Semua Bab Tertawan Dua Suami: Bab 61 - Bab 70
167 Bab
61. Bertemunya Saga dan Rafael
Rafael terus menunggu dengan tidak sabar kapan Nazura akan mengakhiri pembicaraannya dengan Jeni maupun teman-temannya yang tahu-tahu sudah akrab dengan Nazura.Ia tak ingin berlama-lama di pesta ini. "Sudah tidak sabar ingin pulang atau tidak sabar bertemu dengan istri lamamu?" Suara halus dengan nada mengejek itu seketika membuat Rafael menoleh dan mendapati Jeni mengerling jail padanya."Aku sangat kaget lho saat tahu Kakak Ipar adalah calon tunangan Nazura ups—apa mesti kupanggil mantan kakak ipar?"Rafael tidak mengerti apa yang dilakukan oleh gadis ini."Tidak bertemu dengan madumu? Oh, atau racun? Ah, ini sangat membingungkan. Hebat sekali kakakku bisa punya dua suami sekaligus."Rafael mengernyit, tak menyukai ucapan yang terdengar santai itu. Suami Juni hanyalah dirinya. Tidak ada yang lain. "Saga Atlanta sudah datang. Sayangnya tidak bersama dengan Juni. Padahal aku ingin melihat drama picisan
Baca selengkapnya
62. Menemukan Juni?
Saga menyeringai di dalam mobilnya. Setelah mengucapkan selamat ulang tahun pada si pemilik pesta, ia langsung minta pamit.Ia tersenyum mengerikan dalam cahaya mobil yang redup. "Jadi dia yang bernama Estigo?"Saga bahkan jijik menyebut nama Rafael.Ia tak tanggung-tanggung menyelidiki tentang masa lalu Juni. Semua tentang Rafael ada di tangannya. "Dia yang kau ajak bertemu di rumah sempit itu?"Saga berbisik di kegelapan, seolah Juni ada bersamanya. Kedua alisnya menukik mengintimidasi.Ia tahu, pria di samping Jeni adalah Rafael. Pria yang menatapnya seperti akan mencekiknya saat itu juga. Dan Saga harus menahan diri untuk tak menerjangnya dan memberikan peringatan, "Jangan dekati istriku, Berengsek!"Saga menatap lurus dalam redupnya cahaya mobil. Mata cokelatnya berkilat seperti hewan buas."Lihat dan camkan. Akan kuhancurkan orang itu sampai kau tidak punya tempat dan alasan la
Baca selengkapnya
63. Akan Kuhancurkan Orang Itu!
Debar di dada Juni belum jua reda meski suara tembakan beruntun itu tak lagi terdengar dan kehadiran seseorang di atas sana sudah tak lagi terasa mencekam.Kedua kakinya masih gemetar. Juni memijat pelipisnya yang terasa amat pening.Tembakan demi tembakan yang brutal itu membuat jantungnya hampir keluar. Setelah keluar dari kamar Juni, Maria kembali beberapa menit kemudian."Ikut aku."Kedua alis Juni terangkat. "Ke mana, Bu?"Juni melihat titik-titik keringat yang bertakhta di pelipis Maria."Ke ruang paling bawah. Tinggallah di sana."Maria meraih tangan Juni dan memaksanya berdiri kendati sang putri terus mencercanya dengan banyak pertanyaan.Saat turun ke lantai bawah, Juni melihat keadaan di ruang tengah berubah, seolah vlla ini kosong dan tak berpenghuni. Kain-kain putih bertebaran menutupi sofa dan perabot lain.Juni mengerutkan kening. "Ada apa ini, Bu?""Aku akan jelaskan nanti."Mari
Baca selengkapnya
64. Peringatan untuk Rafael
"Kau senang, Sayang?"Tuan Tanaka menyambut mereka sekembalinya dari pesta mewah di kediaman Lahendra. "Tentu saja, Ayah. Orang-orang Indonesia memang sangat ramah. Aku sangat senang." Nazura tak bisa menyembunyikan raut bahagianya. Ia sampai melompat-lompat seperti anak kecil meski dengan sepatu tingginya.Rafael mengernyit. Jangan sampai gadis itu terjatuh."Wah, jangan bilang kau akan menetap di sini bersama Rafael."Nazura menoleh senang pada Rafael. "Aku tidak keberatan tinggal di mana saja jika bersama Kak Rafael." Lalu mengerling manja.Tuan Tanaka memberikan lirikan tajam pada sang putri. "Lalu ayahmu yang sudah tua ini mau kau apakan, hm?""Aku akan mencarikan Ayah istri yang muda. Dengan begitu Ayah tidak akan kesepian tanpaku."Seketika Tuan Tanaka tertawa tanpa beban kemudian memeluk gemas putrinya."Terserah kau saja. Melihatmu tertawa seperti ini saja sudah membuat Ayah sangat bahagia, sayangku.
