Lahat ng Kabanata ng Tertawan Dua Suami: Kabanata 41 - Kabanata 50
167 Kabanata
41. Kenangan Menyakitkan Atlanta
"Ah, kau sangat tampan, putraku." Saga versi sepuluh tahun tersenyum malu ketika sang ibu melontarkan pujian itu sambil mengelus kepalanya. Dengan nyaman ia berbaring di pangkuan Rosalia."Kau tahu kenapa aku melahirkanmu?" Senyum di bibir Saga memudar kala nada suara sang ibu berubah."Agar ayahmu bisa semakin mencintaiku." Rosalia menyeringai. Mata indahnya berpendar ke segala arah. "Supaya dia bisa berpaling padaku dan mencintaiku kembali!!"Saga kecil tersentak mendengar suara tinggi Rosalia. Belaian di rambutnya berubah menjadi tarikan kasar yang sangat menyakitkan."Harusnya kau bisa membuatnya kembali mencintaiku! ANAK SIALAN! Kalau begini percuma saja aku melahirkanmu, Bodoh!" Jambakan di rambut Saga kian kuat hingga anak itu harus meringis. Ia ingin bangun, tapi tangan Rosalia yang satunya mencengkeram lehernya."Ibu ... Khhh—lepaskan aku!" Saga menggertakkan gigi menahan rasa sakit."Apa katamu?! Mel
Magbasa pa
42. Aku Bukan Hewan Peliharaannya
"Dia hanya syok. Tidak bermasalah dengan kesehatan tubuhnya. Hanya saja perlu beberapa hari untuk beristirahat dan memulihkan diri. Aku akan berikan resep dan tolong ditebus secepat mungkin." Elliot menuliskan resep dengan cepat lalu memberikannya kepada Lenna. Kemudian menoleh kembali pada Juni yang masih terbaring dengan mata nyalang dan tubuh gemetar."Tidak apa-apa. Semua akan baik-baik saja," bisiknya pelan."Tidak akan ada yang baik-baik saja jika dia dengan mudahnya mencoba membunuhku."Elliot tertegun mendengar nada suara Juni yang meninggi dan tatapannya yang bengis."Dia sudah berulang kali melecehkan dan merendahkanku, dan sekarang dia ingin membunuhku. Apa aku ini semacam hewan peliharaannya?"Dada Juni kembang kempis dengan tatapan tajam menghunus Elliot. "Sepertinya kau belum mengetahui apa yang membuatnya seperti ini," desah Elliot. Juni mengerutkan kening dan Elliot pikir wanita itu akan sediki
Magbasa pa
43. Pergi dari Rumah Atlanta
Pukul dua tengah malam, Juni memasukkan semua pakaiannya ke dalam koper besar. Wajahnya datar tanpa ada ekspresi. Setelah kopernya penuh, dengan segera ia menutup benda itu dan menyeretnya keluar kamar. Melewati koridor dengan tatapan lurus dan dingin. Langkahnya anggun, tak terburu-buru dan tak jua ragu. Rumah sudah sepi. Para pelayan dan pekerja sudah beristirahat. Ini saat yang bagus untuk pergi.Tapi ternyata bukan. Saat ia membuka pintu utama, Arnold dan para pengawal yang lain berjaga di depan pintu. Jumlahnya sangat banyak sampai Juni mengerutkan kening.Arnold tampak terkejut saat melihatnya. Tatapannya mengatakan, 'Anda mau ke mana?'Namun, Juni mengabaikan. Ia melangkah melewati Arnold dengan dingin."Tunggu, Nyonya. Anda ingin ke mana?""Pergi." Juni terus berjalan dengan ekspresi dingin disertai raut wajah yang seolah mengatakan, 'jangan menggangguku.'Kala Juni sudah sedikit menjauh, Arnold mengejarnya.
