Semua Bab Misi Bertemu Cinta: Bab 51 - Bab 60
63 Bab
51. Cinta dan luka
~Hati pernah menyimpan rasa cinta. Hati juga pernah tergores luka. Kedua rasa yang tak bisa dilupakan begitu saja~                                            ***Air mata Imaz meleleh. Ia tak kuasa melihat seseorang yang ia cintai, mengatakan kalau dirinya secepat itu mendapat pengganti.Robet terus memanggil cemas. Tak biasanya Icha diam begitu saja ketika diajak berbicara. Telinga terngiang-ngiang suaranya, imaz pun berlari ke kamar mandi. Membuka kran air. Agar ia tak mendengar Imaz memanggilnya.Ia larut dalam tangisannya."Icha? Kok diam?"Robet makin panik. Ia mendengar suara kran dari kamar mandi tiba-tiba. Ia berpikir dan yakin kalau Icha berada di kamar mandi siapa lagi kalau yang ada di kamar
Baca selengkapnya
52. Air mata darah
~Air mata meleleh kala melihat kau menghilang dariku. Darahku mendidih kala melihat kau terluka bukan karena aku. Menangislah! Karena Allah tak pernah melarang itu~                                              ***"Abah, mau jodohkan Robet dengan siapa?" Gus Fatih penasaran."Siapa lagi kalau dengan Hilda?" Kata romo kiyai Usman dengan yakin.Robet sudah menduga. Siapa lagi kalau bukan Hilda? Irma juga di penjara bersama Arman. Bahkan, ayahnya tidak memedulikan keadaannya.Ning Fiyyah yang mendengar itu, tak ada harapan lagi untuk memenuhi amanah romo kiyai mempertemukan cinta Robet dan Imaz."Wah, sepertinya cocok. Kapan bah mereka taarufan?" Timpal Gus Fatih."Hilda sekarang semester delapan. Doakan
Baca selengkapnya
53. Malaikat tanpa sayap
~Tanpa perlu kau meminta, dengan perasaan yang penuh cinta, aku rela mengepakkan sayap untuk membuktikannya~                                            ***Dinginnya angin malam menelisik tubuh dan ketegangan di antara mereka. Ning Fiyyah memicingkan mata untuk memastikan apakah benar yang ada di depannya adalah manusia. Dia mendekat. Lampu dari atas kepala Imaz berpendar menunjukkan cahaya kebenaran. Hati berdesir kala melihat realitanya. Tanpa susah payah ia mencari, Imaz datang sendiri dengan kerendahan hati. "Imaz?" Imaz tersenyum tipis. Menahan terpaan deras hujan yang membuat bibirnya bergetar menggigil. Saling merindukan, di balik hujan yang membutuhkan kehangatan, mereka berpelukan. "Iya, Ning. Aku tahu kau pasti memahami isi hatiku. Kau akan membuktikannya dengan cara Ning sendiri.""Aku senang bisa bertemu denganmu lagi."Saking senangnya mereka bertemu, baju yang ia kenakan basah, kotor terkena masker hitam. Ni
Baca selengkapnya
54. Terlalu Cinta
~ Bekas peluru masih terasa. Darah ia korbankan. Bukti apa lagi agar dia percaya bahwa aku terlalu mencintaimu? Aku memang terlalu mencintaimu meski kau buta mata dan hati.~                                                       ***Bagai disayat-sayat. Pedihnya hati melihat Robet disiksa di depan banyak orang yang ditutup matanya  seperti ia yang tak bisa melihat. Di ikat pada kayu. Di tatap tajam oleh musuh. Terlebih peluru siap melaju. Pria misteri itu memantik peluru. Imaz tak siap melihat Robet tiada. Lebih baik dia tidak punya hubungan dengannya daripada ia harus kehilangan dia selamanya. "Gus....." teriak Imaz.Dan Dooorrrr!!!Peluru justru menancap ke dada Imaz. Darah meledak ke wajah Robet. Napasnya terhenti dan terjatuh tak sadarkan diri. "Imaz...." gumam Ning Fiyyah kaget. Ia langsung menghampirinya. Menangis melihat keaadan Imaz yang bersimbah darah. "Hey! Siapa yang kau tembak?" Tanya Robet heran kenapa saat p
Baca selengkapnya
55. Jika
~ jika kau cinta, siapkan hatimu. Jika kau kecewa, siapkan akalmu. Jika sudah terlanjur sakit dan kecewa, siapkan relasi antara hati dan akalmu. Kadang punya hati tapi tak dapat memahami. Kadang punya akal tapi tak dapat berpikir~                                                ***Melihat kabar kematian Imaz, Irma ingin berkunjung ke makamnya. Tetapi, bagaimana bisa sedang dia di penjara. Penjaga polisi tadi langsung menarik tangan Irma. Mengisyaratkannya untuk kembali ke sel tahanan. Ia melintasi sel tahanan. Tepat di depan sel tahanan Arman, ia menghentikan langkahnya. Arman yang sedang duduk termenung di pojokan segera mendekat. Irma menatapnya nanar. "Man, apa kau sudah tau kabar tentang Imaz?" Tanya Irma menyeka air matanya. "Dia sudah ketemu?" "Iya.""Alhamdulillah.""Dan dia sudah bahagia disana." "Mereka menikah?""Imaz sudah bahagia di alam sana."Arman terperangah. Jantungnya berdetak
Baca selengkapnya
56. Pandangan pertama calon suami
