Semua Bab Misi Bertemu Cinta: Bab 41 - Bab 50
63 Bab
41. Sebesar cintaku
~Tak mudah mencintai. Tak mudah bilang cinta. Karena selama itu kita sering menyimpan rasa. Bukan soal kita yang beda. Tapi, Tuhan saja yang masih menguji cinta kita~                                 ***Icha menatap cermin. Melihat wajahnya yang sangat hitam. Ia usapkan aliran air dari kran itu ke wajahnya. Warna hitam pekat yang menyelimuti wajahnya, kembali putih bersemi. Sedetik kemudian, Icha menjadi Imaz. Ya. Icha adalah Imaz. Bagian dari rencana yang pernah pak Jack katakan saat di pengadilan agama.Kembali saat di pengadilan agama, tepatnya di gubuk, pak Jack membisikkan rencananya yang merekomendasikan Imaz agar menjadi orang lain. Sekaligus melaksanakan masa iddahnya. Dengan begitu, cinta mereka semakin diuji. Seberapa besar cinta Robet terhadap dirinya. Dia yang buta, tak kenal siapa Icha.
Baca selengkapnya
42. Gadis buruk rupa
~Wajah bisa berubah tapi tidak pada hatinya. Perkataan bisa hampa tapi tidak pada hatinya. Mungkinkah dia bisa mendengarkan kata hatinya meski wajah tak seindah dia?~                                   ***Kapten Richard mengetuk pintu lagi. Berdebar-debar hati Imaz. Mereka adalah polisi. Mereka bisa saja tahu siapa dirinya. Ia terbata-bata membuka pintunya. Tepat di hadapannya, tatapan kapten Richard sangat mengerikan."Maaf mbak mengganggu waktunya sebentar. Apa kau tau wanita yang ada di foto ini?" Kapten Richard bertanya sambil menunjukkan fotonya. Dan yang mengagetkan Imaz, ia memasang foto resmi yang pernah ia beri saat daftar santri putri pesantren benang biru.Imaz hanya menggeleng."Icha, siapa?" Teriak nenek dari kamar. Ah, pertanyaan nenek membuat Ima
Baca selengkapnya
43. Jarak dan doa
~Jarak memang dekat. Doa juga dekat. Tapi, hati kita saja yang sulit merekat. Sampai kapan kau menjauhi takdir dengan menjaga jarak dan doa?~                                    ***Hujan rintik air mengalir. Menggenangi bumi. Membasahi matahari. Membuat dunia dan seisinya tanpa malu mengalirkan air matanya. Sangat deras. Namun, mengiris hati Imaz. Sesuai gelora jiwanya yang terkikis oleh sebuah harapan. Entah, harapan itu berefleksi menjadi kenyataan atau meratap saja jadi buih penderitaan. Jujur, sangat nelangsa.Hubungan yang paling diidamkan setiap wanita adalah perhatian seorang suami. Apalah jadinya jika dalam suatu hubungan perhatian itu ia anggap sebagai percobaan? Wanita bukanlah tempat istana kemerdekaan yang tiap empat tahun sekali pergantian tahta. Laiknya bertahta pada hati seorang
Baca selengkapnya
44. Berjuang mati-matian
~Aku yang berjuang matian-matian mendapatkan hatinya justru orang lain yang pantas bersanding dengannya. Aku hanya tempat persinggahanmu berbagi komitmen namun ternyata sekedar momen~                                             ***Masih melanjutkan perjalanan cinta Arman dan Irma. Pulang sekolah, Arman sudah didapati orang tuanya yang sedang rebahan di ruang tamu beralaskan tikar. Rumahnya memang sangat sederhana. Syukurnya, tidak kontrakan ataupun kos-kosan. Rumah itu jerih payah orang tuanya dari penjualan gado-gadonya. Murahan. Tidak berlantai keramik. Hanya tanah yang masih subur. Tidak memiliki jendela karena uangnya tak cukup. Bahkan kamar mandi saja tidak ada atap dan pintunya. Untungnya saja, di desa yang ia tempati tak mengenal konten dewasa sebab mereka kurang update dengan yang namanya handphone
Baca selengkapnya
45. Sandiwara
~Kau tutupi tatapanmu. Ku tutupi perkataanku. Tapi, ku buka sandiwara untuk menjalankan pertemuanku. Sanggupkah kau merasakan getaran cinta yang hebat tanpa melihat? Sanggupkah aku menjalankannya tanpa berkata? Itulah definisi kelemahan pria dan wanita.                                               ***Pak Jack dan Imaz saling menatap terpaku. Mereka benar-benar melupakan kalau ayah Robet pernah bertemu dengannya di ruang persidangan. Seketika itu, raut mukanya berubah. Ia berpura-pura canggung dengan Imaz."Iya pak. Saya tidak menyangka bakal ketemu bapak disini," katanya dengan ramah."Oh begitu." Ayah Robet manggut-manggut, "bapak masih ada keturunan dengan Kiyai Hasan Besari?""Tidak pak. Saya cuma ingin berziarah saja." Mereka tida
