All Chapters of My Sugar Mommy: Chapter 41 - Chapter 50
105 Chapters
Episode 41 Menunggu Kabar Gembira
  Mobil memasuki sebuah rumah yang lumayan bagus di daerah Blok M. Kami akan menjemput Aska. Anak remaja itu lebih suka menghabiskan waktunya di rumah tantenya.  Tante Aska mempunyai anak yang seumuran dengan Aska. Sehingga anak itu senang bermain di sana.  Aku masih penasaran dengan berita bagus yang akan disampaikan Sarah kepadaku. Kira-kira apa ya? " Mommy?!" teriak Aska ketika melihat kehadiran kami.  Adik Sarah menyambut kami dengan senyuman. Usianya sekitar 30 tahun. Aku tersenyum dan membungkuk hormat. Sebuah peran harus dimainkan lagi. "Silahkan duduk, Mas!" sapa adik Sarah. "Terima kasih, Mbak," jawabku. A
Read more
Episode 42 Caffe Untuk Pram
Bab 42 Sebelum mengatakan sesuatu Sarah menatapku polos. Ada binar di matanya. Aku tidak pernah mengerti arti tatapan matanya. Hanya yang kulihat mata itu penuh cinta. Segera kupalingkan wajah ke arah lain. Ternyata tiga pasang mata juga memperhatikan  segala tingkah dan gestur tubuhku.  "Yuk, makan dulu!" ucap Sarap kemudian.  Sarah melayani anak-anak dengan kasih. Dia juga tak segan mengambil lauk untukku. Sudah seperti keluarga yang komplet. Mampukah aku menjadi bagian dalam keluarga Sarah? Sambil makan, sesekali kami bercerita tentang segala hal. Melihat kelucuan Atta aku sempat tertawa. Alangkah bahagianya andaikan semua ini cepat terwujud tanpa ditutupi.  "Perkedelnya enak,Pram," kata Sarah de
Read more
Episode 43 Keinginan Aska
Bab 43 Keinginan Aska Minggu pagi yang cerah, aku membuka mata dengan berat.  Kuraba Sarah yang semalam tidur di sampingku. Dia telah pergi.  Semalam telah terjadi pergulatan hebat yang membuat diriku semakin tergila-gila. Sarah memang berpengalaman dalam urusan ranjang. Dia mencoba mengajari permainan baru.  Hmmm. Aku tersenyum puas. Kerinduan yang lama terpendam sudah pecah telur semalam. Permainannya semakin beringas. Wanita itu memberikan madu yang sangat manis.  Aku segera bangkit untuk membersihkan diri. Hari ini aku ada janji dengan Aska untuk menemaninya main footsal. Ketika keluar kamar, Aska sudah menunggu di ruang tamu. Remaja itu sudah berpakaian olah raga. Wajahnya bersinar nampak bahagia.  
Read more
Episode 44 Gundah
Aska menatapku sejenak. Kami bersiap untuk pulang karena sudah siang.Kulirik sebentar ponselku. Siapa sih yang berusaha menelpon? "Mas, kita pulang yuk!" ajak Aska.  "Baiklah." jawabku.  Kami melangkah menuju tepi lapangan. Kurangkul pundak Aska seperti teman sendiri. Kami memberesi tas dan perlengkapan.  "Teman-teman aku cabut dulu, ya?" teriak Aska pada temannya. Hanya lambaian tangan dari mereka ketika Aska pamitan pulang. Mereka tampak asyik bermain bola.  Sebelum pulang kusempatkan mengirim pesan kepada Sarah. [Sayang, aku udah selesai. Aska ngajak pulang. Kamu di mana?] pesan kukirim. Belum ada jawaban
Read more
Episode 45 Kejutan Apa Lagi?
Bab 45. Di dalam mobil aku hanya diam. Mataku fokus ke arah jalan raya. Sore itu sangat ramai. Apalagi ketika melewati kawasan Blok M. Lalu lintas padat merayap.  Hanya bunyi klakson yang berbunyi. Banyak sekali mengemudi yang tidak sabar untuk saling  mendahului.  Kulirik Sarah sebentar. Dia menyenderkan kepalanya di jok dengan rileks. Matanya terpejam dan bibirnya menyungging senyuman. Aku sengaja menyetel lagu romantis untuk menemani perjalanan kita.  Malam mulai merayap. Suasana malam itu sangat ramai. Pikiranku mengembara tidak tahu arah. Duuh … isi dompetku kosong. Gengsi sekali ketika Sarah mengajak kencan harus selalu menggunakan uangnya.  "Sayang," panggilku lirih. " Kita ke mana?" tanyaku pelan. 
