Semua Bab My Sugar Mommy: Bab 71 - Bab 80
105 Bab
Episode 71 Pencukikan Pram
Bab 71 Penculikan Pram  Sudah lama aku tidak menengok rumah kontrakanku. Sejak tinggal di rumah Sarah jarang pulang ke rumah kontrakan. Entah seperti apa keadaan rumah itu.  Malam sudah larut. Sarah sebenarnya melarangku pulang. Apalagi Aska dan kedua adiknya. Mereka sangat manja dengan tidak mengizinkan aku balik ke rumah. Perasaanku tidak enak. Memang aku sudah menikah secara agama dengan Sarah tetapi anak-anak belum mengetahuinya.  Aku ingin memperkenalkan mereka kepada ibu dan Nita adikku. Sarah sudah ingin bertemu dengan kedua wanita yang menjadi bagian dalam hidupku.  "Gak usah pulang lah, Sayang. Perasaanku gak enak," kata Sarah ketika melepas kepergianku di depan pintu.  "Kalau di sini, aku inginnya sama kamu
Baca selengkapnya
Episode 73 Berada di Gubug Tua
Bab 72  Aku mencoba menggerakkan kaki untuk mengurangi rasa sakit yang luar  biasa. Sepertinya aku dehidrasi karena sejak pingsan belum ada setetes air yang membasahi kerongkongan. Perutku juga melilit sangat lapar.  Waktu muda aku sering menjalankan puasa. Tapi tidak separah ini. Dua orang itu masih ngobrol dengan saling berbisik. Entah apa yang mereka bicarakan. Sekarang aku dalam posisi yang sangat pasrah dengan maut yang akan menjemput. Badanku lemas tidak bertenaga. Mereka sepertinya mau membunuhku secara pelan. Hanya nama Tuhan yang ada dalam hatiku. Serta nama ibu yang aku ucapkan.  'Maafkan, anakmu, Bu. Seandainya maut menjemputku. Tapi aku tidak akan pernah meninggalkan keluarga baruku.' Aku benar-benar kehausan dan perutku melilit
Baca selengkapnya
Episode 73 Bersama Abah Dul
Bab 73   " Mas, bangun!" Suara berat Pak Tua kembali terdengar di telinga.  Perlahan kubuka mata yang masih berat. Kepala juga masih pusing. Badan ini rasanya mau remuk. Semua sendi susah untuk digerakan.  Sinar matahari menyelinap menyusup dari celah dinding kayu yang berlobang. Pak Tua duduk di samping bale tempatku tidur. Pria itu tersenyum dengan memegang kakiku.  "Sudah enakan belum badannya?"tanya dia ramah.  "Bapak beli bubur ayam untuk sarapan. Ayuk kita sarapan bareng," katanya memperlihatkan mangkok yang berisi bubur ayam. Aroma khasnya membuat perut ini berontak dan berteriak ingin segera diisi.  "Bapak beli bubur di mana?" tanyaku dengan suara yang agak parau.  
Baca selengkapnya
Episode 74 Pingsan
Bab 74  Abah Dul memapah tubuhku yang agak sedikit besar dibanding dengannya. Aku mencoba berjalan menyusuri jalan setapak di perkebunan itu menuju gang jalan keluar.  "Mas Pram beneran mau pulang sekarang. Gak nunggu sampai badannya enakan dulu," ujar Abah Dul. "Gak, Abah. Keluarga pasti khawatir mencari keberadaanku. Apalagi menghilang tanpa jejak. Bagaimana nanti istriku sedih?" sahutku sambil berjalan menahan rasa sakit di kaki.  "Nanti Abah antar naik taksi, Mas Pram!" "Abah gak tega membiarkan Mas Pram pulang sendirian naik taksi. Apalagi Mas Pram sedang sakit saat ini,"  kata Abah Dul. "Makasih, Bah. Nanti saya kenalkan dengan istri dan anak-anaku," jawabku terharu mendenga
Baca selengkapnya
Episode 75 POV Sarah (Mimpi Buruk)
Bab 75  POV Sarah. Sejak Pram pulang ke kontrakan, hatiku menjadi gelisah. Aku masih mengintip kepergian Pram dari  korden jendela. Hanya terdengar suara deru motornya yang memecahkan kesunyian malam.   Sebelum tidur, aku sempatkan untuk memeriksa kamar anaku. Kubuka pintu kamar Arsya dan Atta. Kedua anak laki-lakiku tertidur pulas. Mereka saling berpelukan seperti anak kembar. Padahal ada selisih tiga tahun. Bi Iyem tidur dengan pulas di samping tempat tidur. Pasti wanita itu sangat capek merawat anakku. Bahkan pengabdiannya kepadaku sungguh luar biasa. Ketika aku terpuruk ditinggal Zoel sendirian dengan tiga anak.  Perlahan kututup pintu kamar Arsya. Aku tidak ingin mengganggu Bi Iyem. Aku melihat jam dinding di ruang tamu. Tepat pukul 12 malam. Perasaanku s
