Semua Bab True Colour: Bab 1 - Bab 10
20 Bab
Malam yang mencekam
London, 2015  Seorang wanita tengah berjalan di kegelapan malam Kota London dengan kewaspadaan yang meningkat beberapa level. Setiap detik dia menoleh ke belakang lalu kembali melanjutkan langkahnya dengan detak jantung yang berdebar hebat.  Lampu-lampu jalan menerangi trotoar tempat dia berjalan. Sejauh mata memandang, dia tidak menemukan manusia satupun yang sedang berada di luar rumah seperti dirinya. Mungkin karena malam ini hujan lebat telah membasahi seluruh kota. Ditambah dengan suhu udara yang terasa turun hingga ke minus derajat.  Mungkin mereka memilih untuk tidur di rumah dengan menyalakan perapian yang hangat ditemani dengan segelas teh atau coklat panas. Bisa juga mereka sedang bergelut d
Baca selengkapnya
Sekolah baru
Detik selanjutnya dia merasakan hujaman benda tajam yang menusuk lehernya dengan bringas.  Suaranya tercekat, mulutnya terbuka mencoba untuk mengeluarkan teriakannya. Namun tidak ada sedikitpun suara yang keluar. Dengan segala upaya wanita itu mencoba melepaskan diri. Memukul, mendorong hingga mencakar tubuh lelaki gila itu. Tanpa terasa kuku-kuku cantiknya telah rusak dan patah, darah mengalir dari luka pada bekas kukunya itu. Perlahan tenaga wanita itu terasa seperti terkuras habis. Begitupun dengan darah yang ada di dalam tubuhnya. Brugh. Dengan mudahnya lelaki itu meninggalkan wanita yang sudah tidak
Baca selengkapnya
Hugo Stein
Sinar mentari mulai memberikan kehangatan bagi seluruh penghuni bumi. Lelaki yang masih terlelap itu mulai membuka matanya karena gangguan dari sinar yang menelusup dari tirai jendela kamarnya. "Aku bosan dengan semua ini," keluhnya. Siapakah lelaki itu? Benar dia adalah Aldrich. Lelaki itu tinggal sendiri di sebuah Apartemen Mewah yang hanya ditinggali oleh para konglomerat. Sekaya apa hingga bisa disebut konglomerat? Jika kamu memiliki harta bersih senilai 1 Million Dollars dan masih bisa bertambah setiap hari. Kamu bisa disebut sebagai konglomerat.
Baca selengkapnya
Pembalasan
Kerlap-kerlip lampu mengiringi musik dari DJ yang sedang berdentum ria. Seorang lelaki dengan bertubuh kekar dan kulit sawo matang sedang asik menggoyangkan tubuhnya dengan enerjik. Dia adalah Hugo Stein.   Tampaknya alkohol sudah mulai menguasai dirinya. Dengan langkah yang sedikit limbung dia beranjak dari lantai dansa dan kembali ke meja bar. Dia meminta bartender untuk mengisi kembali sampanye yang sudah kesekian kalinya.   Bartender itu menatap sinis Hugo.    "Apa?! Lakukan saja tugasmu," bentak Hugo tidak suka.   Sebenarnya bartender itu tidak peduli jika Hugo mabuk. Akan tetapi dia hanya tidak ingin di barnya terjadi keributan yang tidak penting karena seseorang yang mabuk.  
Baca selengkapnya
Berkunjung
Semua pelajaran hari ini berlangsung seperti biasa. Saat guru keluar dari ruangan kelas, datanglah seorang wali kelas.   "Halo, saya hanya ingin menyampaikan untuk siswa baru setelah ini kalian jangan pulang dulu. Ikut ke ruangan saya," ucap Ibu Wali Kelas.   "Aldrich, Vincent! Jangan coba-coba kabur lagi." Ibu Wali Kelas menunggu di depan pintu.   Aldrich dengan tenang berjalan menuju pintu keluar. Vincent segera menyusul lelaki itu lalu berbisik. "Kamu ikut ke ruangan?"    Aldrich tidak menjawab, dia mempercepat langkahnya melewati wali kelas dengan mudah. Wali kelas itu terlihat seperti tersihir hanya diam hingga Aldrich menjauh dari pandangannya.    Vincent melihat kejadian baru saja dengan takjub. Lalu dia berniat untuk kabur juga, belum sempat dia berjalan melewati wali kelas, tangannya ditarik oleh sang wali kelas.   "Mau kemana?" &nb
Baca selengkapnya
Kedatangan polisi
"Fuck! Aku harus kembali ke rumah," umpat Aldrich. Tidak peduli lagi dengan ponselnya yang remuk, dia kembali masuk ke dalam mobil lalu menginjak pedal gas hingga suara deruman khas Mobil Ferrari terdengar. Setelah kurang lebih 1 jam perjalanan ke rumahnya yang berada cukup jauh dari pusat kota. Kini Aldrich sudah memasuki pekarangan rumahnya, terdapat taman luas yang menghiasi bangunan rumah bergaya Victorian itu. Aldrich segera menghentikan mobilnya cukup jauh dari pintu masuk. Tampak di depan pintu masuk seorang lelaki terlihat tidak tenang. Ditambah dengan melihat Aldrich yang datang dengan raut wajah dinginnya, membuat lelaki yang berdiri di depan pintu semakin ketakutan. "T—uan," sapa lelaki itu.