Read more
Episode 46 Salah Paham
Bab 46  Kehadiran sosok pria itu sontak membuat Sarah sedikit grogi. Apalagi dengan posisi yang sangat dekat denganku. Dia menyambut pria itu dengan agak sedikit gugup.  "Eh, Mas Hans!" seru Sarah dengan nada agak gugup.  Sarah menghampiri pria itu dan menyalaminya. Sosok yang dipanggil Hans tersenyum sangat manis. Aku hanya berdiri terpaku sekian detik. Tidak tahu apa yang akan kulakukan. Baru kemudian bisa menguasai diri.  Mencoba tersenyum dalam situasi yang tidak terduga dengan pria itu. Nampak sosok borjuis itu terkesan dingin dan hanya melirikku.  Sikapnya tidak bersahabat dan kurang begitu ramah. Apakah aku nampak seperti gembel? Senyumku terbang percuma. Rasanya sampai menusuk dalam jantung.  
Read more
Episode 47 Keputusan
Bab 47  Sebuah notifikasi di ponsel membuat diriku tidak percaya. Ada pemberitahuan transfer sejumlah uang di rekeningku.  [Sayang, Ibu dan Nita sangat membutuhkan uang. Kirimkan yang ini sekarang.] sebuah pesan dari Sarah yang terkirim di ponselku.  Jiwa egois dan harga diri seorang laki-laki menggelegak dan mendidih. Dia selalu menyogok dengan uang dan fasilitas. Sarah mencoba menyenangkanku dengan mengatur semua kehidupanku.  Dia pikir aku akan menikmati semua ini. Mungkin aku yang masih terlalu muda tidak mengerti dan paham dengan jalan pikiran Sarah.  Braaak… Puncak dari segala keresahan dan kegundahan. Merasa tidak dianggap dan selalu menutupi kenyataan. Aku terlahir sebagai laki-l
Read more
Episode 48 Sindiran Reni
Bab 48 "Hallo, Mas Pram. Kapan mau pulang. Ibu sedang sakit ini. Gak  bisa jualan," kata seseorang ketika kuangkat ponsel.  Ternyata Nita--adik perempuanku--yang mengabari.  "Sebentar, Nit. Mas masih ada pekerjaan yang gak bisa ditinggal," jawabku dengan sedih.  Memang sejak menikah dengan Sarah jarang sekali menghubungi keluarga di kampung. Kesibukan kerja dan masalah Sarah kadang tidak sempat menelpon ibu. Padahal dulu hampir setiap hari wajah ibu selalu hadir di tampilan ponsel tipis ini.  " Siapa, Sayang?" tanya Sarah mengernyitkan dahi.  " Nita," jawabku singkat sambil berbisik. "Ibu pengen Mas Pram pulang dulu. Lagian lama gak nengok rumah," ujar Nita dengan badan sedih. 
Read more
Episode 49 Hadiah kalung untuk ibu
  Sarah sudah berdiri di depan pintu ruangan cleaning service. Aku segera berdiri dan menghampiri. Nampak Reni dan Bagas agak gugup melihat kehadiran bosnya di ruangan. Sarah tersenyum pada Reni yang salah tingkah.  Aku berdiri dan menghampiri Sarah yang menatapku. Sepertinya dia telah menolong dari sindiran pedas Reni.  "Siap, Bos!" seruku penuh semangat. "Tolong siapkan mobil.  Aku ada meeting dengan Pak Hans!" perintah Sarah.  "Duluan, Bro," pamitku pada Bagas.  "Siip," jawab Bagas dengan melambaikan tangan.  Sementara Reni masih terpaku melihatku.  Gadis itu seperti melihat hantu yang menakutkan. "Selamat tinggal cantik! Jaga m
Read more
Episode 50 Pulang Kampung
  Sarah dan ketiga putranya mengantarku ke Bandara Sukarno Hatta. Sebenarnya aku ingin naik bis saja menuju kampung halamanku kota Semarang. Tetapi Sarah memaksa untuk membelikan tiket pesawat agar perjalananku cepat tiba di kampung halaman.  Sudah pukul setengah empat sore, jadwal penerbangan menuju Kota Semarang masih setengah jam lagi. Kami masih duduk di sebuah gerai cepat saji di Bandara Sukarno Hatta. Ketiga putra Sarah masih menempel seperti perangko. Apalagi Arsya dan Atta yang seolah berat melepas kepulanganku. Aska terlihat seperti pria dewasa kali ini.  Penampilanku masih terlihat cuek dengan hanya memakai celana pendek warna coklat dan kaos warna hitam. Dengan sepatu merek brand ternama yang baru diberikan Sarah.  Penampilan Aska juga tidak kalah cuek denganku. Dia hanya
Read more
PREV
1
...
34567
...
11
DMCA.com Protection Status