Magbasa pa
44. Menunggu Maafmu
Juni berjalan mondar-mandir di tengah kamar, memikirkan bagaimana cara untuk keluar dari rumah ini karena ternyata dia tidak bisa pergi sesuka hatinya.Apa sebaiknya ia mengatakannya pada Saga? Haruskah ia melaporkan jika ia ingin pergi dari rumah ini?Ah, itu tidak mungkin. Saga tidak semudah itu untuk diajak bicara mengenai hal ini. Juni sudah tahu tabiat lelaki itu.Saga mungkin saja akan kembali melayangkan pistol ke kepalanya atau mungkin mencekiknya sampai mati. Juni mengernyit, menyesal telah berpikiran baik tentang lelaki itu. Dia sama saja. Dia mungkin saja berlaku lembut untuk menarik hati Juni agar tidur dengannya.Dan dengan bodohnya Juni merasa lelaki itu sudah menghargai dan memperlakukan dirinya seperti yang seharusnya.Laki-laki memang sangat sulit dipercaya.BRAK!Pintu digebrak tiba-tiba sehingga Juni terlonjak dan hampir saja terjatuh. Jantungnya seolah hendak melompat keluar.Saga berjalan cepat
Magbasa pa
45. Pengaruh Obat Dosis Tinggi
Saga memijat pelipisnya saat rasa sakit menyerang kepalanya tanpa ampun. Sepersekian detik kemudian, ia mengerang kala rasa panas mengaliri dadanya.Ia bangun dengan cepat dan kembali duduk di tepi ranjang. Mencoba menelaah rasa sakit yang dialaminya.Panas di dada dan menjalar ke seluruh tubuh. Rasa pening di kepala. Lalu perlahan miliknya di bawah sana mengeras diikuti dengan gairah yang meluap-luap.Sial! Saga meraih gelas bekas minumnya yang sudah kosong kemudian mengendus baunya, benar saja air dalam gelas itu sudah dicemari dengan obat perangsang dengan dosis yang sepertinya sangat tinggi.Ia mendesis. "Keparat! Siapa yang sudah beraninya memberiku obat sialan itu!" Dengan geram Saga keluar dan membuka pintu secara kasar. Didapatinya seorang pelayan muda berdiri di depan pintu."Mana Lenna?" tanyanya dan si pelayan mengangkat wajah untuk menatapnya secara langsung.Sebelah alis Saga terangkat. Baru kali ada se
Magbasa pa
46. Pengabaian Juni
Saga mengerang dan merintih kesakitan. Rasa panas menjalar di dadanya hingga ke seluruh pembuluh darahnya.Sekarang ia berada di kamar lantai satu untuk meredakan sisa-sisa gairah yang membakarnya. Sialan! Ini terlampau sulit untuk dikendalikan. Hampir pagi dan efek dari obat itu masih terasa.Saga melirik nakas yang kosong. Tak ada air sama sekali. Dengan linglung, ia keluar kamar dan berjalan menuju dapur. Dapur masih kosong dan belum terlihat satu pelayan pun. Biasanya mereka akan keluar pukul setengah 6 pagi artinya masih tersisa 30 menit lagi sebelum dapur ini dipenuhi oleh pelayan yang berlalu lalang.Ia segera berjalan menuju kulkas untuk mencari air dingin. Demi apa pun tenggorokannya seolah terbakar.Belum juga sampai di depan kulkas, ia sudah dikejutkan dengan sosok yang tiba-tiba saja muncul dari depan kulkas sambil menggigit sebuah apel."Juni?" Pencahayaan yang remang-remang membuat Saga bertanya dengan nada r
Magbasa pa
47 Aku Merindukanmu
Dua hari berlalu sejak kejadian Saga yang mencoba menembak Juni lalu menyita ponselnya. Sejak itu pula Juni tak ingin bertemu dengan Saga, entah itu di meja makan, di ruang tengah yang mana tidak pernah Juni datangi, pun dengan perpustakaan yang ia yakini mungkin saja Saga juga akan berkunjung ke sana.Juni hanya berada di kamarnya. Memikirkan banyak hal tentang apakah dia mesti bertahan beberapa waktu lagi atau mencoba sebisa mungkin untuk keluar dari penjara neraka berkedok istana ini. Saga tak pernah lagi datang ke kamar Juni dan memaksanya ikut makan. Lelaki itu seolah memberi ruang bagi Juni untuk mendinginkan kepala dan hatinya. Baguslah. Juni memang tidak ingin bertemu dengannya.Ia hanya butuh ponselnya. Karena seberapa pun dia mencoba berpikir untuk tinggal lebih lama lagi dan melihat perubahan Saga alias memberinya kesempatan, Juni tetap merasa ia hanya membuang-buang waktu.Saga tak menginginkan Juni