Baca selengkapnya
65. Ancaman Saga Atlanta
"Setelah meninggalkan vila itu, Maria Lahendra tak lagi kembali."Tiga hari setelah Saga memporak-porandakan vila milik sang mertua, Maria tak lagi bergerak ke mana pun. Ia hanya ke kantornya lalu pulang ke rumah. Begitulah laporan yang Saga terima dari Edward."Sudahi mengawasinya. Sekarang bergerak dan awasi Estigo.""Baik."Untuk waktu yang lama, Saga hanya menumpukan kedua sikunya di atas meja kerja. Saat ekor matanya menangkap ponsel di samping tubuhnya, ia mengangkat wajah dan kembali memandang Edward tajam. "Ponsel Juni sudah diperbaiki?""Sudah, Tuan. Seluruh data di dalamnya masih tersimpan dan dapat terbaca.""Bagus. Berikan aku file-nya."Edward mengulurkan sebuah disk kecil ke tangan Saga. Dengan cepat Saga memasukkan data-data disk itu ke dalam laptopnya kemudian memutar salah satu percakapan Juni bersama kontak bernama Rafael."Sayang ...." Sapaan pembuka yang terdengar lirih dan sangat m
Baca selengkapnya
66. Serina
Saga menyilang kaki dan bersandar di kursi mobilnya. Sorot matanya penuh kepuasan sekaligus diselimuti kilat keji."Bukankah kita tidak punya bukti jelas untuk menuduh Estigo, Tuan?" Edward memulai obrolan dari kursi depan di samping kemudi.Saat itu juga seringai kelam di bibir Saga tercipta secara spontan. "Jika punya bukti jelas, bukan menuduh namanya, Edward, tapi menghukum.""Jika Estigo bukan pelakunya, maka dia akan mengetahui perihal Nyonya yang lepas dari penjagaan Anda. Dia bisa bergerak maju, Tuan."Seulas senyum lembut yang mematikan bertakhta di wajah Saga. "Memang itu tujuanku, Edward."Edward terdiam."Kalaupun dia yang membantu Juni, maka dia akan waspada dan mungkin merasa gugup karena aku sudah mengetahuinya, tetapi jika bukan dia maka dia akan bergerak dan aku akan melihat bagaimana dia mencari Juni."Edward mengerjap. Jadi itu adalah pancingan?"Aku ingin melihat seberapa hebat Estigo itu."***
Baca selengkapnya
67. Kau Ada di Sini Rupanya
"Aku akan mengatakannya.""Bagus."Maafkan aku, Madam. Serina berbisik dalam hati. Toh dia tidak pernah mengikrarkan janji untuk menjaga kesetiaan itu lebih daripada nyawanya sendiri. "Maria Lahendra."Sedetik kemudian, Saga menyeringai lalu kepalanya mendongak disertai tawa yang mengerikan, bergema di seluruh sudut ruang tengah seperti lonceng kematian."Sudah kuduga. Maria Lahendra yang sangat pemberani."Dan saat mata yang berbinar keji itu kembali menatap matanya, aliran darah Serina berdesir dan seketika seluruh tubuhnya merinding."Di mana tempatnya? Di mana dia menyimpan wanitaku?""Aku tidak ingat alamatnya.""Antar aku ke sana."Serina berusaha menegakkan kepala dan menghapus keringat dingin yang membanjiri wajahnya. "Aku tidak bisa dalam keadaan begini."Saga menoleh pada Edward. "Suruh Lenna mengurusnya, Edward."***Setelah mengobati luka Serina dan memaksa wanit
Baca selengkapnya
68. Kau Wanitaku. Kau milikku
