Semua Bab Crazy Woman: Bab 31 - Bab 40
124 Bab
30 : Sesuai Porsi
Brakk…"Bapak Hartanto yang terhormat!" ujar Ria begitu tiba di meja makan yang berisi Hartanto. Hartanto tidak bergeming sedikitpun, ia berusaha menjaga keterkejutannya melihat Ria berada di hadapannya saat ini. "Lihat nih, kelakuan si Botak gak ada adab!" ujar Ria dan menunjukkan lebam di wajah bagian kiri. Hartanto tetap bertahan pada keterdiamannya. "Opah gak sedih atau marah atau gimana kek melihat aku luka kek gini?" Ria tak habis dengan respon Hartanto. "Opah!!!" Ria meneriaki Hartanto yang masih bergeming. Hartanto menghela napas dan menghubungi seseorang melalui ponselnya. "Bawa kotak P3K dan si Mamat ke sini!" titah Hartanto. 
Baca selengkapnya
31 : Berantem
“Ria, I’m so sorry,” ujar Tian di belakang Ria. Ia berdiri tepat di belakang Ria yang tengah duduk di sebuah ayunan yang menghadap ke arah laut. Tak ada tanggapan yang berarti dari Ria. Ia tetap bungkam. Tian memutuskan melangkah ke depan dan berdiri di hadapan Ria. Tatapan Ria kosong seolah tak menyadari kehadirannya di sini. Bersimpuh di hadapannya dan membuat wajahnya sejajar dengan Ria. Menyingkap surai yang menutup wajah Ria. Tian memang tidak senang jika ada sesuatu yang menghalangi wajah cantik Ria. Begitu tangan Tian menyentuh wajah Ria, gadis tersebut seolah kembali menginjak bumi dan matanya langsung terkunci dengan iris Tian yang hitam pekat. Air mata tak terbendung dan jatuh begitu saja. Dirinya sangat kecewa dengan tindakan Tian barusan. Entah apapun alasannya, Ria be
Baca selengkapnya
32 : Makan Siang Mahal
"Hallo, Ri. Aku di lobby, mau ajak kamu lunch," ujar Tian begitu tiba di lobby Intrafood dan masih berada di dalam mobil. "Siapa yang mau makan siang sama kamu?" tanya Ria dengan sinis. Ia masih marah dengan Tian akibat kejadian seminggu lalu di villa opung. "Kamu." "Aku gak mau. Pulang sana!" sentak Ria dan memutuskan sambungan begitu saja. Tian terkejut melihat respon Ria. Ia tak menyangka gadis tersebut masih sangat marah. Tian mencoba menghubungi Ria kembali. "Ria-" "Enggak." Sambungan kembali diputus. Ia tak kehabisan akal, ia mengirim pesan dan mencoba menelepon kembali. "Ayo, Ria. Nanti aku turun ke resepsionis nih dan minta panggilin kamu lewat mereka," ujar Tian dengan sedikit ancaman. "Coba aja. Paling besok beredar di berita, Christian Hartanto tertangkap kamera menghampiri seorang perempuan di Intrafood." Balasan Ria membuatnya kalah telak. Ia tak bisa bicara lebih jau
Baca selengkapnya
33 : Keputusan Sepihak
"Lo dimana, Ria Ananta?" tanya Vera dengan geram melalui sambungan telepon. Yang benar saja, 15 menit lagi orang pusat tiba, tapi Ria belum juga sampai di kantor. "Gue masih di Sudirman.""Udah gila lo!" "Emang," balas Ria spontan. "Gak gitu maksud gue. Suruh Anton ngebut, Ri. Gue gak tahu mau bikin alasan apa untuk keterlambatan lo," ujar Vera putus asa. Tidak ada yang bisa melawan kekeras kepalaan seorang Ria. Kata dia akan terlambat, maka ia akan terlambat. Di tengah perjalanan Ria melihat plang brand roti terkenal dengan bentuk baling-baling kipas di tengahnya. Ia meminta Anton untuk melipir sebentar dan membeli beberapa roti untuk tamu dari pusat yang merupakan Dika, tangan kanan papahnya. Maka dari itu ia bisa berlagak santai karena Dika mengenalnya. Ria tidak tahu Dika membawa siapa, yang pasti tamunya adalah Dika. Ria memasuki toko tersebut dengan pintu yang dibukakan oleh Anton. Bau khas roti yang meman
Baca selengkapnya
34 : Nona Ana
“Panggil Keenan ke ruangan saya,” titah Ria pada Karin-sekretaris Antara yang sekarang menjadi sekretarisnya untuk sementara waktu. “Baik, Nona,” jawab Karin dan langsung menghubungi kepala proyek akuisisi perusahaan PT. Intan Jaya yang sedang dalam tahap persetujuan pemimpin tertinggi. Satu minggu sudah Ria mengambil alih kepemimpinan perusahaan induk dan beberapa keputusannya membuat sebagian bahkan seluruh petinggi perusahaan banyak melakukan protes. Mereka berulang kali mencoba untuk mengadakan dialog dengan Ria, tapi ditolak mentah-mentah olehnya. Ria hanya akan menyelesaikan apa yang ada di hadapannya saat ini tanpa mempedulikan omongan sekitar. Ia punya perhitungan dan pertimbangannya sendiri, terlebih sedikit banyak ia mengetahui bagaimana sistem bisnis pada sektor FMCG ini. “Selamat pagi, Nona. Saya sudah di sini. Ada hal yang perlu didiskusikan?” sapa Keenan begitu tiba di ruangan yang disediakan kh
Baca selengkapnya
35 : Bucin
"Anggota boy grup yang santer dibicarakan, tertangkap kamera sedang melakukan kencan dengan salah seorang artis perempuan pendatang baru. Diketahui foto tersebut beredar beberapa hari yang lalu di salah satu restoran seafood terkemuka. Pihak agensi belum memberikan kabar lebih lanjut, tapi para penggemar yakin bahwa orang di foto tersebut adalah salah seorang GMC." Suara pembawa acara gosip di TV nasional memenuhi ruang keluarga di apartemen GMC yang satu gedung dengan Monokrom. Suasana berubah menjadi tegang karena berita mereka jarang sekali tampil di tv nasional terlebih perihal kabar kencan. Januar merasakan amarah Tian yang mulai naik ke permukaan. Ia tahu bahwa ini ulah agensi yang membiarkan berita ini beredar. Sudah banyak kabar mereka yang melakukan hal menyeleweng dan agensi bisa menutupi itu semua dengan uang. Jika sampai disiarkan di berita berarti agensi tidak berusaha untuk menutup mulut. Hal ini yang membuat Tian dan yang lain terpancing emosinya. 