Magbasa pa
48. Siksaan untuk Saga
Esoknya Juni memutuskan ikut sarapan. Ia tak bisa mendapatkan ponselnya jika terus-terusan mengabaikan Saga.Mereka duduk di ujung meja masing-masing dan makan dalam diam. Tak ada suara apa pun selain denting piring yang beradu dengan sendok dan pisau makan.Meski begitu, hanya Juni yang mengabaikan Saga. Sedang lelaki itu begitu khidmat memandangnya tanpa putus. Seolah Juni adalah malaikat yang tidak berwujud manusia."Akhirnya kau ikut makan juga," ucap Saga di tengah makan mereka—lebih tepatnya hanya Juni yang makan karena mata lelaki itu terfokus sepenuhnya padanya.Juni mengabaikan. Tak mengangkat wajah, tak jua mengangguk ataupun bersuara. Seolah ucapan Saga barusan hanyalah nyanyian nyamuk yang lewat. Dia tetap fokus pada makanan di piringnya.Saga memejamkan mata rapat-rapat sembari menahan gelombang amarah di dadanya. Desah napasnya yang menggebu ia coba untuk pelankan.Ada gejolak asing yang masih coba ia renungkan. Pada gest
Magbasa pa
49. Kelembutan dan Kehangatan Saga
Saga menggandeng Juni memasuki kamarnya dengan tergesa, seolah gairahnya tak lagi dapat ia tahan.Untuk sejenak hati Juni berdenyut nyeri. Bahwa lelaki ini hanya menginginkan tidur dengannya. Ia hanya ingin Juni menurut dan melayani hasratnya.Juni tersenyum nanar kala Saga membaringkannya di atas kasur dan kembali mencumbu dadanya dengan lihai seolah tak ada lagi waktu yang tersisa untuk mereka.Gerakannya gesit, namun begitu ahli dan sangat tahu cara membuat Juni menikmati setiap sentuhannya. Bahkan Juni tak merasakan dirinya sudah telanjang bulat di bawah kuasa Saga dengan tatapan penuh pemujaan dari lelaki itu."Ah, kau sangat indah. Aku ingin memilikimu. Aku menginginkanmu ... lagi dan lagi." Kemudian menghunjamkan ciuman mesra di sepanjang perut juni.Sekian menit yang dipenuhi oleh desahan dan gairah yang meluap-luap, di situlah Juni merasakan senjata keras Saga mencoba menembusnya. "Kau begitu indah," katanya lagi. Entah sudah
Magbasa pa
50. Benar-benar Pergi
Dua hari kemudian, kediaman Atlanta .... Seorang pelayan berkuncir dua menunduk dengan Lenna di hadapannya. Sang kepala pelayan tengah memeriksa sebuah surat yang baru saja diserahkan pelayan itu. "Apa penyakitnya separah itu?"  "Ya, Kepala. Sebenarnya sudah lama ia mengalami gejalanya, tapi baru sekarang penyakitnya ketahuan setelah ia memeriksanya ke dokter. Dia ingin fokus berobat dulu." "Aku turut berduka. Sampaikan salamku pada kakakmu, Serina." Serina masih menunduk. "Baik. Terima kasih atas pengertiannya. Anda sangat baik." "Pergilah. Aku akan mengirimkan tunjangan dan gaji terakhir untuk kakakmu nanti." "Baik, terima kasih. Saya akan mengemasi barang-barang Kakak." Pelayan bernama Serina itu menunduk hormat lalu berlalu dari hadapan Lenna. Tiga puluh menit kemudian, Serina sudah berada di depan pintu utama dengan sebuah koper besar di tangannya dan ransel di punggungnya. Ia ditahan oleh beberapa pengawal se
Magbasa pa
PREV
1
...
34567
...
17
DMCA.com Protection Status