Saga menunduk melihat bagaimana Juni meringkuk di dadanya seiring dengan jalannya mobil membelah jalanan yang dingin. Wanita itu terlihat sangat tersiksa dan ketakutan.Ia memangku Juni di kursi belakang sambil melihat kegelisahan yang menyelimuti wajah indahnya.Air matanya bahkan masih berderai kendati mata indah itu tertutup dan napasnya berembus teratur. Namun, keningnya mengerut sangat dalam.Mau tak mau, Saga mengakui. Bahwa semarah apa pun dia. Bagiamana pun dia ingin menghukum wanita ini, ia tetap merasakan gejolak aneh dalam dadanya. Seolah ia ingin melingkupi wanita ini dari kekejaman apa pun, termasuk dirinya. Saga ingin melindunginya. Saga ingin merengkuhnya lebih dalam.Beberapa detik kemudian, ia mengerjap. Tak menyukai bagaimana amarahnya yang menggebu itu terkalahkan oleh perasaan aneh yang tak bisa ia mengerti.Dalam pangkuan Saga, Juni semakin merapat di dada bidang sang suami, seolah mencari kehangatan.Dengan spontan Saga
Baca selengkapnya
69. Cinta di Mata Saga?
Saga mematung dengan tatapan lurus menghunjam Juni. Sementara Juni mengeluarkan semua ekspresi ketakutan dan keengganannya. "Kenapa? Apa aku sebegitu menjijikkannya untukmu? Baru saja kau merasakan orgasme lewat tanganku dan sekarang kau tidak ingin disentuh?"Mata Saga memicing tajam. Diselimuti kemarahan dan kekecewaan. Juni tak mengerti arti semua eskpresi itu."Katakan apa aku menjijikkan di matamu?"Juni menggigit bibir. Emosi Saga berubah-ubah, dan sekarang lelaki yang berekspresi bengis itu tengah meledak-ledak."KATAKAN!"Juni terdiam."Katakan apa kau juga jijik seperti mereka?! Kau tidak menginginkanku, kan?!"Kening Juni berkerut memikirkan siapa yang Saga maksud dengan mereka.Juni mengira Saga akan kembali menyerangnya dengan kalap, tapi lelaki itu malah berdiri dan turun dari ranjang. Sorot matanya nanar. "Baiklah. Memang siapa yang menginginkanku? Walau begitu, aku tak akan pernah melepa
Baca selengkapnya
70. Aku Tidak Butuh Dikasihani!
Juni mengernyit. "A-apa maksudmu?"Juni tak tahu mengapa pertanyaan Lenna barusan mendadak membuatnya gugup.Lenna melirik pelayan yang sedari tadi berdiri di sampingnya. Pelayan itu terkejut lagi lalu tahu-tahu sudah keluar dari kamar Saga. Sepertinya ia mengerti peringatan lewat sorot mata Lenna."Saya tahu saya tidak berhak mengatakan ini, tapi jika Anda ingin membuka mata, tolong pahamilah keadaan Tuan Besar."Juni menahan diri untuk tidak bertanya apa pun atau membalas perkataan Lenna."Tuan bukanlah orang yang berada di posisi bisa menyatakan perasaannya. Ia mungkin akan selalu terlihat marah dan sering berlaku kejam, tapi saya mohon ... dampingilah beliau sampai—" Lenna menunduk seolah ragu ingin melanjutkan ucapannya."Tunggu, apa maksudmu? Maksudmu Saga punya perasaan pada ... ku?" Juni menunjuk dirinya ragu. Seolah hal itu adalah kemustahilan yang benar-benar nyata.Tapi Lenna tak memberikan reaksi apa pun. "Jika saya
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
56789
...
17
DMCA.com Protection Status