisa pindah ke kamar bawah aja dulu selama hamil,” nasehat Asri lalu menoleh pada adiknya. “Lee, baju-baju sama barang-barang Gemi pindah ke bawah aja dulu sementara.” Gemi dan Lee saling melempar pandangan datar, dengan menyimpan pikiran masing-masing. Namun, pria itu memutusnya terlebih dahulu untuk menjawab komentar sang ka
Read more
Apapun
Chandie yang sudah bangun sedari tadi hanya sibuk mengerucutkan bibir. Sibuk bertanya-tanya karena tidak ada Gemi di sampingnya seperti biasa, jika mereka tidur bersama. Saat Chandie berteriak untuk memanggil Gemi pun, yang mendatanginya adalah Sari, bukan sang mama.“Mama ke mana, Bik?” tanya Chandie sembari meringis nyeri karena merasakan nyeri pada lengannya. Gadis kecil itu sudah berdiri di ambang pintu untuk menengok ke luarSari bingung harus menjawab apa. Pagi-pagi sekali, Bayu sudah bergosip dengan Sari mengenai kejadian semalam. Bayu mengatakan, bahwa Gemi pergi dari rumah dengan wajah yang sembab. Bayu menduga, kalau majikan mereka tengah bertengkar hebat tadi malam.Sari sebenarnya sudah curiga, kalau pernikahan Lee dan Gemi memang bermasalah. Sari sempat beberapa kali melihat Gemi keluar dari kamar tamu pagi-pagi sekali. Jelas terlihat, kalau majikannya itu tidak tinggal di satu kamar.Namun, apa sebenarnya yang terjadi. Padah
Read more
Berdamai
Setelah Chandie menghabiskan makannya dengan terus dibujuk oleh Gemi, Vita pun meminta izin untuk pulang dan kembali ke sekolah. Hati Vita semakin bertanya-tanya, ada apa sebenarnya dengan rumah tangga Lee dan Gemi. Vita yakin sekali, kalau sepasang suami istri itu tengah menghadapi masalah dalam pernikahan mereka. Sementara itu, Chandie pun kemudian tertidur dengan lelapnya, setelah memberi banyak pesan kepada Gemi yang intinya hanya satu, yaitu jangan pergi ke mana-mana dan tetap berada di sisinya. “Mas, aku mau ngomong,” kata Gemi setelah keluar dari kamar dan mendapati Lee tengah berdiri, sambil mengetikkan sesuatu di ponselnya. Lee menoleh pada Gemi dengan kedua tangan yang masih memegang ponsel. “Silakan.” “Kalau, Mas, nggak mau aku pergi-pergi lagi sesuai permintaan Chandie. Jangan pernah libatkan miss Vita sama sekali di sini.” Seraya menatap Gemi, Lee memasukkan ponselnya ke dalam saku celana bahannya. “Bukannya kamu sudah tahu alasan
Read more
PREV
123456
...
11
DMCA.com Protection Status