Lahat ng Kabanata ng IPAR GAK ADA AKHLAQ: Kabanata 21 - Kabanata 30
56 Kabanata
Test 'senjata'
Dua minggu berlalu, tak ada hal yang istimewa . Semua berjalan monoton, seperti biasanya.Luna sudah mau memasak untuk Fathir setiap hari, meskipun kadang mengeluh capek ,lesu dan letih setiap malam dan berujung Fathir yang memijit hingga ia tertidur.Fathir baru saja berangkat kerja, Luna menutup pagar dan bergegas masuk ke dalam rumah. Bersantai menikmati camilan sambil memainkan ponsel.Ada 2 pesan yang dikirim sekitar satu jam yang lalu.[ Kangen 😍 ][ Ayo ketemuan, rindu berkembang biak 😝]Luna membalasnya,[ Boleh, kapan? ]Tak menunggu waktu lama, Frans menjawab, [ Sabtu siang gimana? ][ Bisa sih, tapi sore balik ya? Takut Mas Fathir tiba di rumah sebelum Isya ][ Oke, ntar tempatnya aku kabari ]Luna tak membalas lagi, langsung dihapus percakapan dengan
Magbasa pa
Kehamilan Luna
Seminggu setelah kejadian di Hotel lalu, Frans tak pernah lagi menghubungi Luna. Biasanya Luna merasa sepi dan kehilangan bila tak ada kabar dari Frans , tapi sekarang ia justru merasa tenang dan bahagia bersama Fathir. Tak menjadi masalah andainya pun Frans sudah memutuskan hubungan dengannya, Luna tak peduli.Ia akan fokus membina rumah tangga bersama Fathir, merawatnya sebaik mungkin hingga tutup usia.Malam ini hujan turun rintik-rintik, suasana dingin menusuk hingga ke tulang. Aroma tanah basah yang bercampur dengan air hujan semakin membuat suasana menjadi syahdu.Di meja makan, Fathir menikmati masakan Luna dengan lahap. Istrinya hanya menemani, tak ikut makan.Luna mengoles tengkuknya dengan freshc*re , perutnya terasa mual dan kepalanya berdenyut pusing. Masuk angin sepertinya."Kenapa Sayang?" Fathir melihat wajah Luna yang sedikit pucat
Magbasa pa
Periksa kandungan
Matahari bersinar terang, suara lalu-lalang kendaraan jalanan begitu memekakkan telinga. Rutinitas sang pencari nafkah berangkat pagi pulang petang, memadati jalan raya .Fathir sudah bersiap bersama Luna, hendak mengunjungi Ibu. Setelah memastikan tak ada yang tertinggal, Fathir masuk ke dalam mobil. Luna duduk bersandar di kursi samping kemudi ."Udah siap semua, Mas?" Tanya Luna."Beres" Fathir mengangkat jempolnya menandakan semua sudah siap."Yuk berangkat. Jangan lupa berdo'a dulu" Fathir dengan khusyu' memimpin do'a.Mobil mereka meluncur dengan kecepatan normal, membelah jalanan yang lumayan padat.Perjalanan menuju rumah Ibu tak sampai satu jam. Itupun dalam kondisi macet, jika keadaan normal hanya memakan waktu singkat. Sekitar setengah jam.Ddrt....ddrt......
Magbasa pa
Ke Pulau Madura
Seperti perkataan Fathir, untuk sementara Luna tinggal di rumah Ibu untuk menghindari hal-hal yang tak diinginkan terjadi karena kurang pengawasan.Hari ini tumben Luna bangun pagi sekali, rasa mual dan muntah yang dialami membuatnya susah tidur. Kali ini ia ingin sekali makan rujak buah pakai petis Madura. Dulu saat masih gadis, ia sering sekali makan rujak buah bersama teman-teman seprofesinya. Mengingat, kebanyakan temannya berasal dari berbagai daerah. Jadi jika salah satu dari mereka ada yang libur, maka wajib hukumnya balik bekerja harus membawa oleh-oleh khas daerah masing-masing.Karena Amoy, temannya yang berasal dari Madura itu sering pulang. Jadilah Luna sering kebagian petis Madura yang rasanya uhlalaaaaa. Tinggal belanja buah, jadi deh rujakan bersama. Seru sekali jika mengingat sebagian dari masa lalunya, walaupun kelam.Luna hampir saja meneteskan ludah, saat membayangkan makan rujak buah petis merah. Air liur menggenang di dalam
Magbasa pa
Dilabrak
Luna dan Frans saling berdebar-debar saat Fathir bersama teman-temannya lewat, terdengar riuh karena mereka saling bercanda. Luna dan Frans mematung membelakangi jalan, tak berani menoleh sedikitpun.Setelah dirasa aman, barulah keduanya kembali ke posisi semula. Luna dan Frans mengelus dada bersama, bernafas lega.Dibalik kaca mata hitamnya, Luna melihat Fathir Cs duduk di pojok, sedikit jauh darinya. Luna menghembuskan nafas panjang."Gilaaaa, rasanya tuh lebih heboh dari naik jetcoaster gak sih? Hampir copot nih jantung" Luna berbisik pelan ke arah Frans."Asli deh! Aku takut banget, mana dia bawa pasukan lagi. Merinding jadinya" Frans menyedot es tehnya hingga tandas."Yuk ah pulang, aku takut banget nih. Mumpung dia belum nyurigain kita" Luna beranjak berdiri, membalikkan badan dan langsung berjalan ke arah parkiran dengan langkah
Magbasa pa
Awal pertengkaran
Pov NingsihSaat ini seperti biasa, waktunya berkunjung ke rumah Ibu, Mas Rival sudah siap mengantarkanku dan Alea sebelum ia berangkat kerja.Aku juga mengajak Chintya untuk bergabung, tapi Chintya baru bisa menyusul besok karena Kiara sedang demam, Chintya takut merepotkan Ibu nantinya disana.Kami akan menginap dua hari seperti biasa.Sesampainya di rumah Ibu, aku melihat mobil Fathir sudah terparkir rapi di garasi. Apa mungkin Fathir juga menginap disini?, 'Aduh bakal ketemu lagi nih sama Luna' geramku dalam hati."Assalamualaikum," aku menggandeng Alea masuk ke dalam rumah Ibu."Waalaikumsalam" suara sahutan wanita dari dalam sangat kukenal, baru juga tadi aku bilang, makhluk astral satu itu rupanya sudah asyik rebahan di sofa sambil menonton TV. Berbagai macam buah tertata rapi di atas meja, tepat di samping sofanya.