~Mencoba mengobati dengan pengganti baru. Mencoba melupakan karena dia bukan untukku. Dan mencoba mengikhlaskan walau kadang hati sering berdusta. Cinta tak salah. Tapi aku yang salah~                                                       ***Senja membutakan segalanya dengan segala keindahannya. Ning Fiyyah dengan gesit melukisnya. Ibu Robet memotretnya. Keluarga Hilda merekam saat senja datang hingga menghilang. Mereka mengabadikan momen dengan cara masing-masing. Ketika senja menghilang, Ning Fiyyah mengucapkan terima kasih telah mengizinkan melukisnya. Robet mengucapkan terima kasih telah hadir walau dia tak bisa melihat kehadirannya. Hilda mengucapkan terima kasih sudah hadir walau sebentar. Tapi, ia yakin dia akan datang dengan segala keindahannya. Senja yang datang untuk mengindahkan, rela menghilang demi langit yang menggelapkan. Langit sudah menunjukkan kegelapannya. Keluarga Hilda memulai makan malamnya. "Hilda, besok pagi k
Baca selengkapnya
57. Ketika semua berubah
~Janji kita berdua yang dulu pernah kita ikrarkan untuk bersatu dalam ikatan cinta harus terpisah dalam alam berbeda. Akankah janji kedua bisa satu untuk selamanya?~                                                 ***Sultan sudah meminta taarufan mereka selesai. Tak mau nanti kesiangan dan terlalu menunggu lama di bandara, Sultan menuntun Robet. Hilda menatapnya sangsi. Kiyai Usman juga merasa tak enak jika mengganggu keberangkatan mereka. Maka, beliau meminta maaf dan pamit langsung pulang ke rumah. Sultan menyalakan mesin mobilnya. Mobil siap melaju ke bandara. Robet siap untuk dioperasi. Mata siap untuk melihat luasnya dunia. Selama tiga bulan ini, mereka akan menetap di Singapura. Menanti keberhasilan penglihatan Robet. Masalah pekerjaan, Sultan sudah meminta Daniel menghandle-nya. Masalah jadwal pengajian, Robet sudah mencari penggantinya dari kang-kang lain yang siap mengajar. Masalah pernikahan, mereka serahkan semuanya pada Allah ta'ala. Mu
Baca selengkapnya
58. Masa laluku bukan masa depanmu
~Ketika kedua kali aku mengucapkan Qobiltu, aku akan belajar untuk mencintaimu. Walau terkadang melawan hati sulit bagiku. Karena adanya keyakinan, aku percaya Allah yang memberi restu~                                        -----SAGA------                                                    ***Hal yang paling dinantikan Robet adalah bisa melihat. Ketika sudah lama ia menunggu antrian, akhirnya Dokter Thomas memanggilnya juga. Ningsih dan Sultan senang melihatnya. Mereka menunggunya di depan ruang operasi sambil berdoa. Kapten Richard masih memberi pertanyaan pada geng mafia itu. Ia belum puas jika tidak ada bukti. Maka, kalau sampai hari ini ia tak menjawab jujur lagi, ia akan mencari bukti bersama anggota-anggotanya. Petugas polisi membawa Ray lagi. Ia menatapnya dengan memutar bola matanya malas. Lalu, duduk. "Ray, jangan bosan-bosan mendengar pertanyaanku jika kau tidak mau jujur," kata Kapten Richard."Apalagi yang
Baca selengkapnya
59. Harta berharga Ningsih
~Kebahagianku adalah melihat Robet bahagia. Kesedihanku adalah melihat Robet sedih. Karena harta yang paling berharga adalah memiliki anak seperti Robet~                                              ---NINGSIH----                                                    ***Hilda mencoba menelponnya, namun tak dapat dihubungi. Jadi benar ia telah memblokir nomornya. Apa dia merasa sakit hati? Air mata Hilda meleleh. Ia kemudian terisak. Kenangan bersamanya sungguhlah banyak. Ketika saat pertama kali bertemu dengan dia. Di sebuah jembatan ampera, ia tak sengaja menabraknya. Itu semua karena kecerobohannya. Bangun kesiangan. Tidak sempat sarapan. "Kau baik-baik saja?" Saga justru menanyakan keadaannya. "Iya, aku baik-baik saja. Maaf ya, aku buru-buru." Hilda meraih tasnya yang tergeletak di sampingnya. Lalu, berlari masuk ke kelasnya. Pertemuan itu ketika Saga skripsi jurusan bahasa inggris. Ia tetap lanjut kuliahnya di jurusan
Baca selengkapnya
60. Surga di telapak kakimu
~بَارَكَ اللهُ لَكَ وَبَارَكَ عَلَيْكَ وَجَمَعَ بَيْنَكُمَا فِيْ خَيْرٍ"Barakallahu laka wabaraka 'alaika wajama'a bainakuma fi khair""Semoga Allah memberi barakah kepadamu dan atasmu serta mengumpulkan kamu berdua dlm kebaikan." (HR. Bukhari, Muslim, Tirmidzi)~***Robet merasa ada yang mereka sembunyikan. "Bu, ayah kemana? Kok aku sama sekali tidak mendengar suaranya?" Ningsih bingung harus menjawab apa. Ia pun terpaksa menjawab seadanya. "Ayah sedang mencari makanan." "Oh, begitu." Ningsih menahan air matanya. Sultan dan pihak kepolisian membawa satpam ke kantor untuk dimintai keterangan. Saat Sultan bertemu langsung dengan geng mafia. Dengan emosi, dia menampar mereka satu persatu. "Sebenarnya, siapa kalian sampai berusaha membunuh Robet?" Pihak polisi berusaha menenangkan Sultan dengan menyuruhnya duduk. Ray sebagai ketua geng tersenyum licik. "Kau mau tau siapa kita?" Ra
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status