Baca selengkapnya
36 : Kekuasaan
"Kamu mau main-main dengan saya?" tanya Ria dengan seseorang di ujung telepon sana. "Siapa kamu?" tanyanya dengan keras. Seperti orang was-was. "Harus pakai cara apa saya mengatakan pada kamu, bahwa saya bukan lawan yang sebanding." Aura nona besar Ria mulai muncul ke permukaan. Sebenci apapun ia dengan nama besar Antara dan Wira yang melingkupinya, ia tak akan bisa lepas dan menyia-nyiakan begitu saja kekuasaan kedua orang tersebut. "Apa yang kamu mau?" tanya seseorang di ujung sana. "Mau saya sederhana. Berhenti buat drama dan jangan pernah mengganggu kepemilikan saya!" ujar Ria dengan penuh penekanan pada setiap kata. "Apa yang kamu maksud? Saya tidak mengerti.""Berhenti berpura-pura bodoh padahal Anda memang sangat bodoh. Jangan pernah menggunakan nama Christian untuk menaikkan pamor Anda! Atau karier yang baru anda mulai di dunia hiburan akan hancur dalam sekejap," jelas Ria dengan diakhiri senyum miring a
Baca selengkapnya
Big thanks!
Hai. Terima kasih kepada para pembaca yang bersedia dan setia membaca cerita ini sampai detik ini.  Maaf yang sebesar-besarnya jika saya update part ceritanya lama sekali. Maaf sekali. Tapi saya berjanji dan berkomitmen penuh untuk menamatkan cerita ini sampai akhir.  Terima kasih kepada para pembaca yang tidak saya ketahui siapa kalian, semoga tulisan saya tidak membosankan dan dapat mengambil pesan di setiap ceritanya. Walaupun memang tidak setiap bab mengandung pesan tersirat maupun tersurat.  Maaf kalau di tiap awal maupun akhir bab saya tidak menyapa para pembaca. Tidak memberikan sepatah dua patah kata untuk para pembaca.  Terima kasih, ya.  Jangan sungkan jika ingin berkomunikasi dengan saya. Para pembaca sekalian bisa mengutarakannya melalui kolom komentar.  Barangkali ada pertanyaan dan ada hal yang dibingungkan dari cerita ini. Bisa sampaikan di kolom komentar, ya.  Sending v
Baca selengkapnya
37 : Ria is Back!
"Lunch?" "Gak bisa, aku mau ketemu client," balas Ria terhadap ajakan makan siang dari Tian melalui sambungan telepon. Panggilan berakhir begitu saja. Ia belum bertemu Tian semenjak video klarifikasi Lita beredar di malam hari ia menemuinya di restoran tersebut. Ria memutuskan untuk tinggal di apartemen Tian. Apartemen Central Park dengan fasilitas yang tak kalah mewahnya dengan Rajawali, namun tetap memiliki perbedaan. Perbedaan dari segi aksesnya yang hanya menggunakan kartu, membuat Ria harus ikut menyewa beberapa kamar yang kosong yang satu lantai dengan unit Tian. Karena para pengawalnya tidak membiarkan Ria sendirian di apartemen tersebut dengan keamanan yang tidak seketat Rajawali. Daripada mereka harus berjaga di depan pintu, lebih baik Ria menyewa beberapa unit yang satu lantai dengan unit Tian untuk para penjaganya. Tian tak mempermasalahkan hal tersebut, daripada apartemennya tak berfungsi tapi ia harus membayar biaya maintenance tia
Baca selengkapnya
38 : Dua Raksasa
“Kita berangkat 30 menit lagi ya. Saya tunggu di lobby, mobil Lexus Hitam,” ujar Ria pada mereka dan dibalas anggukan. “Baik, Ria.” Karin dan Fahri berjalan meninggalkan ruangan dan menyisakan Ria dengan Anton yang memandangi kepergian dua orang tersebut. “Terlalu riskan, Nona, jika mengajak mereka menggunakan lift pribadi. Biarkan itu menjadi akses pribadi milik Nona saja.” Anton memberikan nasihat yang seperti suruhan karena Ria baru saja meminta mereka untuk menggunakan lift yang ada di ruangan ini untuk mengefisienkan segalanya. Niat tersebut langsung ditolak oleh Anton dengan alasan mereka harus mengambil barang-barang untuk keperluan menuju green house. Anton tidak ingin menimbulkan risiko orang lain akan menerobos lift tersebut. “Pastikan semua berkas yang kemungkinan akan ditanyakan ketika rapat di sana sudah masuk semua ke tas,” perintah Ria pada Anton untuk kembali memastika
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
13
DMCA.com Protection Status