Magbasa pa
Terbongkar
Rival mengetuk pelan pintu kamar Ningsih, mencoba menjelaskan."Sayang, ayo buka dong pintunya"Ningsih tak menyahut, tentu saja ia kesal bukan main."Ningsih, Mas mau jelasin semuanya. Tapi pintunya buka dulu ya?" Cklek.....Suara pintu terbuka dari dalam, Rival masuk dan menutup kembali pintu kamar."Ningsih sayang, Mas gak ada maksud apa-apa. Soal omongan Mas ke Luna, Mas sungguh minta maaf. Kalimat itu meluncur begitu saja, waktu Mas nolongin Luna tadi itu dia menangis kakinya terkilir, Mas cuma bilang kalau lebih baik tersenyum daripada menangis. Senyum bikin keliatan jadi manis, itu semata untuk menghibur saja. Sama sekali gak ada maksud atau tujuan lain. Kamu yang bener aja, aku masij tau batesan dong. Luna kan istri Fathir, adik ipar aku. Aku niat tulus cuma pingin bantuin dia aja sekaligus menghibur tadi. Kamu tau juga kan bawaan Ibu hamil gimana? Mas cuma kasihan aja
Magbasa pa
Ada apa?
Saat tersadar, Luna sudah berada di ruangan serba putih, bau khas obat-obatan tercium sangat tajam. Luna mengingat samar apa saja yang sudah teradi padanya.Setelah tersadar sempurna, Luna melihat Fathir yang tertidur sambil duduk memegangi tangannya.Luna memandang Fathir dengan tatapan sendu, ada sedikit nyeri di hatinya, merasa bersalah sekali sudah menghianati orang sebaik dan se sempurna suaminya ini.Luna mengingat dengan jelas apa yang sudah terjadi, lidahnya kelu. Matanya menatap Fathir dengan sendu, dielus lembut rambut Fathir yang tak begitu banyak.Fathir segera terbangun saat terasa kepalanya disentuh seseorang. Ia mendongak dan bergegas terseyum menatap Luna yang telah siuman. Ada sedikit kekhawatiran tercetak di matanya."Alhamdulillah Sayang, akhirnya kamu sadar juga. Mas khawatir banget sama kamu, jangan capek-capek lagi dan jangan sampai stres. Untung anak kita kuat, anak yang hebat" ujar Fat
Magbasa pa
Mencari Solusi
"Sejak kapan, Mas?" Ningsih menatap tajam sosok lelaki yang tengah bersimpuh di depannya."Maaf, sungguh maafin aku. Aku khilaf, kamu harus paham satu hal Sayang, aku sama Luna hanya teman main, sebatas untuk hiburan saja, tak lebih. Itupun jauh sebelum Luna kenal dan  menikah dengan adikmu, Fathir" Rival masih saja menggenggam kedua tangan Ningsih, berlutut untuk meyakinkan istrinya."Aku hanya tanya sejak kapan, Mas?" kembali Ningsih mengulangi pertanyaannya."Ssee..sejak kamu hamil Alea, maafkan aku Ningsih, ampuni aku. Aku memang khilaf" ucap Rival dengan serak."Berapa kali?" tanya Ningsih dingin.Rival mendongak, bingung akan pertanyaan Ningsih, Rival hanya mengedikkan bahu.Ningsih terkekeh, mencoba menyembunyikan tangis yang sebentar lagi akan pecah."Kamu bilang khilaf, Mas? Tapi kamu tidak tau sudah berapa kali melakukannya. Itu doyan, Mas
Magbasa pa
Solusi bikin greget
Hari Minggu telah tiba, seperti yang tersusun dalam rencana. Keluarga besar Basuki tengah berkumpul bersama.Ningsih datang bersama Rival dan Alea, memakai polo couple berwarna coklat muda. Terlihat Chintya juga datang bersama Arif dan Kiara yang asyik menjilati ice cream varian vanilla.Mereka menunggu kedatangan Fathir dan Luna untuk memulai acara makan-makan. Tak sampai dua puluh menit menunggu, akhirnya Fathir datang bersama Luna. Fathir tampak macho dengan kaos hitam polos dipadu kemeja flanel dan celana jeans berwarna light blue, auranya terlihat seperti remaja yang baru saja lulus sekolah. Serasi dengan Luna yang memakai dress slimfit panjang berwarna hitam dipadu cardigan bermotif floral, rambutnya dicepol membuatnya semakin terlihat cantik."Karena semua udah kumpul, ayo kita makan dulu" Ningsih mengajak semua untuk berkumpul di meja makan.Tersedia aneka lauk, buah, sayur
Magbasa pa
PREV
123456
DMCA.com Protection Status