Baca selengkapnya
46. Ada seseorang di balik kamarku
~Ada sentuhan tapi tak ada rupa. Ada perhatian tapi tak ada perkataan. Segitunya aku mengharapkan kehadiran cinta yang ada di hatimu~                                              ***Mereka berduyun-duyun turun dari mobil. Ayah memapah Robet sampai masuk ke dalam. Melihatnya dari belakang, Imaz tak tega. Sampai kapan ia harus menderita tanpa bisa melihat kehadiran orang-orang yang disekitarnya. Harapan sembuh harus mendapatkan donor darah golongan AB.  Sementara, dirinyalah yang memiliki golongan itu. Dalam keadaan ia menjadi orang lain.Keluar dari bagasi, Imaz mengendap-endap masuk ke dalam. Bak perampok yang gila harta dan ingin mencapai target pada pengusaha kaya raya itu. Mereka sibuk mengurus Robet yang diantarkan ke kamarnya. Belum sempat ia naik tangga, ora
Baca selengkapnya
47. Kehadiranmu
~Kehadiranmu mungkin buatku merasa tenang. Tapi, kehadiranku justru buatmu merasa aman~                                             ***Gawat! Imaz berdecak dalam hati. Kalau sampai ibu Robet mengecek satu persatu yang ada di kamar, bisa-bisa mati kutu!"Memangnya aneh bagaimana Bet?" Ibunya butuh penjelasan. Justru ibunya berpikir yang aneh malah Robet. Semenjak dia kehilangan penglihatannya, merasakan hal-hal berbau mistis. Jangan-jangan Robet berubah menjadi indigo?"Tadi ada getaran bumi. Barusan ibu ngetuk pintu, tapi ada juga yang membangunkanku," kata Robet dengan jelas.Imaz terkejut, menganga."Masak sih, Bet? Ibu tidak merasakan apa-apa. Ya kan yah?" Ibunya melempar pertanyaan pada ayah.
Baca selengkapnya
48. Tersesat dalam kerinduan
~Rindu itu berat. Nanti kamu gak akan kuat. Kalau salah sasaran, awas nanti tersesat~                                           ***Pagi hari itu, menjadi pagi yang sudah tidak ada lagi infus. Tidak ada lagi makan bubur. Tidak ada lagi oksigen. Tidak ada lagi bau obat. Yang ada koper. Udara segar. Dan Irma masih dalam genggamannya. Bersama dengan ayah Arman, mereka keluar dari kamar. Disambut pihak polisi yang siap mengikat kedua tangannya dengan borgol. Ayah Arman langsung menatapnya nanar."Pak, apakah tidak bisa mereka tinggal sebentar di rumahku. Sampai benar-benar pulih?" Ayah Arman memohon di hadapan mereka.Mereka saling menatap. Salah satu menghela napas dan menjawab, "maaf pak, kami tidak bisa. Sesuai kebijakan, jika tersangka sudah d
Baca selengkapnya
49. Mahrom rasa halal
~Satu-satunya dia yang aku cinta juga satu-satunya dia yang telah buat aku terluka. Definisi yang mahrom berasa halal~                                           ***"Siapa yang lagi rindu?" Robet mengelak.Imaz mengetik, "sudahlah Gus, kalau kau rindu bilang saja.""Hey, kenapa kau tiba-tiba bangun?"Imaz mengetik, "heran saja Gus. Kenapa kau sempat-sempatnya salat tahajud?"Robet tersenyum, "karena waktu inilah yang bisa membuat aku tenang ketika berdialog dengan Allah."Imaz yang tengah duduk di belakangnya tertegun mendengarnya. Apa yang ia katakan sama dengan apa yang Imaz pikirkan. Sepertiga malam adalah waktu terbaik untuk menangkan hati dan leluasa
Baca selengkapnya
50. Iddah berasa mawaddah
~Masa lalu adalah masa indah. Masa sekarang adalah masa iddah. Harapan masa depanku adalah berawal iddah menjadi mawaddah. Aku hanya ingin sakinah bersamamu~                                             ***Imaz mengetik, "nasi bungkus itu tadi buat aku kan?"Robet terpekur. Ia telah meninggalkan nasi bungkusnya di mobil."Haduh! Aku lupa Cha. Nasinya ketinggalan di mobil. Maafkan aku. Kau benar-benar lapar?"Imaz mencari sesuatu di youtube. Kemudian ia tekan play. Seketika itu, suara bayi menangis dengan volume paling tinggi dari youtube, membuat Robet terperanjat."Hey, kenapa kau menyalakan alarm?" Dengan muka masam. Imaz menahan senyum.Imaz mematikan youtube-nya. Ia menget
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status