Baca selengkapnya
Ancaman
“Ada perlu apa dengan teman saya, Pak?” tutur Vincent. Salah satu polisi itu menggiring Vincent untuk pergi dari ruang kelas, sementara polisi lainnya sedang menanyakan beberapa pertanyaan kepada Aldrich. “Kamu mengenal Hugo Stein?” “Kami berada di kelas yang berbeda, tapi saya pernah bertemu dengannya,” balas Aldrich. “Berdasar pada informasi yang diberikan oleh gurumu, kamu pernah berkelahi dengannya. Apa itu benar?” “Hugo memukul saya, tapi saya tidak membalas. Apa itu dapat disimpulkan sebagai perkelahian?” Aldrich tersenyum dengan menatap lekat polisi di depannya. “Oke, aku mengerti. Lal
Baca selengkapnya
Penemuan jasad
Berita pagi ini sangat membuat warga London merasa ketakutan. Di seluruh media elektronik maupun media cetak tersebar berita mengenai penemuan jasad wanita dengan leher yang terkoyak akibat gigitan sesuatu. Para petugas kepolisian pun melakukan penyelidikan mengenai kasus ini.    Seluruh area hutan itu pun ditutup semetara selama proses penyelidikan. Memang hutan yang menjadi tempat penemuan jasad itu adalah hutan yang masih alami dan tentunya terdapat banyak hewan-hewan buas. Namun terdapat kejanggalan yang masih menjadi pertanyaan bagi petugas kepolisian.   Apa motif wanita itu hingga pergi ke hutan?   Jika memang dia diserang binatang buas, mengapa tidak ada tanda perlawanan dari wanita itu?  
Baca selengkapnya
Newbie
Tepat tengah malam, Aldrich mengendarai mobilnya ke arah rumah tahanan tempat Hugo menjalani hukumannya. Sesampainya disana, dia melakukan teleportasi untuk bisa masuk ke dalam area rumah tahanan. Dengan mudah Aldrich menyusup masuk melewati pintu depan yang ternyata sedang tidak ada penjaga.  Setiap langkah kaki yang dia ambil, setiap lampu juga akan mati seketika. Sehingga semua lorong yang dia lewati menjadi gelap. Saat akan sampai di sel tahanan Hugo, Aldrich bertemu dengan dua orang sipir. Mereka berdua terkejut melihat Aldrich yang tiba-tiba ada di dalam rumah tahanan. "Siapa kamu?" tanya salah satu sipir. Aldrich hanya diam dan menatap dua sipir itu. Dia kembali melanjutkan langkahnya. Tapi baru satu langkah, kedua sipir itu menahan bahunya untuk berhenti.
Baca selengkapnya
Rasa haus
Kriinggg Bel pulang sekolah telah berbunyi. Semua siswa pun bersiap untuk pulang. Termasuk Aldrich yang baru saja selesai berkemas. Namun saat akan keluar dari kelas, Helena memanggil Aldrich. "Aldrich tunggu!" teriak Helena. Tapi Aldrich sama sekali tidak menghiraukan Helena dan terus melangkahkan kakinya. Helena segera menyusul Aldrich yang sudah berjalan cukup jauh di lorong sekolah. "Apa telingamu sudah tidak berfungsi?" kesal Helena. Aldrich tetap diam dan melanjutkan langkahnya menuju halaman parkir. Helena yang merasa kesal pun menghadang Aldrich. "Kenapa kamu hanya diam? Apa aku ada salah?" 
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12
DMCA.com Protection Status