Baca selengkapnya
Episode 76 Pencarian Pram
   "Mom!" panggil seorang wanita sambil menepuk pundakku.  Aku terkejut ketika wajah renta dengan berbalut mukena sudah berada di depan mataku. Tangis dan isak masih belum hilang. Kukerjapkan mata sebentar untuk menguasai diri.  "Bi Iyem?" panggilku menyadari siapa yang telah membangunkan dari mimpi buruk.  "Ada apa, Mom?" "Ketika mau ke dapur mengambil air minum, Bibi dengar Mom berteriak dan menangis kencang. Makanya Bibi beranikan diri untuk masuk kamar takut terjadi apa-apa, Mom," ujar Bi Iyem jongkok di samping ranjang.  "Ini minum air putih, Mom." Bi Iyem menyodorkan segelas air putih kepadaku   Aku bangkit mempe
Baca selengkapnya
Episode 77 Perhatian Hans
 Mobil Mercedes warna hitam berhenti di depan gerbang rumah kontrakan Pram. Seorang pria memakai setelan jas dengan  sisiran rambut yang rapi. Nampak tergesa menghampiri diriku yang duduk lemas di lantai.  Aku menatapnya tanpa berkedip. Yah. Laki-laki itu memang macho dan berwibawa. Usianya hampir sama denganku. Bahkan sering dipanggil 'Duren' alias duda keren. Dia berjalan dengan langkah panjang.  "Jeng?* " Hans menatapku iba.  Dia menolongku bangun dari tempat dudukku. Aku hanya menurut ketika Hans memegang tanganku. Lalu dengan cepat dia melepaskannya.  "Ada apa, Sarah?" tanya Hans dengan tatapan elangnya langsung menukik ke hati.  "Hari ini kita ada meeting, kan? Bawa aku ke kantor sekarang," pintaku.&nb
Baca selengkapnya
Episode 78 Firasat
 Aku membuka pintu ruangan rapat. Semua undangan telah hadir. Hans sudah duduk di ujung meja. Sementara Sony dan tiga orang relasi telah menungguku.  "Selamat siang," sapaku sambil tersenyum ramah menyambut semua yang menghadiri rapat hari ini.  Hans menatapku tanpa berkedip. Entah apa yang dipikirkan Hans. Aku hanya meminjam kosmetik Reni untuk memoles wajahku yang sedikit kuyu. Pandangannya bagai elang yang siap menerkam mangsa.  Aku duduk di sebelah Hans. Menyenggol lengan pria yang menjadi partner bisnisku itu.  "Mas Hans!"panggilku lirih. Hans nampak terkejut dan kelihatan gugup menyadari sikapnya yang konyol. Dia pura-pura membetulkan kancing jasnya.  "Selamat sian
Baca selengkapnya
Episode 79 Berada di Rumah Sakit
  "Mom!" panggil Bi Iyem lirih dengan memegang tanganku.  Dengan berat aku membuka mata. Kepalaku terasa pusing dan mata berkunang. Tenggorokanku juga kering.  Mendadak badanku menggigil.  "Mom badannya panas," kata Bi Iyem dengan suara cemas memegang keningku.  Ternyata aku masih tidur di sofa dengan selimut tebal yang menutupi seluruh tubuhku.  Mungkin semalam aku ketiduran di sofa. Bi Iyem tidak berani membangunkanku. Seluruh badanku terasa sakit.  "Bi!"panggilku dengan suara serak.  "Aku pengen minum air putih,"pintaku.  Mataku masih susah untuk kubuka. Kutarik selimut tebal yang menutupi seluruh tubuh. &
Baca selengkapnya
Bab 80 Pertemuan dengan Pram
  "Ada kabar dari Tante Rere,Ka?" tanyaku tidak sabar.  Aska beringsut dari ranjangku lalu duduk di sofa. Entahlah apa yang mereka bicarakan. Saat ini hatiku campur aduk. Antara senang dan sedih. Semoga tidak terjadi sesuatu yang membahayakan.  "Ka!" panggilku lagi sambil menatapnya.  Aska nampak serius ketika menerima panggilan telpon dari Rere. Terkadang tangannya menggaruk rambut yang ikal.  Aku berusaha untuk duduk memperbaiki posisi badanku. Serasa ngilu dan sakit.  "Mong!" panggil Aska.  "Nanti sore kita bisa lihat keadaan Daddy. Tapi dengan syarat Memong makan yang banyak. Terus bilang dengan dokter," ujar Aska. 
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status